Tangannya dengan lincah dan teliti menyapu make-up ke wajahnya, polesan demi polesan eyeshadow, blush-on, eyeliner, menggunakan maskara dengan hati-hati dan sangat rapi, hingga yang terakhir ia memoleskan lipstick berwarna soft ke bibir ranumnya yang membuat tampilannya lebih menggoda untuk para laki-laki untuk mencicipi bibir lembut itu.
Ia mulai memainkan helaian demi helaian rambut nya, membentuknya serapi mungkin. Dengan sentuhan terakhir ia menyemprotkan parfum favoritnya ke leher hingga pakaian miliknya yang sangat pas untuknya.
Ia meletakkan parfum tersebut, berputar ditempatnya memandang kecermin betapa cantiknya ia malam ini. Betapa sempurnanya ia malam ini.
Pikirannya berkelana kesana kemari, berharap malam ini ia akan menjadi pusat perhatian semua orang. Membayangkan bahwa ia akan menjadi seorang ratu pada malam ini.
Ia menepuk pelan kepalanya, mengangkat gaunnya agar mempermudahkan dirinya untuk berjalan. Melangkahkan kakinya yang menggunakan heels yang lumayan tinggi itu meninggalkan kamarnya menuju keramaian di aula.
Dengan langkah hati-hati karena takut akan terjatuh saat menggunakan heels, walau bukan yang pertama kalinya ia tetap saja merasa takut akan terjatuh atau tersandung karena heels ia tidak ingin merusak malam sempurnanya hanya untuk ditertawakan karena sepasang heels.
Great Hall kini nampak berbeda seratus persen dari biasanya. Warna Great Hall yang biasanya terlihat berwarna coklat tua yang membosankan, kini didominasi oleh warna biru seperti es dilautan. Lampu kristal berbentuk salju, digantung ditengah-tengah ruangan. Ditengah terdapat pohon natal yang besar dengan hadiah yang sangat banyak dibawahnya. Lampu-lampu natal tersebar disana-sini menyala dengan bantuan sihir. Disetiap sudut tempat terdapat tempat makanan dan minuman yang sangat menggugah selera makan.
Seseorang yang baru saja masuk – terlambat masuk – kini menjadi pusat perhatian semua orang di Great Hall. Mereka terpana dengan pandangan gadis itu karena penampilannya yang nampak berbeda dari biasanya. Sebuah lengkungan timbul dibibirnya, ia tersenyum lebar membuat mereka semakin terpana akan senyumannya yang manis.
Seorang pria berjalan kehadapan gadis tersebut – yang nampak seperti pasangannya untuk dansa kali ini. Lelaki tersebut berjalan dengan gagah. Mereka memberikan jalan pada lelaki tersebut untuk menghampiri gadisnya malam ini.
Balutan tuxedo hitamnya dilengkapi dengan dasi kupu-kupu, tampilannya terlihat lebih rapi dari bisanya. Rambutnya yang disisir rapi, sepertinya ia juga menambahkan gel rambut untuk menyempurnakan tampilannya. Nampak sangat tampan. Bisa diperkirakan para gadis di Great Hall tengah berlomba untuk mendapatkan hati sang lelaki.
"May i?"
Lelaki itu memberikan tangan kanannya kepada sang gadis, dengan tangan kirinya yang berada dibelakang tubuhnya. Tubuhnya sedikit menunduk yang membuat gadis tersebut semakin malu namun juga merasa begitu berharga.
"Sure."
Ia menerima jabatan tangan lelaki tersebut. Lelaki itu memutar posisinya menjadi disebelah kanan sang gadis, dengan tangan kanan gadis itu yang bergandengan ditangan kirinya.
Mereka berjalan layaknya seorang raja dan ratu ditengah para rakyat mereka.
Prof. Dumbledore memberikan sambutannya, dan membuka acara Yull Ball dengan para pejuang yang berdansa terlebih dahulu. Kemudian diikuti oleh seluruh murid tahun ke-empat hingga ke-tujuh.
Keduanya berdansa dengan indah, mengikuti setiap alunan musik dengan pas. Tanpa ada satu pun kesalahan. Bahkan tidak ada satu orang pun diantara keduanya yng menginjak kaki pasangan dansa masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROPINQUITY || Mattheo Riddle [ END ]
FanfictionYou really are the apple of my eye _______________ seluruh cerita milik JK Rowling. kecuali Oc. cerita sedikit berbeda dengan aslinya. Dan Mattheo Riddle adalah karakter ciptaan @yasmineamaro