Dua tahun kemudian......
"Hentikan, Mattheo. Elle sepertinya sudah lelah tertawa."
Mattheo menghentikan aksinya menggelitiki Zielle, mengangkat tubuh anak perempuannya keatas tubuhnya membiarkan putrinya untuk bermain dengan wajahnya. Sementara Isie duduk perlahan disofa memperhatikan suami dan putrinya yang berbaring di karpet lembut.
Seulas senyuman timbul diwajah pucatnya kala melihat kebahagiaan dan kebersamaan antara Mattheo dan Zielle. Ia sangat senang kala melihat putrinya yang begitu dekat dengan ayahnya daripada dirinya sendiri, walau ada sedikit kecemburuan disana karena ia juga ingin bersama dengan Zielle.
Ia mengelus perut buncitnya. Ia tengah mengandung anak kedua mereka yang sudah hampir berumur delapan bulan. Mattheo sempat menentang keputusan Isie yang tetap mempertahankan kandungannya walau tahu kondisinya yang terus melemah sejak melahirkan Zielle. Ada satu alasan yang membuat Isie mempertahankan bayinya.
Ia hanya tidak ingin Mattheo kesepian.
"Kenapa kau disini?" Tanya Mattheo yang masih sibuk dengan Zielle.
"Aku bosan dikamar."
Kehamilan keduanya benar-benar membuatnya lemah, ia menanggung rasa sakit yang luar biasa dalam tubuhnya. Seluruh otot dan tulang-tulangnya rasanya nyeri dan ingin lepas dari tempatnya, ditambah rasa sakit kepala yang terus menerus terjadi sehingga membuatnya harus selalu berada diranjang. Walau tidak jarang Mattheo selalu mengajaknya keluar rumah untuk menghirup udara segar.
Mattheo marah tapi juga peduli padanya, ia harus bisa mengesampingkan pikiran buruknya dan terus mendukung istrinya dan membuatnya selalu bahagia menjauhkannya dari pikiran berat yang akan menganggu kesehatan dan bayinya. Ia tidak bisa melihat Isie yang selalu terbaring pucat diranjang, hatinya ikut teriris setiap kali mendengar rintihan kesakitan yang dikeluarkan oleh Isie. Ingin rasanya ia menggantikan posisi istrinya jika ia bisa.
"Mii..." Racau Zielle memukul wajah Mattheo.
Mattheo segera membangunkan tubuh mereka berdua dan mendudukan dirinya disebelah Isie yang tengah memejamkan matanya.
Isie yang merasakan pukulan lembut diwajahnya perlahan membuka matanya, tersenyum kala melihat wajah putri kecilnya yang terus tumbuh seiring waktu. Ia mengambil alih Zielle dari Mattheo dan mendudukan Zielle dipangkuannya. Dengan tangan Mattheo yang siaga menjaga punggung Zielle takut jika nanti Isie tidak kuat menahan beban tubuh putrinya.
Zielle termasuk bayi yang aktif, sangat suka merepotkan kedua orang tuanya. Ia akan selalu menangis jika keinginannya tidak dituruti. Saat awal kehamilan Isie, semuanya masih baik-baik saja, sampai saat perutnya mulai membuncit sepertinya putri kecil itu menyadari perubahan badan ibunya. Ia menangis kencang dan memukul Isie dengan tangan kecilnya dan tidak mau berdekatan dengan Isie selama dua hari. Naluri kakaknya keluar bahkan saat adiknya masih tumbuh diperut ibunya, ia tidak menerima kehadiran adiknya hingga Isie dan Mattheo harus melakukan berbagai cara untuk membujuknya.
Zielle diam memandangi wajah ibunya dan beralih ke perut besar dihadapannya, tangannya mengelus pelan perut ibunya lalu kemudian mendekatkan telinganya keperut ibunya.
"Hii~"
Isie dan Mattheo saling bertatapan lalu tersenyum. Zielle terus menyapa adik kecilnya didalam sana lalu tertawa seolah adiknya menjawab sapaannya, ia terus meracau dengan bahasa bayi yang susah dipahami oleh Mattheo dan Isie.
"I yuu." Ucap Zielle lalu mendongakkan kepalanya lagi pada ibunya.
Isie mengerutkan keningnya. "Apa artinya "i love you?""
KAMU SEDANG MEMBACA
PROPINQUITY || Mattheo Riddle [ END ]
FanfictionYou really are the apple of my eye _______________ seluruh cerita milik JK Rowling. kecuali Oc. cerita sedikit berbeda dengan aslinya. Dan Mattheo Riddle adalah karakter ciptaan @yasmineamaro