Isie memperhatikan setiap lembar foto yang ada ditangannya, matanya memperhatikan setiap detail yang ada difoto tersebut. Tangannya bergetar ketakutan, matanya memerah menahan air matanya yang siap mengucur deras disana.
Ia meletakkan foto tersebut, kemudian beralih pada beberapa surat yang ada disana. Semakin ia membacanya, ia semakin tidak bisa membuat dirinya tenang. Entah perasaan seperti apa yang harus ia rasakan sekarang. Ia ketakutan dan juga senang dalam waktu bersamaan.
Namun rasa takut itu tetap mendominasi dirinya. Ia segera meletakkan surat tersebut, lalu meletakkannya kembali pada kotak tersebut ditempat semula ia mengambilnya.
Diatas lemari kekasihnya.
Ia menatap Mattheo yang sedang tertidur lelap diranjangnya. Ia akan sangat kecewa dengan lelaki itu jika semuanya benar.
Setelah apa yang ia rasakan, ia harap semua ini nyata. Ia segera menghapus air matanya, berlari keluar kamar menuju perpustakaan rumah tersebut.
Beberapa bahkan hampir seluruh buku yang ada disana adalah tentang mantra hitam. Dan Isie sendiri kebingungan mencari letak buku yang ia cari. Dengan sabar ia terus menelusuri setiap rak yang ada disana, membaca setiap judul buku yang ia harapkan dapat membawanya menuju jawaban yang ia cari.
Pintu perpustakaan terbuka, namun Isie belum menyadari hal tersebut karena ia masih fokus dengan bacaannya. "Apa yang kau lakukan?" Suara tersebut berhasil membuat Isie terkisap dan segera menutup buku yang ada ditangannya, segera ia menyembunyikannya dibalik tubuhnya.
Ia mengusap air mata yang ada disudut matanya. "Tidak ada. Hanya melihat-lihat." Jawabnya sembari menghindari tangan Mattheo yang mencoba mengambil buku yang ada ditangan Isie.
"Aku bangun dan tak melihat dirimu dan itu membuatku panik." Mattheo segera membawa tubuh Isie kedalam dekapannya.
Ia memberikan kecupan demi kecupan dipucuk kepala Isie, hingga ciuman itu turun menjadi liar. Mattheo segera melumat bibir penuh milik Isie membawa wanita kedalam kenikmatan yang luar biasa di siang hari yang sejuk ini.
Mattheo melepaskan tautan mereka dan segera berbalik untuk membaca buku apa yang telah Isie baca. Isie terkejut karena ia sendiri tidak menyadari kapan lelaki itu mengambil buku yang ada ditangannya. Hingga ia menyadari bahwa ciuman tadi hanyalah akal bulus Mattheo untuk mengalihkan perhatian Isie. Astaga betapa bodohnya dia.
Isie mencoba merebut kembali buku tersebut namun Mattheo menahan dirinya. "Kenapa kau membaca buku ini?" Tanya Mattheo mengangkat buku tersebut didepan wajah Isie.
"Kenapa? Apakah aku tidak berhak mengetahui kebenaran yang selama ini kau tutupi?" Tanya Isie dengan matanya yang menatap tajam Mattheo.
Mattheo segera mendorong tubuh Isie ketembok menghimpit gadis itu disana, tanpa membiarkan celah sedikit pun pada wanita itu untuk pergi. "Kebenaran apa yang kau maksud?" Desis Mattheo.
Jujur saja Mattheo sangat kesal ketika Isie membaca buku tersebut, ia sudah tahu alasan dibalik Isie yang mendadak mau masuk kedalam perpustakaannya sendirian dan membaca buku yang sengaja ia sembunyikan dengan baik. Karena Isie telah membaca dan melihat kotak yang ada dilemarinya. Namun, ia tidak menyangka bahwa wanita itu ternyata sangat pintar hingga dapat menemukannya.
Ia tidak marah pada Isie karena menemukan buku itu, tapi ia takut, sangat takut akan jika setelah ini Isie akan menjauhinya, Isie-nya akan membencinya. Ia takut setelah ini gadis bulannya akan pergi meninggalkan dirinya.
"Kebenaran bahwa kau menggunakan love potion padaku."
Satu kalimat itu berhasil membuat dunia Mattheo terasa runtuh detik itu juga.
Δ®
Sejak pertama kalinya ia menginjakkan kakinya di sekolah sihir yang bernama Hogwarts ia telah jatuh cinta dengan sosok gadis berambut dirty blonde tersebut.
Ia masih ingat bagaimana pertama kalinya mereka melakukan tatapan mata. Manik mata biru itu bertemu denhan manik coklat miliknya. Ia melihat senyuman tulus yang diberikan kepadanya. Senyuman yang sangat jarang sekali orang-orang berikan.
Disaat semua orang mencoba untuk menjauhinya, hanya gadis itu yang berani tersenyum padanya.
Selama proses penyortiran asrama ia selalu berharap bahwa gadis yang belum ia ketahui namanya itu agar satu asrama dengannya.
"Mattheo Riddle."
Ia segera duduk dibangku dengan shorting hat dikepalanya untuk membacakan asrama mana yan cocok untuknya.
"SLYTHERIN."
Ucap shorting hat dengan lantang. Ia segera duduk dibangku Slytherin bersama yang lainnya. Saat duduk pun ia masih memperhatikan gadis itu yang terlihat tengah asik membicarakan sesuatu yang tidak ia ketahui bersama teman-temannya.
Ia sedikit berpikir bagaimana gadis itu sudah memiliki teman dihari pertamanya? Namun ia melupakan pikiran tersebut saat melihat senyuman yang terukir diwajah cantiknya. Cekikikan yang tertahan karena tidak berani tertawa disuasana seperti ini. Membuatnya benar-benar terpesona akan gadis itu.
"Denara Alsie Moonbeam."
Ucap profesor McGonagall yang awalnya ia hiraukan namun fokusnya hilang karena gadis yang tengah ia perhatikan itu maju kedepan.
"Moonbeam." Gumamnya kecil.
Jantungnya berdetak tak karuan kala menunggu hasil dari gadis yang sudah ia ketahui namanya tersebut.
"HUFFLEPUFF."
Ada sedikit rasa kecewa kala ia mendengar gadis itu tidak satu asrama dengannya. Terlebih asrama kuning tersebut. Karena Slytherin menganggap Hufflepuff terlalu lemah jika disandingkan dengan mereka.
Namun, ia tetap bersyukur kala kenyataannya bahwa ia masih bisa satu sekolah dengan Alsie.
Dan sejak itu juga obsesinya pada gadis bermarga Moonbeam itu timbul. Obsesinya untuk memiliki gadis itu dengan berbagai cara.
Hingga cara licik terlintas dipikirannya yaitu menggunakan love potion seperti yang ibunya lakukan pada ayahnya sendiri.
Pas dia lagi tidur, cute banget ga siiee
KAMU SEDANG MEMBACA
PROPINQUITY || Mattheo Riddle [ END ]
FanfictionYou really are the apple of my eye _______________ seluruh cerita milik JK Rowling. kecuali Oc. cerita sedikit berbeda dengan aslinya. Dan Mattheo Riddle adalah karakter ciptaan @yasmineamaro