Isie dan sahabatnya tengah berjalan cepat atau lebih tepatnya berlari menuju kelas prof. Snape. Mereka sudah sangat terlambat untuk memasukki kelas tersebut karena asik memakan makanan didapur sambil bergossip ria hingga lupa waktu.
Mereka beempat berlari sekencang-kencangnya, tak jarang juga mereka menabrak murid lain. Namun mereka tidak perduli, yang terpenting saat ini adalah berada dikelas tepat waktu—walau hal itu tidak akan terjadi.
"Kita harus menghentikan kebiasaan kita." Ucap Susan dengan susah payah karena napasnya yang tersendat karena berlari.
"Ya, aku tidak ingin seperti ini setiap hari." Sahut Justin.
"Ini semua salah Ernie." Ucap Isie yang mendapat anggukan dari Susan dan Justin.
"Kenapa jadi menyalahkan aku?" Tanya nya yang sudah menuruni tangga dengan cepat meninggalkan ketiga temannya.
"Jika saja kau memulai disaat yang tepat hal ini tidak akan terjadi." Ucap mereka bertiga berbarengan.
Ernie langsung berbalik, memandang ketiganya. "Salahkan Theo yang memberiku informasi mendadak." Tubuh Ernie mendadak berhenti saat punggungnya menabrak sesuatu.
Isie, Susan dan Justin mematung ditempatnya. Ernie membalikkan badannya ikut membeku saat menatap sosok kejam dihadapannya. Pria berambut hitam sebahu, memakai jubah serba hitam itu menatap keempatnya dengan wajah datar namun tatapannya sangat mematikan.
Napas mereka saat berlari saja rasanya sudah terkuras lebih, ditambah dengan tatapan profesor dihadapan mereka semakin membuat mereka susah bernapas. Mereka menundukkan kepala, tidak ada yang berani menatap wajah datar Prof. Snape.
Prof. Snape menghela napasnya, "Detensi mengerjakan soal ulangan tahun kelima untuk kalian berempat. Ikut aku sekarang." Ucap Prof. Snape dengan penekanan diakhir katanya.
Tentu saja keempatnya membulatkan matanya, bahkan tahun keempat mereka baru dimulai dan sekarang mereka harus mengerjakan soal tahun kelima? Yang benar saja. Mereka memang suka detensi, namun bukan detensi seperti ini yang mereka sukai. Misalnya mereka dilarang untuk ikut kelas berikutnya, hal itu baru akan membuat mereka bersorak gembira.
Dengan berat hati, mereka berempat berjalan menyusul Prof. Snape yang sudah jauh didepan sana.
Keempatnya menggerutu kesal, ini bukanlah detensi sesuai ekspektasi mereka. Ernie melayangkan pukulannya diudara tepat dibelakang punggung Prof. Snape. Begitu juga Isie yang ikut-ikutan karena melihat Ernie yang ia pikir asik.
Beberapa saat berjalan, semuanya baik-baik saja justru keempatnya menjadi tertawa karena melakukan hal itu. Namun tidak detik berikutnya karena Prof. Snape yang tiba-tiba berbalik tepat saat itu juga Isie melayangkan pukulannya pada perut Prof. Snape.
Jantung Isie berdebar sangat kencang, "Matilah aku." Gumamnya. Ia menunduk begitu juga ketiga sahabatnya yang semakin dibuat ketakutan karena ulah Isie yang tidak bisa berhati-hati.
"Potong 100 poin untuk kalian berempat." Prof. Snape berjalan memasukki ruangannya.
"Bahkan kita belum mendapatkan 1 poin pun, dan itu sudah dipotong." Ucap Susan menatap nanar kedepan. Pandangannya kosong tak terartikan begitu juga yang lainnya.
Isie menatap ketiga sahabatnya, "Maaf." Cicitnya sembari memegangi kedua telinganya.
"Ya sudahlah, mau bagaimana lagi? Ayo kita masuk sebelum semuanya semakin menjadi kacau." Ajak Justin.
Mereka mengangguk, membuka pintu ruangan Prof. Snape. Sudah terlihat Prof. Snape yang berdiri didepan meja miliknya dengan tangan yang berada dibelakang tubuhnya. Ia menyuruh keempat muridnya itu untuk duduk dimeja masing-masing. Ia mengaragkan tongkatnya dan ketika itu juga kertas ujian melayang kepada mereka berempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROPINQUITY || Mattheo Riddle [ END ]
FanficYou really are the apple of my eye _______________ seluruh cerita milik JK Rowling. kecuali Oc. cerita sedikit berbeda dengan aslinya. Dan Mattheo Riddle adalah karakter ciptaan @yasmineamaro