32

1.9K 226 13
                                    

Dirinya hancur, dadanya sesak, saat mengetahui kebenaran tersebut. kepercayaannya pada laki-laki tersebut mulai berkurang. Ia sangat ingin menyangkal segala hal yang telah ia dengar namun setiap kata yang lelaki itu keluarkan dari mulutnya bagai kaset yang berputar dalam otaknya yang tiada hentinya.

"Alsie ... Please."

Isie tidak menghiraukan ketukan bahkan panggilan Mattheo diluar kamarnya.

Demi janggut merlin Mattheo seperti orang sakit jiwa diluar sana. Bahkan para death eater yang melihat hal itu bingung harus melakukan apa. Mereka ingin tertawa melihat kondisi Mattheo yang hancur hanya karena seorang wanita. Seseorang yang berwibawa, tangguh dan tidak takut dengan apapun saat ini tengah bertekukuk lutut pada seorang wanita lemah yang ada didalam kamar. Kejadian yang sangat amat berharga jika harus dilewatkan. Bahkan beberapa death eater tampak berpura-pura melakukan sesuatu yang mengarah kearah kamar Isie hanya untuk melihat keadaan Tuan Muda mereka.

Mattheo sama sekali tidak peduli dengan tatapan yang para death eater berikan padanya. Ia sendiri tahu bahwa itu bukanlah tatapan simpati. Sejak kapan death eater memiliki simpati? Bahkan pada Tuan mereka pun rasanya tidak.

Yang ia pikirkan saat ini tentu saja wanita yang tengah meringkuk diatas kasur dengan air mata yang masih mengalir.

Mattheo mungkin menulis jika ia akan menggunakan love potion pada Isie jika ia tidak berhasil mendapatkan hati Isie. Namun, hal tersebut tidak pernah terjadi, setiap kali Mattheo mencoba hal itu selalu saja salah sasaran. Dengan kejadian itu membuat dirinya memutuskan untuk menggunakan caranya sendiri untuk merebut hati Isie.

Yaitu dengan memikat Isie dengan pesona yang ia miliki.

Walau begitu, Isie masih ragu dengan perkataan Mattheo. Sulit baginya untuk mempercayai laki-laki tersebut. Rasanya setiap kata yang keluar dari mulut itu bagai angin lalu.

Ia bahkan sudah meminum ramuan penghilang love potion tersebut dan hasilnya tidak ada. Yang artinya memang benar jika Mattheo tidak memberikannya love potion dan dirinya benar-benar jatuh cinta pada putra kegelapan tersebut.

Isie hanya tidak suka jika ia dibohongi seperti ini. Seharusnya ia melupakan segalanya karena Mattheo menulis hal itu dalam pikirannya yang sempit yang kala itu masih anak-anak berusia dua belas tahun.

Δ®

Hal yang paling menakutkan pun terjadi. Perang. Hanya orang bodoh yang menunggu keadaan tersebut. Mereka semua telah bersiap untuk melakukan perang besar-besaran ini dengan segala persiapan yang mereka punya.

Isie sudah berada disisi Harvey beberapa saat yang lalu. Lelaki itu berhasil merebut kembali Isie dari lelaki gila itu. Perlu usaha yang tidak mudah untuk membawa Isie kembali karena Mattheo berusaha mati-matian untuk menahan Isie.

Ia akhirnya melepaskan Isie saat wanita itu sendiri yang memilih untuk pergi bersama dengan Harvey. Mattheo tidak bisa mencegah hal itu.

Semuanya berkumpul dihalaman Hogwarts. Baik dari sisi hitam maupun putih.

Rasanya sudah lama sekali Isie tidak menginjakkan kakinya di Hogwarts akibat penculikan yang dilakukan oleh Mattheo. Ia merasa bukan berada di Hogwarts karena bahkan sekolah itu tidak berbentuk lagi.

Kenangan-kenangan indah itu berputar dikepalanya. Saat pertama kali ia menginjakkan kakinya di Hogwarts, bertemu dengan teman-teman barunya, membuat berbagai kekacauan yang ada. Oh astaga, ia sangat merindukan detensi yang profesor berikan untuknya dan sahabat-sahabatnya itu.

PROPINQUITY || Mattheo Riddle [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang