||Chapter 29||

496 41 1
                                    

"Hai Kei, gimana udah baikkan?" Jendra membuka suaranya, setelah Nayla dan Satrio keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai Kei, gimana udah baikkan?" Jendra membuka suaranya, setelah Nayla dan Satrio keluar. Yang tersisa diruangan ini hanya ia berdua dengan Keisya yang tengah berbaring setengah duduk di ranjang. Yang ditanya merasa kikuk, Keisya merasa tidak nyaman dengan situasi ini.

"Engh.. Alhamdulillah better daripada kemarin kak, ka Jendra sendiri oke? Udah lumayan lama kita nggak ketemu," Jendra mengangguk pelan, "aku baik, dan ya.. Aku minta maaf untuk sikapku yang kemarin ya Kei, sampe kamu harus bedrest gini, aku benar-benar khawatir." Jendra mendekat ke arah ranjang.

"Eh iyaa, nggak apa-apa, bukan salahnya ka Jendra juga kok. Emang akunya aja lagi nggak fit," Keisya menunjukkan cengirannya berusaha mencairkan suasana.

Cowok itu menatap gadis di depannya dengan hangat, gadis ini walaupun katanya sudah baikkan, tapi wajahnya masih pucat dan sedikit celong. "Kata Nayla, hari ini udah boleh pulang?" Keisya menatap Jendra, kemudian gadis itu mengangguk. "Iya, udah lama disini aku, bosen. Pengen sekolah lagi, kangen temen-temen," Jendra mengangguk.

"Yaudah, aku tungguin yaa, ikut anter kamu pulang, boleh?" Keisya tidak bisa menyembunyikan raut wajahnya yang sedikit kaget, "emm, ka Jendra nggak keberatan? Udah izin sama tante–"

"Nggak lah, aku yang nawarin masa aku yang keberatan, tadi juga udah izin bunda kok," Jendra menunjukan jempolnya tanda 'ok, jangan khawatir', kemudian cowok itu tersenyum pepsodent.

😁👍🏻

Keisya mengangguk-anggukkan kepalanya sedikit tersenyum kecil, padahal di dalam hatinya udah meledak-meledak kesenengan.

"Infusnya belum dilepas ya? Udah dibilangin mau dilepas kapan?" Jendra memperhatikan tangan sebelah kiri cewek itu. Namun yang ditanya malah gugup, teringat sakitnya ketika suster memasang jarum infus itu. Memikirkan ketika dicabut akan sesakit apa.

"Be–"

Tok tok!

Suara pintu dibuka berbarengan dengan seorang perawat perempuan masuk kedalam ruang rawat Keisya membawa baki berisi peralatan kesehatan. "Halo kak, gimana udah baikkan?" Sapa suster tersebut.

"Hari ini kita cabut infus ya kak!" Lanjutnya bagai suara kematian untuk Keisya.

Gadis itu merasa takut, pasang infus kemarin sangat sakit, dan beruntung Keisya ditemani Farhan, ayahnya. Jadi ia bisa melampiaskan rasa sakit itu kepada ayahnya. Tapi sekarang tidak ada siapapun, kecuali ya–Jendra. Tapi Keisya merasa malu kepada cowok itu.

"Sus.. Lepas infusnya bisa nanti aja nggak? Tunggu ayah, atau temen saya dulu.." Keisya mencoba bernegosiasi dengan sang suster.

"Loh kenapa kei?" Jendral menatap gadis itu heran. "Hehe.." Keisya hanya memberikan cengirannya, dan menatap suster mengiba. Yang ditatap malah tertawa cekikikan. "Sakit yaa..?! Haha, itu kan ada pacarnya. Masnya pegangin dong!" Goda sangat suster sembari mengutak-atik kantung infus.

RAJENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang