25

2K 250 4
                                    

"Mummy ... Daddy."

Isie membuka pintu rumahnya dengan senyuman yang gembira karena akhirnya ia dapat kembali pulang kerumahnya yang utama dan akan segera bertemu kembali dengan kedua orang tuanya.

Bukan tidak tahu, namun Isie sungguh tidak peduli sama sekali tentang berita kembalinya Voldemort yang sudah dilihat oleh kementrian sendiri. Ia waspada, tetapi tetap lebih memilih untuk menyenangkan dirinya sendiri ditengah kekacauan ini.

Isie berlari kala melihat kedua orang tuanya berjalan menuruni tangga, ia segera menjatuhkan barang bawaannya dan memeluk mereka dengan sangat erat.

Ia melepaskan pelukannya pada ibunya, beralih mengangkat kedua kakinya dan mengalungkannya dipinggang ayahnya. Dia seperti bayi jika sudah kembali bersama sang ayah.

"Mummy, aku lapar?" Ucap Isie dengan nada manjanya.

Isa mengerutkan alisnya. "Kau berani menyuruhku?" Tanya Isa dengan sedikit penekanan.

Isie sedikit terkejut dengan nada perkataan aneh yang Isa keluarkan karena tidak biasanya Isa berbicara seperti itu padanya. Tapi, ia memaklumi semuanya karena bagaimana pun Isa adalah ibunya.

Isie mengangguk pelan, menyembunyikan kepalanya dileher sang ayah. "Daddy, ayo kita kekamar."

"Let's go, my highness."

Isie sedikit tertawa akan ucapan ayahnya yang terlalu berlebih itu menurutnya. Jarang sekali Evander memanggil Isie semanis itu.

Ia membenarkan posisi tubuh putrinya itu, membawa putri besarnya kekeinginannya.

Sedangkan Isa hanya menggeleng lalu membuatkan apa yang Isie minta.

Δ®

"Dia sudah tidur?"

"Sudah, Tuan. Saya sudah menambahkan obat tidur pada makanannya."

Dia mendekati tubuh Isie yang terlelap dalam tidurnya. Mata indah itu telah tertutup, bibir manisnya yang biasanya selalu saja mengatakan hal-hal acak kini terkatup.

Ia mengelus dengan lembut kepala Isie. Sebenarnya tanpa obat tidur pun Isie tetap akan tidur nyenyak, ia tidur bagai meninggal. Sekali kedua mata itu tertutup maka telinganya pun ikut tertutup, ia tidak akan bangun bahkan bencana sekali pun datang.

Namun ia hanya ingin berjaga-jaga takut jika nanti Isie terganggu dengan kedatangannya.

"I still love you."

Ia membaringkan tubuhnya disebelah tubuh Isie, memeluk tubuh gadis itu dari belakang membenamkan wajahnya dileher Isie. Sesekali ia mengendus wangi tubuh Isie, hanya itu ia tidak berani melakukan hal lebih takut ia tidak akan berhenti.

"Maaf mengganggu tidur Anda, Tuan Lightwater."

Seorang pelayan masuk kedalam kamar, membuat yang tertidur disana terbangun. Hanya dia yang bangun.

"Waktunya pergi." Ucap pelayan tersebut, lalu pergi meninggalkan sang tuan dengan gadis pujaannya.

Harvey menyesesuaikan cahaya yang masuk dalam indera penglihatannya. Menyadari bahwa ia tidur tidak sendiri. Tangannya terulur mengelus wajah gadis dihadapannya yang masih setia memejamkan matanya.

Entah karena ia terlalu mengantuk atau karena obat tidur itu diberikan secara berlebihan hingga saat ini gadis itu masih belum membuka matanya.

Namun hal itu menjadi keuntungan bagi Harvey, karena jika Isie sadar sebelum dirinya maka akan terjadi bahaya. Ia segera bersiap-siap merapikan dirinya.

Memberikan kecupan ringan pada kepala Isie kemudian ia keluar kamar dengan menutup pintunya secara perlahan.

"Jaga dia, jika aku mendengar atau melihatnya terluka sedikit pun maka kalian tahu akibatnya." Ucap Harvey secara tegas kepada pasangan dihadapannya.

"Tentu, Tuan. Kami akan menjaga Nona Moonbeam dengan sangat baik."

Harvey menganggukkan kepalanya, kemudian memberi isyarat lewat matanya pada salah seorang pelayan miliknya.

Kemudian mereka ber-disapparate kembali ke kediaman Lightwater.







































Up gaisss, maaf ya ga bisa up sering. Tugas aku ga tau diri lama kelamaan 😭

 Tugas aku ga tau diri lama kelamaan 😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lagi cape, eh di pap suami duh

PROPINQUITY || Mattheo Riddle [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang