||Chapter 16||

569 82 1
                                    

Katanya, jangan patah semangat.

Class met akhirnya terlaksana juga, hari pertama dan kedua di khususkan untuk Basket. Hari kedua ini, Kelas Jendra baru kebagian untuk tanding dengan kelas Xl IPA'6 yang sudah di atur sedemikian rupa oleh anggota OSIS yang bertugas mengatur jalannya class met.

Keisya sendiri yang kebetulan adalah anggota PMR kebagian tugas untuk berjaga-jaga jika ada yang cedera, di pinggir lapangan dengan beberapa teman lainnya.

Mendapat keuntungan sendiri bagi Keisya yang bertugas pada hari kedua jalannya class met, karena gadis itu dapat melihat Jendra yang menurutnya tampan berkali-kali lipat jika mengenakan Jersey basketnya.

"AYO AYO SEMANGAT SEMANGAT!! ANJRITT GANTENG BANGET!!"

Keisya menoleh ke arah suara cempreng itu. Di sana ada Diran dan kawan-kawannya yang sedang berteriak menyemangati para anggota basket yang sedang bertanding.

Masih ingat dengan Diran? Gadis yang pada sore hari waktu ekskul lalu yang memberikan Keisya sebuah benda untuk di serahkan ke anak karate. "WOI! Jendra punya gue!" Keisya berteriak, namun berakhir gumaman. Takut pacarnya Jendra dengar.

"Iya bacot aku tau!" Salah satu teman Diran menjawab. Itu Caca, nama aslinya sih Salsa. Salsa ini juga tau jika Keisya suka dengan Jendra, untungnya, teman-teman Keisya bisa di ajak kompromi menjaga rahasia.

"KEISYA!" Keisya terlonjak kaget mendengar teriakan besar itu. Selin datang dengan memapah seorang cowok yang mengenakan Jersey basket yang beda dengan kelompok Jendra.

"Eh eh ini kenapaa? Sini sini duduk dulu," Keisya membantu Selin mendudukan cowok itu. "Ke slengkat kakinya, terus jatuh, emang lu enggak lihat?"

Enggak, orang gue lagi ngomelin Diran sama temen-temennya yang ngelitin Jendra. Batin Keisya. "Ehehe, enggak,"  Selin geleng-geleng kepala.

"Sini kak, duduk." Keisya membantu Selin mendudukan cowok yang berada di rangkulan Selin itu. "Siapa namanya?" Keisya bertanya. "Gue kesana lagi ya!" Keisya mengangguk menjawab ucapan Selin.

"Kenar." Cowok itu menjawab. "Oke ka Kenar, sepatunya boleh di lepas dulu?" Kenar mengangguk. Kemudian cowok itu membuka sepatunya sembari meringis pelan.

"Aku pijit pelan pelan ya?" Kenar hanya mengangguk saja. Kemudian Keisya duduk di lantai, memangku sebelah kaki Kenar yang sudah tidak beralaskan apapun. Gadis itu memijat pelan. "Shhh.. pelan,"

Keisya memelankan pijatannya. "Gini?" Kenar mengangguk. "Tahan sebentar ya, abis ini enggak sakit lagi kok,"

Kretek

"Aghh.. aduh pelan!" Kenar mencengkram Jersey basketnya.

Keisya kembali mengelus-elus kaki Kenar. "Masih sakit enggak?" Keisya menaruh kembali kaki Kenar ke posisi semula. Cowok itu menggerakkan kakinya pelan. "Udah enggak sesakit tadi sih," cowok itu tersenyum menatap Keisya.

"Makasih ya. Nama lo siapa?" Keisya membalas tersenyum.

"Keisya."

"Manis," gumam cowok itu ketika melihat senyum Keisya.

"Hah apa?" Kenar gelagapan sendiri. "Eh enggak," Keisya hanya mengangguk tak perduli.

Di lain sisi Jendra tengah mengelap keringatnya dengan handuk kecil yang ia bawa sendiri sembari berjalan menuju kelas guna mengambil baju ganti. Pertandingan sudah selesai, dan tentu saja, kelasnya menang.

RAJENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang