EPISODE 15 🐉 : HOPE

1.8K 268 10
                                    

Saat Minho tengah memberikan burung itu makanan. Seseorang mengejutkan pria itu dari belakang.

"Ibu?" Tanya pria manis itu saat melihat mertuannya ada di belakangnya.

"Yang Mulia sedang melakukan apa?" Tanya wanita itu pada Minho. Minho tersenyum lalu dia menunjuk ke arah burung-burung merpati itu.

"Apa sudah selesai?" Tanya wanita itu. Minho mengangguk, mendengar itu sang ibu menarik tangan Minho.

"Ayo kita jalan-jalan ke luar Istana" kata wanita itu. Mendengar itu membuat Minho menjadi sangat kegirangan. Dia benar-benar merindukan dunia luar sana.

"Aku ingat saat terakhir lagi datang ke sini dengan ayah mertua mu. Saat itu aku sedang mengandung" kata wanita itu sambil menatap ke arah aliran sungai yang jernih itu. Minho tersenyum mendengarnya, pasti itu momen yang sangat membahagiakan baginya.

"Pasti sangat menyenangkan kan ibu?" Tanya Minho sambil memandang bunga-bunga sakura yang berguguran  itu.

"Tentu saja, aku harap kau bisa merasakannya juga" kata wanita itu lalu dia menatap ke arah pria manis itu. Mendengar itu Minho meneguk salivanya.

"Minho apa kau tahu, aku dulu mengandung di umur yang lebih muda dari mu. Awalnya memang sangat sulit tapi aku bisa melewatinya dengan baik . Kau pasti bisa nak" jelas wanita itu sambil memegang pundak menantunya itu.

"Ibu seperti nya aku tidak bisa melakukannya" jelas Minho dengan tatapan sayunya.

Mendengar itu wanita itu agak kecewa, dia lalu tersenyum hambar.

"Kerajaan ini membutuhkan penerus, jika memang kau tidak bisa. Kau bisa mencarikan beberapa selir untuk yang mulia" jelas wanita itu. Minho tahu wanita itu sangat kecewa karena keputusan Minho, tapi apa Chan akan setuju dengan hal tersebut?

Entah kenapa wajah Minho berubah merah saat membuka halaman pertama buku yang diberikan oleh ibu mertuannya itu.

"Apa aku harus membaca semuanya?" Gumamnya. Saat dia membaca dia merasakan sesuatu hangat dibawah sana yang keluar.

"Sensasi apa ini?" Gumamnya sambil menutup wajahnya di atas buku itu.

Saking malunya Minho tak sadar saat Chan masuk ke sana.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya pria itu saat melihat Minho menyembunyikan wajahnya di atas meja. Dengan cepat pria manis itu menarik bukunya dan menyembunyikannya di bawah meja.

"Buku apa itu?" Tanya Chan kebingungan. Dia melihat wajah pria manis itu susah benar-benar merah sekarang.

"Tidak ada yang mulia" jawab Minho sambil tersenyum canggung. Chan merasa ada hal tidak beres dia lalu duduk di depan meja tempat Minho duduk saat ini.

"Berikan pada ku" kata Chan. Minho dengan cepat menggeleng.

"Kau berani menolak Perintah raja?" Tanya Chan agak kesal, Minho terdiam.

Chan karena sudah sangat penasaran merebut buku itu dari Minho. Minho mendorong buku itu ke bawah meja dan dia menutupi kolong meja itu dengan tubuhnya.

"Minho kenapa kau sangat keras kepala?" Tanya Chan yang sudah berpindah tempat.

"Tidak ada apapun yang mulia" kata Minho saat pria itu berusaha mengangkat meja itu.

Dan sampai pada akhirnya buku itu didapatkan oleh Chan. Pria itu terheran saat melihat buku tanpa sampul itu.

"Tidak ada apa-apa Yang mulia, itu hanya catatan biasa" kata Minho mulai gugup. Chan semakin penasaran dia lalu membuka bukunya.

Gelakan tawa terdengar saat Chan memeriksa satu persatu halaman pada buku itu. Minho hanya bisa menunduk dan malu.

"Aku tidak mengira kau akan membaca buku ini" ujar Chan sambil terkekeh.

"Pasti ibu yang memberikannya pada mu kan?" Tanya Chan. Minho mengangguk pelan.

"Macam-macam cara melakukan.." Mendengar Chan membacanya dengan keras membuat Minho langsung menutup mulut pria itu.

"Jangan baca dengan keras nanti jika mereka mendengarnya bagaimana?" Tanya Minho dengan wajah merahnya.

Chan lalu menarik tangan Minho dan memposisikan pria itu di depan dirinya.

"Makanya Ayo kita baca sama-sama agar tidak terdengar dari luar" kata Chan. Minho sudah mati kutu, dia benar-benar malu saat itu.

"Seharusnya kita mempraktekkannya secara langsung Minho" kata Chan dengan entengnya. Minho kembali menutup wajahnya, kenapa tiba-tiba mulut pria itu tiba-tiba menjadi brengsek.

"Aku bercanda, ini kau buang saja bukunya. Tidak perlu membaca buku seperti ini" kata Chan. Minho baru mengangkat wajahnya dan mengambil buku itu.

"Apa yang mulia lakukan di sini?" Tanya Minho sambil merapikan meja itu.

"Seperti biasa" ujar Chan lalu dia mengambil bantal itu lalu membaringkan dirinya di lantai.

Minho menghela napas, entah kenapa dia jadi ingat perkataan ibu Chan beberapa hari yang lalu.

"Yang Mulia, apa kau sangat ingin punya anak?" Tanya Minho tiba-tiba. Chan membuka matanya lalu dia menatap ke arah Minho.

"Tentu saja, semua orang pasti ingin memiliki anak" kata pria itu lalu dia bangun dan duduk.

"Hmmm apa aku bisa mencarikan mu selir yang mulia?" Tanya Minho dengan gugup. Mendengar itu Chan terkekeh.

"Pasti ibu yang menyarankannya kan?" Tanya Chan pada pria itu. Minho kemudian menggeleng pelan.

"Aku yang menginginkannya" jawab Minho.

"Kenapa? Jika kau memang belum siap tidak apa. Tidak usah mencari orang lagi" ujar Chan.

"Aku tidak tahu kapan dan apa aku akan siap. Jujur saja aku tidak ada rasa sama sekali dengan yang mulia" kata Minho sambil menunduk. Chan menghela napas, memang agak sedikit sesak di dadanya.

"Aku menikah dengan mu bukan karena cinta, tapi karena keluarga ku" lanjut Minho. Chan mengangguk pelan.

"Aku mengerti Minho, memang tidak mudah mencintai seseorang. Apalagi kau sama sekali tidak mengenal ku. Aku maklumi itu. Tapi aku harap kau bisa mencintai ku" kata Chan. Minho kemudian menatap manik mata pria itu.

"Yang mulia" kata Minho.

"Sampai kau belum siap, aku tidak akan menyentuh mu" kata Chan kemudian dia bangun dan pergi dari sana.

🍃🍃🍃

Changbin terheran saat melihat Chan datang lebih awal dari biasanya.

"Kenapa yang mulia datang lebih awal?" Tanya Changbin pada pria itu. Chan menghela napas, dia lalu menatap ke arah kegelapan.

"Aku merasa sakit hati" kata pria itu dengan tatapan kosong. Mendengar itu membuat Changbin terkekeh pelan. Baru pertama kalinya dia mendengar Chan seperti itu. Biasanya dia terlihat seperti orang yang tidak bisa sedih dan penuh karisma.

"Saya tebak yang mulia ratu telah menolak anda" ujar Changbin. Chan langsung menatap sahabatnya itu lalu mengangguk.

Melihat itu Changbin mendekat dan berbisik sesuatu di telinga milik Chan.

"Saya kira anda harus lebih agresif yang mulia. Tunjukkan bahwa anda seorang dominan" jelas Changbin.


TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

Gais cerita ini ada beberapa adegan yang sama kek di drakor Mr. Queen ya, bisa dibilang remake nya gitu sih, atau terinspirasi gitu. Tapi gak sama banget sih, ya gitu deh ya

YES, MAJESTY! | BANGINHO✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang