Beberapa tahun kemudian ...
Berhasil. Mungkin satu kata yang tepat untuk disematkan pada Isie. Setelah usahanya selama ini ia berhasil untuk menjalani kehidupannya yang sekarang dibilang cukup baik untuknya.
Bukan membuka usaha toko roti ataupun makanan lainnya, ia berhasil mendirikan sebuah galeri seni miliknya. Sangat jauh bahkan diluar bayangannya sendiri kala itu. Semua ini bermula karena lukisan aneh yang ia beli dengan sisa uangnya. Siapa sangka justru lukisan yang sempat ia benci itu menjadi kuncinya menuju kesuksesannya saat ini.
Mulai sejak itu juga, ia lebih menekuni minatnya dalam hal seni terutama untuk melukis. Isie banyak belajar dari berbagai seniman dalam menghasilkan karya-karya yang mampu orang-orang sukai.
Dari hal itu juga, Isie jadi bisa sedikit memahani tentang lukisan yang ia beli. Mata itu, itu adalah miliknya. Ia sangat yakin bahwa itu adalah mata miliknya. Tapi, bagaimana bisa? Ia tidak ingin berkeras kepala, karena ada jutaan orang didunia ini yang memiliki warna mata dan bentuk mata yang hampir sama dengan miliknya.
Selama menjalankan usahanya juga ia turut serta untuk mencari siapa yang sebenarnya melukis lukisan tersebut. Terlebih lagi seniman jalanan itu yang tiba-tiba hilang bagai ditelan bumi.
"Help."
Isie menghentikan langkahnya kala mendengar suara permintaan tolong tersebut. Ia berbalik dan tubuhnya langsung ditabrak oleh entahlah siapa pun itu. Seorang pria yang nampak lusuh, sepertinya tengah mendapatkan beberapa masalah dengan pemuda gang setempat.
"Oh lihat, ibu perinya datang." Ucap salah seorang dari mereka diringi dengan tawaan ketiga temannya yang lain.
Salah satu dari mereka berniat untuk menyentuh Isie, namun ia mengeluarkan tongkatnya secara diam-diam dibalik saku coatnya. Pemuda-pemuda tersebut nampak terkejut karena mendapatkan serangan tiba-tiba tersebut. Mereka mencoba untuk menyerang kembali, namun terlalu takut dengan serangan tidak terlihat itu dan memilih untuk pergi dari sana.
"Dasar kutu jalanan." Isie menepuk-nepuk kembali pakaiannya.
Melihat seorang pria tunawisma dibalik tubuhnya. Penampilannya sangat buruk, pakaian yang kotor dan nampak sobek dibeberapa tempat. Badannya terlihat sangat kurus, entah sudah berapa hari ia tidak makan dan jangan lupakan bau badannya. Oh, Isie tidak kuat untuk menciumnnya. Namun demi kemanusiaan ia harus menahannya.
"Permisi, Tuan - " Lelaki itu menoleh menatap Isie membuat sekujur tubuh wanita itu diam membeku.
"Mattheo?"
God damn.
Hanya satu yang ada dalam pikiran Isie saat ini, apa yang terjadi dengan Mattheo?
Tubuh Mattheo nampak bergetar dan ketakutan kala Isie berusaha untuk menyentuhnya, ia terus mundur berniat untuk menjauhi Isie.
"Mattheo, ini aku. Isie." Isie terus berusaha untuk menggapai tangan lelaki tersebut. "Kau melupakan aku?" Ia terus mengajak Mattheo untuk berbicara dengan lembut agar Mattheo tidak takut dengan dirinya.
Jujur saja, Isie sendiri masih terkejut dengan situasi yang sedang ia hadapi secara tiba-tiba ini. Namun, ia memilih untuk tenang sementara waktu kala melihat kondisi Mattheo yang sepertinya bermasalah.
Δ®
Isie menopang dagunya dengan kedua tangan miliknya. Matanya terus mengamati lelaki yang tengah makan dengan lahap dihadapannya. Entah sudah berapa hari ia tidak makan. Ia juga sudah mengganti pakaian milik Mattheo menjadi lebih layak dengan membelikannya yang baru, memandikan lelaki itu. Bukan hal yang susah mengingat dulu mereka pernah tidur berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROPINQUITY || Mattheo Riddle [ END ]
FanfictionYou really are the apple of my eye _______________ seluruh cerita milik JK Rowling. kecuali Oc. cerita sedikit berbeda dengan aslinya. Dan Mattheo Riddle adalah karakter ciptaan @yasmineamaro