14

2.7K 358 22
                                    

Harvey sejak tadi terus mencari keberadaan Isie, namun sampai saat ini ia tidak bisa menemukannya. Hanya satu tempat yang belum ia cek adalah asrama Isie.

Sejak beberapa hari ini sesuatu yang aneh terjadi pada gadis itu, entah kenapa Harvey merasa bahwa Isie sedang dalam mood yang tidak bagus. Bahkan firasatnya mengatakan bahwa Isie menjauhinya.

"Denara!" Panggilnya kala melihat Isie yang baru saja melewatinya begitu saja.

Namun yang dipanggil enggan untuk menoleh atau pun berhenti. Ia tetap melanjutkan perjalanannya menghiraukan panggilan Harvey.

Lelaki itu juga punya tujuannya sendiri untuk mencari Isie, dan disaat ia menemukannya ia tidak akan berhenti begitu saja. Harvey terus mengikuti langkah Isie kemana pun gadis itu pergi. Ia sama sekali tidak berniat untuk menahan atau pun menghentikan langkah Isie sekalipun ia bisa.

Harvey tahu betul watak Isie, ia akan menjadi sangat marah jika seseorang menghentikan langkahnya begitu saja terutama saat suasana hatinya yang sedang buruk seperti ini.

Isie yang terus diikuti seperti ini tentu saja merasa risih, ia pun akhirnya menghentikan langkahnya namun tetap memunggungi Harvey.

"Ada apa denganmu, Dee?" Tanya Harvey.

Isie tetap dalam posisinya, hanya saja ada yang berbeda. Harvey dapat melihat bahu Isie yang bergetar. Ia segera berjalan kehadapan Isie.

Terkejut karena melihat gadis itu yang menangis. Ia segera menarik Isie kedalam pelukannya. Isie sempat memberontak dalam pelukan Harvey namun beberapa saat kemudian ia menerima pelukan itu karena Harvey tidak membiarkan dia melepas pelukannya.

Jujur saja Harvey sedikit bingung dengan Isie saat ini. Ia mengusap lembut rambut Isie, yang terasa sangat lembut ditangannya saat menyentuh setiap helaian rambut gadis manis dipelukannya kini.

Isie mendorong tubuh Harvey, tidak sempat untuk Harvey menahan Isie kembali karena gadis itu berlari menjauhinya lagi.

Tentu saja Harvey akan mengejar Isie jika saja tidak ada yang menghentikannya secara tiba-tiba.

"Hei, Mr. Lightwater."

Harvey menoleh kebelakang untuk melihat siapa yang memanggilnya. Ia tersenyum manis saat melihat siapa yang memanggilnya tadi.

Seseorang yang sangat ia sayangi dan cintai melebihi siapapun yang ada didunia ini. Ia menghampiri gadis cantik itu lalu memeluknya. Mencium pipi tembam gadis itu.

"Hei, Nona Vaela."

Keduanya tertawa, melepas rindu yang sangat amat mendalam pada keduanya. Walau pun mereka sempat bertemu beberapa waktu lalu, namun tetap saja rasa rindu itu muncul terus menerus.

"Mau mengulanginya lagi?" Tanya Vaela.

Mata keduanya saling memandang, menatap dengan dalam. Ada sebuah makna dalam tatapan itu, namun hanya mereka yang dapat mengerti.

Harvey mengangguk, kemudian menarik Vaela menjauh. Ketempat yang tempat untuk keduanya mengulangi hal yang mereka lakukan sebelumnya.

"Ms. Moonbeam, bersediakah engkau menjadi pasangan dansaku saat Yule Ball nanti?"

Isie menatap ngeri laki-laki dihadapannya yang tengah berlutut sembari memegangi bunga yang ia maksudkan untuk Isie.

Isie berdecak kesal, suasana hatinya sedang sangat buruk namun ada saja hal aneh yang menganggu.

Isie memberikan senyuman terpaksanya, menerima bunga yang lelaki itu berikan padanya. Lelaki itu tersenyum gembira saat Isie menerima bunganya. Namun kebahagiaannya hanya sesaat, saat dirinya melihat Isie yang malah menginjak bungat tersebut menggunakan kakinya.

"Jangan harap."

Isie berlalu meninggalakan lelaki tersebut yang tengah mematung menatap malang bunga miliknya yang telah hancur.

Sesaat kemudian ia berlari dengan air mata yang mengalir deras diwajahnya. "Mama aku ditolak Ms. Moonbeam" Para murid yang melihat hal itu sontak tertawa melihat tingkah aneh lelaki tersebut.

"Apa yang kau inginkan?" Isie menatap nyalang lelaki didepannya.

"Oh lihat tatapan gadis ini, Blaise. Lindungi aku, aku sangat takut." Mattheo berpura-pura berlindung dibalik punggung sahabatnya.

Merasa waktunya dibuang, Isie berlalu begitu saja. Namun Mattheo tidak akan membiarkan hal tersebut. Ia menyeret tangan Isie hingga punggung gadis itu membentur tembok dibelakangnya.

Mattheo mengukung tubuh Isie, tidak memberikan sedikit pun sela untuk Isie melarikan diri.

"Kenapa gadisku ini terlihat sangat marah?" Mattheo bertanya, menaikkan sebelah alisnya.

Isie mendengus kesal, "Bukan urusanmu." Ucap Isie dibumbuhi dengan senyuman kecil.

Tangan Mattheo mengelus pelan pipi Isie, "Ada sesuatu dipipimu."

Mattheo langsung memeriksa pipinya, tanganya mencari sesuatu yang Isie katakan. Namun ia tidak dapat menemukan apapun.

Cup.

"Ada bekas ciumanku."

Isie menyeringai kemudian berlari meninggalkan Mattheo yang membeku karena hal yang tiba-tiba Isie lakukan.

Begitu juga Blaise yang ikut terbengong tidak percaya terhadap hal yang Isie lakukan. Ia langsung menepuk bahu Mattheo yang memegang pipinya menatap kearah Isie pergi.

"Benarkah dia gadis bulan itu?" Tanya Mattheo.

Blaise menganga, mengangguk mengiyakan pertanyaan Mattheo.

Isie mencuci wajahnya, mengelap bibirnya dengan kasar menatap wajahnya dicermin. Mata birunya yang memerah, pipinya yang merah alami, alisnya yang terbentuk rapi, bibirnya yang tidak tebal namun juga tidak terlalu tipis, rahangnya yang terbentuk sempurna. Rambut brunette yang ia dapatkan dari ayahnya. Sebagaian besar dari fisik Isie sangat mirip dengan ayahnya. Sedangkan kepribadiannya sangat mirip dengan ibunya.

Air menetes dari wajahnya yang belum dia keringkan, ia menyentuh bibirnya kembali. Teringat akan sesuatu hal gila yang ia lakukan.

Berciuman bukanlah hal yang besar disana, itu adalah hal wajar. Namun bagi Isie, itu adalah hal besar walau hanya sebuah ciuman singkat dipipi. Ia tidak pernah mencium laki-laki selain ayahnya. Terasa sangat aneh saat ia melakukan tadi.

Ia menggelengkan kepalanya, mengeringkan wajahnya dengan handuk disebelahnya. Keluar kamar mandi, melepas jubahnya. Ada sesuatu yang jatuh.

Ia membungkuk untuk mengambil sesuatu tersebut. Sebuah kotak kecil polos berwarna coklat muda.

Ia membukanya. Senyuman terbit dibibirnya setelah beberapa hari memasang wajah cemberut. Jantungnya berdebar, kupu-kupu terbang disekeliling perutnya. Hingga rasanya ia memiliki sayap saat ini.

Hadiah kecil yang besar.


















































Maaf ya, baru bisa up soalnya baru pulang jalan sama Mattheo ❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf ya, baru bisa up soalnya baru pulang jalan sama Mattheo

PROPINQUITY || Mattheo Riddle [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang