04

4.2K 555 30
                                    

Mattheo menatap sendu gadis dihadapannya itu, tangannya terulur memilah rambut Isie yang menghalangi wajahnya. Mengelus pelan pipi tembam gadis itu.

Jari-jarinya bergerak mengikuti bentuk wajah Isie, seolah ia tengah merekam bagaimana wajah gadis yang ada didekapannya itu. Takut jika suatu saat ia akan melupakan gadis manis ini.

Pandangannya teralih lagi pada bibir tebal milik Isie, bibir berwarna merah muda itu membangunkan gairah seorang Mattheo Riddle. Ia sangat ingin untuk merasakan bibir itu. Perlahan ia menyentuh bibir tebal terisi itu dengan jarinya dengan gerakan yang sangat lembut.

Mattheo memajukan wajahnya, tanpa pikir panjang lagi ia segera menyatukan bibir milikknya dengan bibir milik Isie. Ia melumat pelan. Sangat pelan. Takut jika gerakannya akan membangunkan Isie dan jika itu terjadi maka masalah akan datang. Walau sebenarnya jika Isie terbangun pun itu bukan masalah bagi Mattheo setidaknya ia berhasil mencicipi bibir itu.

Manis. Satu kata yang dapat Mattheo keluarkan. Ia ingin merasakan bibir itu lagi, namun dengan pembalasan yang dilakukan oleh sang pemilik bibir. Namun Mattheo mengetahui posisinya, hal itu tidak akan terjadi atau mungkin belum.

Matahari sudah mulai memunculkan dirinya berganti posisi dengan bulan. Tanpa ia ketahui, semalaman ia tidak tidur, yang ia lakukan hanyalah menatap wajah Isie. Seolah Isie adalah tempat peristirahatannya.

Mattheo ingin lebih lama bersama Isie, momen yang ia dapatkan ini adalah momen yang sangat langka. Isie nampak tenang saat tidur, namun berbeda jika kedua mata indah itu terbuka dengan mulutnya yang asal bicara membuat lelaki keturunan Riddle itu harus sekuat tenaga untuk menahan amarahnya.

Mattheo mencium pucuk kepala Isie lalu bangkit dari posisinya. Meninggalkan aula sebelum yang lain bangun. Akan bahaya jika ada yang melihat apa yang ia lakukan kepada Isie terlebih lagi teman-temannya. Jadi ia memutuskan untuk pergi lebih awal.

Δ®

"Apa yang kau lihat, mate?"

"Tidak ada."

"Ayolah, kau melihat gadis bulan itu 'kan?"

Mattheo dan Blaise saat ini tengah duduk dibawah pohon menikmati waktu senggang mereka. Mereka memilih berpisah dari yang lain yang tengah sibuk untuk memrundung asrama lain.

Kehadiran mereka berdua ditengah halaman Hogwarts tak luput dari pandangan banyak orang. Banyak dari mereka lebih memilih untuk memutar jalan daripada harus melewati kedua manusia Slytherin itu.

Kehadiran Mattheo di Hogwarts tentu saja menjadi buah bibir banyak orang. Seorang anak dari penyihir terkejam hadir menemani anak-anak lain. Banyak orang tua yang protes namun Prof. Dumbledore mampu meyakinkan jika kehadiran Mattheo tidak akan membuat anak-anak mereka terluka.

Paling hanya terkena mental.

"Kau menyukainya?" Tanya Blaise.

"Siapa?"

"Gadis bulan itu."

"Entahlah."

"Jika kau menyukainya cepat bertindak atau dia akan diambil oleh orang lain."

"Tidak akan ada yang bisa mengambil yang sudah menjadi milikku." Ucap Mattheo sembari mengepalkan tangannya.

"Apa maksudmu?"

Ucapan Blaise tidak ditanggapi oleh Mattheo, ia bangkit dari posisinya menjauhi Blaise. Lelaki itu juga ikut bangkit menyusul langkah Mattheo.

"Hentikan!!" Suara bariton itu membuat lelaki diseberang sana menghentikan kelakuannya.

"Kenapa? Bukankah bagus jika gadis ini tersiksa?" Tanyanya.

"Ingat Draco, kita yang kuat tidak melawan yang lemah." Ucap Mattheo berdiri diantara Draco dan Isie.

Isie, gadis itu yang sudah tersulut emosi semakin emosi melihat kehadiran lelaki yang selalu saja membuat harinya itu buruk.

"Kau pikir siapa yang lemah? Kau tidak ingat bagaimana rasanya tendanganku? Kau ingin merasakannya lagi? Baiklah dengan senang hati." Isie bersiap-siap untuk melayangkan kakinya, namun dengan sigap Mattheo langsung menutupi kejantanannya itu dengan tangan miliknya.

Ia sedikit mundur dari posisinya. Jujur saja tendangan yang Isie lakukan tempo hari sangatlah sakit, gadis itu tidak memiliki belas kasihan pun untuk melakukan hal itu. Mattheo sedikit trauma dibuatnya.

Isie langsung mengambil bukunya yang ada ditangan Draco. Menampar lelaki itu dengam buku tebalnya, hal itu juga ia lakukan ada Mattheo membuat lelaki itu meringis kesakitan.

"Aduh. Hei kenapa kau juga memukulku?" Ucap Blaise mengelus kepalanya.

"Karena kau teman mereka." Setelah mengatakan hal itu, Isie memilih pergi dari sana menenangkan suasana hatinya yang sangat hancur.

"Gadis gila." Umpat Draco.

"Yeah, she drive me crazy."

Sontak Draco dan Blaise menatap Mattheo dengan penuh tanda tanya, namun bukannya menjelaskan lelaki itu memilih pergi dari sana.

Menyembunyikan aura wajahnya yang terkesan sangat gembira.

Mungkinkah jika Isie menjadi candunya saat ini?

Tidak ada yang tahu bahkan dirinya sendiri, hanya Tuhan yang tahu.






























Haii, maaf ya pendek. Aku nulisnya nyempetin waktu yang ada.

Besok aku ada ospek, huaa doain ya semoga ga dimarah marahin

PROPINQUITY || Mattheo Riddle [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang