"Nggak usah geer. Dia kenal lo aja nggak."
👓👓👓
Setelah insiden tadi, Keisya dan Nayla- meminta maaf kepada mamang penjual bakso dan mengganti rugi kedua mangkuk yang pecah dengan uang jajan Nayla. Untung Nayla orang berada. Dan cewek itu suka membawa uang jajan 50 Ribu ke atas.
Keduanya telah kembali duduk dan makan dengan tenang di sisi kantin. "Eum.. maaf ya Nay, besok uangnya gue ganti deh." Setelah menelan baksonya, Keisya angkat bicara atas kerisauan nya dari tadi.
"Nggak usah! Anggep aja kita impas. Karena gue suka nyontek pr lo, nah ini sebagai imbalannya." Nayla menanggapi ucapan Keisya dengan santai.
"Kaya sama siapa aja lo! Biasanya morotin gue ampe ratusan ribu, biasa aja tuh." Celetuk Nayla lagi. Keisya yang tidak terima ucapan Nayla, mendorong sedikit bahu cewek itu.
"Ratusan ribu ndasmu!"
"Ehehehehe iya iya nggak. Santai aja sama gue mah. Ya nggak ? Ya nggak?" Nayla menaik turunkan alisnya.
"Iya deh iya! Udah makan lagi, nanti bel, kita belum selesai." Ingat Keisya.
•••
Selesai makan, mereka memilih menghabiskan waktu duduk di bangku depan kelas yang menghadap lapangan. Menyaksikan beberapa anak laki laki yang sedang bermain bola. "Keisya! Tuh lihat tuh kei!" Seru Nayla histeris.
Keisya menoleh. Lalu mimik wajahnya berubah masam. "Sialan!" Usai menempeleng kepala Nayla, Keisya berdiri dari duduknya. "Eh mau kemana lo?" Nayla menarik sebelah tangan Keisya ketika melihat Keisya berdiri.
"Pipis." Rupanya pemandangan yang membuat mimik wajahnya masam membuatnya ingin buang air. "Yah, baru lihat yang kaya begitu aja pengen pipis! Apalagi liat mereka pelukan." Celetuk Nayla diakhiri gumaman.
Keisya memilih tidak menanggapi. Karena sudah benar benar kebelet, ia berlari meninggalkan Nayla menuju toilet. Saat keluar dari salah satu bilik toilet, bel masuk pelajaran selanjutnya terdengar hingga tempat Keisya berdiri. Namun tak ayal ia meninggalkan kebiasaannya sehabis buang air kecil, ngaca.
Lalu setelah keluar dari toilet, Keisya berjalan melewati loker loker milik siswa. "Permisi," panggil Keisya kepada bapak petugas penjaga loker. Laki laki setengah gempal itu menoleh.
"Eh iya, ada apa ya neng?"
"Anu pak, ehm.. saya boleh pinjem kunci loker punya ka Jendra?" Laki laki itu menyerit sebentar.
"Ah si aa' ganteng? buat apa ya neng? Udah ijin sama orangna?" Keisya mengangguk lalu menggeleng.
"Ah kalo gitu teh si eneng ijin dul-"
"Tapi- tadi saya nggak sengaja numpahin kuah bakso ke bajunya ka Jendra, jadi saya mau tanggung jawab dengan cuciin bajunya. Tapi dia nggak tau kalo saya mau nyuciin bajunya," jelas Keisya.
"Ijin dul-"
"Nah itu dia pak, bapak jangan kasih tau ka Jendra nya. Biar besok pas dia ambil bajunya, udah bersih lagi. Ya pak ya? Plis!" Petugas laki laki itu geleng geleng kepala.
"Yaudah atuh ini." Setelah petugas itu memberikan kunci lokernya, juga Keisya yang mengucapkan terima kasih. Cewek keras kepala ini segera membuka loker dengan nomor 56 milik Jendra.
Setelah mengambil baju bernoda itu dan menutup kembali lokernya dan mengembalikan kunci loker pada petugas Keisya berlari menuju ruang kelas. Sudah bisa dipastikan ia akan terkena omel.
Setibanya di rumah, Keisya cepat cepat berganti baju lalu menuju kamar mandi dengan baju milik Jendra. Ia akan menjalankan misi rahasianya, mencuci baju milik pujaan hatinya.
Tidak memiliki ibu membuat Keisya menjadi mandiri. Tentu saja ayahnya tidak ingin repot repot menggaji asisten rumah tangga, jika Keisya bisa melakukannya sendiri. Selesai membilas baju putih itu, Keisya menjemurnya di halaman depan.
Namun, sesaat setelah menjemur pakaian itu, Dean yang kebetulan sedang lewat menyerit bingung. "Keisya!" Keisya dengan senyum merekah nya menoleh.
"Iya, ada apa?"
"Itu bajunya Jendra, kenapa bisa sama lo?" Tanya Dean. Keisya terkejut. Dari mana Dean tau itu baju Jendra?
"Itu ada name tag nya." Seakan tau apa yang sedang dipikirkan cewek kuncir kuda di depannya yang terlihat kaget ini, Dean menahan tawanya melihat Keisya yang sedang terciduk.
"Syutt! Jangan kasih tau siapa siapa ya, ka Dean. Plis!" Sepertinya Keisya sudah banyak memohon hari ini. Dean mengangguk dengan ekspresi geli nya.
"Iya iya santai. Eh btw sekalian di gosokin dong!" Celetuk Dean. Keisya memutar bola matanya malas.
"Ya iya lah! Tanggung banget di cuciin doang!"
"Sip baiklah!"
•••
Siang harinya, Jendra mengajak kedua temannya menemaninya mengambil baju yang ia lupa bawa kemarin. Ah pasti noda itu sudah tidak bisa dihilangkan. Jendra terus mengumpat dalam hati.
Saat membuka loker, tidak di temukannya baju yang kemarin ia lipat, namun Jendra menyerit ketika menemukan sebuah paper bag kecil. Ia membuka paper bag itu. "Nih dia!" Serunya senang ketika melihat baju miliknya berada di dalam paper bag itu.
Sesaat kemudian, ia menyerit bingung lagi, mendapati bajunya sudah bersih dari noda. Wangi, dan sudah di gosok rapi. Fajar ikut menyerit bingung. Namun Dean menahan senyumnya. "Kenapa lo?" Tanya Dean santai.
"Baju gue udah bersih anjir! Siapa yang nyuciin ya? Rajin amat."
"Rejeki ndra." Fajar menepuk pundak Jendra. Jendra angkat bahu acuh lalu memasukan bajunya lagi ke dalam paper bag dan bersama kedua sahabatnya, pergi meninggalkan loker.
Sampai di rumah, Jendra di sambut oleh kedua wanitanya. Bunda dan adik perempuannya. "Mana bang, baju kamu yang ketumpahan kuah bakso kemarin?" Tanya Selin, bundanya.
"Udah bersih Bun, nggak usah di cuci lagi."
"Loh, siapa yang nyuciin?" Tanya Selin heran.
"Pengagum rahasia abang kali bun." Celetuk Syiha, adiknya.
"Apaan sih anak kecil!" Omel Jendra. Syiha tidak menanggapi dan hanya cemberut.
"Yaudah, langsung letakan di lemari." Seru Selin. Jendra mengangguk dan berlalu menuju kamarnya.
Sampai di kamar ia membuka lagi paper bag tadi. Di selipan lipatan baju itu, ada secarik kertas kecil dengan tulisan rapi di atasnya.
Baju kamu udah aku cuci,
Jangan marah ya..
"Cewek itu? Dia yang cuciin kah?" Gumamnya sembari memandangi secarik kertas tersebut. Jendra jadi merasa bersalah sudah meresponnya keterlaluan kemarin.
Keisya baik ya,
Yuk biasakan tanggung jawab atas semua perbuatan kita^_^Vote & komen ͡ ͡° ͜ ʖ ͡ ͡°☞ ⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJENDRA
Teen FictionKeisya menyukai Jendra tanpa harapan apapun. Disaat cowok itu memiliki pacar, bahkan setelah Jendra putus dengan pacarnya, Keisya tidak berharap apapun. Namun saat tiba-tiba cowok itu dan keluarganya mendadak menempati rumah disamping rumah tanteny...