Langkah pria itu sangat cepat, dia tak memerdulikan beberapa orang tengah memberikan hormat padanya.
"Ada apa dengannya?" Tanya Chan saat melihat Minho sudah berbaring di atas kasur sambil diperiksa oleh tabib.
"Yang Mulia ratu tidak apa yang mulia, tapi tadi karena terjatuh membuat kandungan agak lemah" jelas tabib itu. Minho terlihat takut menatap wajah Chan.
"Untuk saat ini sebaiknya yang mulia ratu harus beristirahat" kata pria itu. Chan menghela napas panjang kemudian dia mengangguk pelan.
"Baiklah" ujar Chan lalu mereka semua pergi dari ruangan itu. Sekarang hanya ada Minho dan Chan yang ada di sana.
"Kenapa kau takut?" Tanya Chan sambil duduk di samping pria itu. Minho hanya diam, dia masih menatap ke arah lain.
"Lain kali lebih hati-hati lagi, sekarang kau sedang membawa anak kita" kata Chan berusaha membujuk Minho. Mendengar itu Minho baru berani menatap ke arah suaminya itu.
"Maafkan aku" kata Minho. Chan mengangguk lalu dia mengusap rambut pria manis itu.
"Maafkan aku juga karena tidak bisa bersama mu sepanjang hari" ujar pria itu kemudian dia mengecup kening Minho.
Karena kejadian Minho terjatuh beberapa hari yang lalu, Chan memutuskan untuk mengajak Minho tinggal di kamarnya. Selain lebih aman di sana dia bisa memantau pria itu.
Tapi hal itu bukan membuat Minho merasa lebih baik. Dia terlihat kesepian, biasanya dia bisa berbicara dengan pelayannya tapi di sana dia sendirian saat Chan bertugas.
Hal itu membuat Minho terkadang bisa menangis sendirian. Apalagi dia takut keluar dari sana.
"Wajah mu kenapa?" Tanya Chan saat melihat wajah cemas pria manis itu. Minho memegang tangan Chan erat.
"Besok apa kau akan pergi bertugas juga?" Tanya Minho sambil menatap Chan dengan cemas.
"Iya, aku ada rapat besok" jawab Chan ragu. Seketika Minho menunduk.
"Minho ada apa?" Tanya Chan saat melihat tetesan air mata itu jatuh ke telapak tangannya.
"Kau sakit? Atau bagaimana?" Pertanyaan pria itu semakin membuat Minho sedih. Kenapa Chan sangat tidak peka.
"Aku kesepian" kata pria itu dengan menatap Chan dengan mata berairnya. Mendengar hal itu Chan langsung memeluk tubuh pria manis itu.
"Maafkan aku, aku tidak bisa menjaga mu sepanjang hari. Pasti kau sangat kesepian" kata Chan sambil mengusap lembut punggung milik pria itu.
"Aku ingin pergi pulang ke rumah kakak ku" kata Minho kemudian. Chan kemudian melepaskan pelukannya lalu dia mengusap air kata di pipi Minho.
"Keluar Istana dengan hamil besar seperti ini? Apa tidak berbahaya Minho?" Tanya Chan. Minho menggeleng pelan.
"Aku pokoknya akan pulang" kata Minho. Chan akhirnya mengangguk pelan, jujur saja dia cemas tapi jika dia menolak mungkin Minho bisa tertekan nantinya.
Juyeon memberikan hormat pada Chan saat pria itu akan pergi.
"Saya akan menjaga ratu dengan baik" kata Jiyeon. Chan tersenyum lalu dia menatap ke arah Minho yang berada di samping Jiyeon.
"Dua hari lagi aku akan menjemput mu, jadi bersenang-senang lah di sini" kata Chan lalu dia pergi dari sana.
Minho kembali tersenyum saat berada di sana, jujur dia sangat merindukan tempat itu. Hampir satu tahun lebih dia tidak pernah berkunjung di sana.
"Kakak apa yang kau lakukan?" Tanya Minho saat melihat Juyeon tengah membuka beberapa berkas.
"Aku sedang bekerja Minho" ujar Juyeon. Minho menghela napas saat mendengar itu, dia kira dia akan bisa menghabiskan waktu dengan sang kakak di sana. Tapi terlihat pria itu sibuk dengan pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YES, MAJESTY! | BANGINHO✔
FanfictionBANGINHO FANFICTION NOTE: Sebelum baca wajib follow aku author dulu !! Minho benar-benar tidak menyangka, hidupnya akan berubah 180 derajat setelah menikah dengan pria itu. Remake drakor Mr. Queen tapi alurnya gak sama persis kok. WARNING ⚠️ -Konten...