keringat mengalir diwajahnya, tubuhnya tidak berhenti bergerak gelisah dalam tidurnya. Bibirnya bergetar ketakutan, tangannya mengcengkram erat selimut yang menutupi tubuhnya. Sesekali bibirnya mengeluarkan desisan ketakutan, sudur matanya sudah basah oleh air mata.
Isie segera membuka matanya, langsung terduduk begitu saja. Menyugar rambutnya dan sedikit menariknya kuat. Kepalanya terasa sangat sakit saat baru saja ia mengalami mimpi buruk, ia menarik napasnya. Menetralkan ketakutannya. Jantungnya berdetak tidak tenang, ia segera mengambil segelas air disebelah tempat tidurnya kemudian menegaknya hingga habis.
Mimpi menyeramkan itu masih terus berputar dalam kepalanya, hingga ia tidak bisa kembali melanjutkan tidurnya dengan tenang. Entah perasaannya saja atau tidak tiba-tiba suasana dikamarnya menjadi sangat menyeramkan, seolah sedang ada beberapa pasang mata yang tengah menatapnya, beberapa benda juga terlihat menyeramkan. Ditambah suasana diluar juga mendukung, hujan deras disertai dengan angin kencang dan petir membuat Isie semakin ketakutan.
Tanpa pikir panjang ia segera menyibakkan selimutnya berlari keluar kamarnya, lalu masuk tanpa ijin kekamar Mattheo. Ia langsung ikut masuk kedalam selimut Mattheo melepaskan bantal yang dipeluk lelaki itu menggantinya dengan tubuhnya menyembunyikan wajahnya didada telanjang Mattheo, memeluk erat lelaki itu.
Hal itu tentu saja membuat tidur Mattheo terganggu, ia segera membuka matannya. Butuh beberapa saat baginya untuk menyadari apa yang terjadi. Ia terkejut karena Isie yang berada dikamarnya dan sudah memeluk dirinya dengan tubuh yang bergetar.
"Ada apa denganmu?" Ia mencoba untuk bertanya.
Isie yang baru saja akan menjawab, mengurungkan niatnya kala suara petir kembali terdengar. Ia memilih untuk kembali mengeratkan pelukannya pada Mattheo. Mattheo sadar dengan apa yang terjadi, ia pun memeluk Isie, mengelus punggung wanita itu. Mencium pucuk kepalanya, membisikkan kata-kata penenang untuk wanitanya itu hingga berhasil membuat Isie untuk tidur.
Ia merasakan pelukan ditubuhnya mengendur, Mattheo menurunkan wajahnya untuk melihat wajah Isie yang sudah tertidur dengan lelap. Ia tersenyum geli, mencium dahi Isie kemudian ikut menyusul Isie kealam mimpi.
"Good night, my lady."
Δ®
Isie meregangkan tubuhnya yang terasa kaku, melihat sekelilingnya dan mulai menyadari bahwa itu bukanlah kamarnya. Ia kemudian bangun untuk kembali kekamar miliknya sendiri. Beberapa melangkah Isie baru menyadari bahwa pemilik kamar tidak berada disana. Namun ia tidak memusingkan hal itu memilih melanjutkan jalannya.
Ia berhenti melangkah kala melihat lelaki yang tadi ia pikirkan kini tengah berkutat dengan alat dapur miliknya. Entah apa yang sedang ia buat. Isie yang penasaran pun mendatanginya.
Mattheo membalikkan tubuhnya saat menyadari kehadiran seseorang, ia tersenyum tipis.
"Good morning."
"Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Isie alih-alih menjawab sapaan Mattheo.
"Make breakfast for my lady."
Isie mengerutkan dahinya, sudah sangat lama sekali ia tidak pernah mendengarkan panggilan itu dari bibir Mattheo. Ini pertama kalinya sejak terakhir kali ia mendengarnya bertahun-tahun lalu sejak ia memilih untuk meninggalkan lelaki itu.
Hanya lelaki itu yang memanggilnya seperti itu dan bagaimana Mattheo yang saat ini tengah hilang ingatan bisa memanggilnya seperti itu? Atau jangan-jangan dia...
Isie mengenyahkan pikirannya, mungkin saja kata itu hanya tidak sengaja keluar dari mulut Mattheo. Lagipula kata itu bukan hal yang khusus sehingga membuat begitu spesial. Siapa pun bisa menggunakannya, 'kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
PROPINQUITY || Mattheo Riddle [ END ]
FanfictionYou really are the apple of my eye _______________ seluruh cerita milik JK Rowling. kecuali Oc. cerita sedikit berbeda dengan aslinya. Dan Mattheo Riddle adalah karakter ciptaan @yasmineamaro