Para siswa dikumpulkan di Great Hall seperti biasanya setelah mereka menghabiskan liburan akhir tahun mereka. Para murid tahun ajaran baru harus mengikuti acara pemilihan asrama, dan para murid yang sudah naik tingkat duduk dimeja asrama mereka dengan tenang menyaksikan acara pemilihan asrama tersebut.
Namun berbeda dengan empat sekawan manusia berjubah kuning, bukannya mengikuti acara dengan hikmat, mereka justru tidak mendengarkan atau mengetahui apa yang terjadi didepan sana karena sibuk dengan urusan mereka sendiri.
"Benarkah?" Tanya Justin sembari menyumpal makanan ke mulutnya.
Para anak-anak yang duduk disekitar mereka hanya bisa memperhatikan tingkah keempat sahabat itu. Belum ada yang memasukkan makanan keperut mereka bahkan untuk satu nasi pun, berbeda dengan empat manusia itu. Mereka makan dengan lahap tanpa memperdulikan larangan Dumbledore yang meminta mereka untuk makan setelah acara selesai.
"Ya. Dan aku dengar beberapa atau bahkan semua dari mereka adalah veela." Sahut Ernie yang memasukkan satu buah donat penuh kemulutnya.
"Secantik itukah mereka?" Tanya Susan menyeruput jus labunya hingga kegiatan pemilihan asrama terhenti karena suara saat ia meminum jus tersebut.
Mereka berempat sontak diam karena merasa menjadi pusat perhatian. Mereka meletakkan kembali makanan yang ada ditangan mereka, menunduk malu. Sembari menguyah sisa makanan terakhir yang ada dimulut mereka.
Prof. Snape hendak berdiri untuk memarahi keempat manusia tersebut, namun diurungkan karena prof. McGonagall mencegahnya. Alhasil ia kembali duduk namun tatapan matanya tidak beralih dari empat manusia itu.
Kegiatan pemilihan asrama pun kembali dilanjutkan. Semuanya juga kembali mengalihkan atensi mereka kedepan.
"Mereka seorang veela. Emang ada veela yang jelek?!" Ucap Ernie, tentu saja berbisik.
Isie mengangkat tangannya perlahan keatas meja untuk mengambil sepotong brownies dihadapannya yang sejak tadi menghipnotis matanya untuk segera dimakan.
"Argh, sakit." Ia mengelus tangannya yang baru saja mendapatkan pukulan.
"Siapa yang berani memukul tanganku?" Ia menatap ketiga temannya yang menggeleng.
Ia merasakan hembusan napas seseorang dilehernya, Isie berbalik. Sontak tubuhnya membeku terkejut. Bagaimana bisa seseorang itu ada dihadapannya sekarang? Lelaki berambut coklat bermata hijau itu kini benar-benar ada dihadapannya. Ia mengucek matanya, memukul pelan kepalanya untuk memastikan bahwa yang dilihatnya bukanlah khayalannya semata.
"Aku nyata, Denara."
"Harvey." Pekik Isie.
Isie langsung menghambur kepelukan Harvey yang entah sejak kapan ia ada disana. Tentu saja hal itu kembali membuat ia menjadi sorotan, terlebih lelaki yang duduk dimeja asrama Slytherin itu yang menatap keduanya dengan tatapan tajam dan penuh amarah.
"Sepertinya brownies lebih menggoda dari kedatangaku?" Tanya Harvey lembut.
"Ya, sejak tadi aku ingin brownies itu namun ada saja yang menggagalkan aku mengambilnya." Menjawab seolah semuanya yang ada disekitar mereka baik-baik saja padahal semua mata masih menatap mereka.
Harvey terkekeh, melepas pelukannya pasa Isie. Mengajak Isie untuk duduk. Isie duduk dan langsung dihadiahi oleh tatapan mengerikan oleh sahabatnya seolah jika ia tidak mengatakan sesuatu maka kematian tinggal sedetik baginya.
"Akan aku jelaskan nanti, aku hanya ingin memakan brownies saat ini." Ucap Isie menampilkan wajah puppy eyes nya yang membuat sahabatnya itu luluh.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROPINQUITY || Mattheo Riddle [ END ]
FanfictionYou really are the apple of my eye _______________ seluruh cerita milik JK Rowling. kecuali Oc. cerita sedikit berbeda dengan aslinya. Dan Mattheo Riddle adalah karakter ciptaan @yasmineamaro