05

4.2K 519 48
                                    

Pertandingan Quidditch antara Hufflepuff dan Gryffindor sedang berlangsung. Ditengah badai hujan yang menerjang kawasan Hogwarts. Walau cuaca sedang buruk, namun hal itu tidak menyurutkan semangat para pemain maupun perserta. Mereka sangat bersemangat untuk pertandingan kali ini, dengan cuaca yang seperti itu menambah kewaspadaan dan ketangkasan mereka dalam melawan musuh.

"Isie, ayo kita kembali. Hujan semakin lebat." Susan sedikit berteriak saat mengatakan itu karena suaranya akan kalah dengan derasnya hujan.

"Sebentar lagi."

"Aku tidak sanggup lagi."

"Kau duluanlah kalau begitu."

Tanpa berkata lagi, Susan pergi meninggalkan Isie menuju asramanya untuk menghangatkan diri.

Jika bukan karena rengekkan Isie, maka Susan tidak akan datang untuk menonton Quiddtich walau yang bermain adalah asramanya. Sedangkan Isie, gadis itu tidak akan melewatkan kesempatan yang ada. Ia sangat menyukainya Quiddtich, pernah ia mengikuti acara seleksi pemain baru namun sayangnya ia tidak terpilih karena kemampuan terbangnya yang bisa dibilang sangat buruk. Ditambah orang tuanya yang tidak setuju putri mereka ikut dalam permainan berbahaya itu.

"Cedric kau pasti bisa." Kedua tangannya ia letakkan disamping kanan kiri mulutnya hampir berbentuk cerobong agar suaranya terdengar lebih keras.

Bukan hanya Isie yang berteriak, semua orang juga saling menyemangati asrama mereka masing-masing.

Isie bahkan tidak perduli dengan tubuhnya yang sudah basah kuyup itu, ia terus berteriak menyemangati asramnya itu.

Hingga permainan berhenti dengan Hufflepuff sebagai pemenang. Dan Harry Potter yang terjatuh akibat serangan dementor.

Isie berjalan menuju asramanya dengan kemarahan yang ada dalam dirinya.

Bruk.

Plakk.

"Apa masalahmu?" Teriaknya.

"Kau yang bermasalah, kau menabrakku dan menamparku sekarang kau berteriak padaku?" Ucap Mattheo tak kalah sengit.

"Menyingkir dari jalanku sialan."

"Kau!!" Mattheo mendorong tubuh Isie hingga membentur tembok, ia mencekik leher gadis itu membuat Isie kekurangn oksigen.

"Selama ini aku selalu diam saat kau memakiku, namun tidak saat ini."

"Le...lepas aku tidak bisa ber...nafas." Isie berusaha untuk melepaskan tangan Mattheo dari lehernya namun sulit.

Seolah menyadari perbuatannya, Mattheo segera melepas tangannya dan langsung meninggalkan Isie begitu saja.

Isie terbatuk sebentar dan langsung menghirup dengan rakus oksigen disekitarnya. Ia segera berlari menuju asramanya untuk membersihkan tubuhnya.

"Ada apa denganmu?" Tanya Ernie.

Isie membanting tubuhnya yang sudah bersih di antara Ernie dan Justin.

"Aku sedang marah."

"Ada orang marah yang bilang?" Tanya Justin polos.

"Aku." Sahut Isie.

"Baiklah Isie yang cantik, kenapa kau marah?" Isie diam membeku.

Bukan kedua sahabat gilanya itu yang bertanya, bukan juga Susan karena gadis itu sedang meringkuk dikasurnya.

"Ce...Cedric."

"Jelaskan kenapa kau marah?" Cedric berpindah menjadi dihadapan Isie, lelaki itu mendudukan tubuhnya dibawah Isie yang duduk disofa.

PROPINQUITY || Mattheo Riddle [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang