28

1.9K 244 13
                                    

"I'm a pure pureblood."

Isie tertawa ringan, sembari mengusap bekas darah dimulutnya. Menatap Voldemort dengan tatapan tajamnya.

Ia berjalan mendekati Voldemort. "Sekarang siapa yang rendahan disini?" Ia bertanya dengan nada sinisnya.

Semua orang diam, termasuk Mattheo yang baru menyadari satu kebenaran tentang status darah kekasihnya tersebut. Selama ini ia tidak pernah mengira bahwa Isie adalah seorang pureblood. Karena sejauh ini Isie memang tidak pernah mengatakan tentang status darah miliknya.

Bellatrix maju mendekati Isie, menarik gadis itu mendekati tubuhnya. Matanya menelisik seluruh tubuh Isie. Isie mendesir ketakutan, mata tajam itu seolah ingin menguliti dirinya, mencari letak kebohongan yang ia ucapankan.

"ARRGHHH."

Lututnya melemah, kedua kakinya tidak mampu untuk menahan beban tubuhnya. Ia terjatuh begitu saja, lengannya terasa sangat perih. Salah satunya disayat dan salah satunya diberi mantra.

Air matanya mengalir dengan deras, ia berharap dengan menangis akan membendung rasa sakit yang ia dapatkan.

"Stop it!!!"

Mattheo berjalan mendekati tubuh Isie yang terbaring dilantai, jujur ia juga terluka kala melihat gadisnya yang terluka.

Mattheo mengangkat tubuh Isie, membawa gadis itu untuk beristirahat dikamarnya. Isie tidak pingsan. Mattheo dapat melihat mata indah yang biasanya menatapnya dengan kilauan cerah itu kini tampak sangat redup.

Mata itu sesekali terpenjam menahan rasa sakit ditubuhnya, ia melirik Mattheo yang tengah membalut lukanya dengan hati-hati. Sebenarnya Isie tidak mengerti mengapa Mattheo menggunakan cara muggle jika ia bisa menggunakan sihir.

Mattheo selesai mengobati Isie, ia duduk ditepi ranjang, mengelus kepala Isie namun sebelum tangannya bisa menyentuh kepala Isie, gadis itu menghindari dirinya.

Ia mengikuti pandangan Isie, ia merasa sangat bersalah karena tidak dapat melindungi gadisnya itu. Ia gagal menjadi seorang pria yang menepati janjinya kepada orang tua Isie.

Mattheo mengusap air mata Isie yang kembali tumpah, ia membawa Isie kedalam pelukannya.

"A-apakah aku sekarang menjadi bagian dari pelahap maut?"

Pertanyaan itu begitu menyayat hati Mattheo. Ia tidak perlu menjawab karena ia yakin bahwa Isie juga sudah tahu jawabannya. Ia memilih untuk memperat pelukannya pada gadisnya, membiarkan Isie menangis sesuka hatinya jika itu membuat Isie menjadi lebih baik.

Isie mengusap air matanya, sadar apa yang sedang ia lakukan sekarang. Ia segera mendorong tubuh Mattheo menjauh darinya.

"Leave me alone."

Mattheo hendak memprotes perkataan Isie, namun ia segera membalikkan tubuhnya membelakangi Mattheo. Mattheo menghela napasnya, ia mengalah untuk hari ini. Memberikan waktu kepada Isie. Ia sangat yakin bahwa gadisnya pasti sedang sangat terluka.

Ia akhirnya keluar, menutup pintu kamar Isie. Hanya satu yang ia harapkan saat ini, bahwa gadisnya tidak akan berlarut dalam kesedihannya.

PROPINQUITY || Mattheo Riddle [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang