||Chapter 21||

546 71 2
                                    

SAMLEKOM

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SAMLEKOM

Tepat ketika adzan ashar selesai berkumandang, bunyi suara motor memasuki pekarangan rumah Keisya. Gadis itu cepat cepat mengaca, membenahi tataan rambutnya yang acak-acakan, serta sedikit bedakan agar tidak kumel-kumel amat. Soal bibirnya yang pucat, Keisya masa bodo. Namanya juga lagi sakit.

Ia segera keluar dari kamar dengan sedikit terburu-buru, menuruni anak tangga dengan cepat sehingga membuat Ranti yang tengah berada di dapur, menoleh ke arahnya. "Hati-hati kei! Nanti jatuh, lagi sakit juga!" Ingatnya. Namun diacuhkan Keisya.

Gadis itu hanya berjalan kearah pintu dengan senyum kecil, menyambut seseorang yang berada di balik pintu tersebut. Tepat ketika decitan pintu terdengar, ia menyerit, sebab bukan Jendra yang muncul, melainkan sepupu laknatnya, Satrio.

Senyumnya yang merekah tadi, tiba-tiba pudar begitu saja. "Ish! Kok malah elo sih?!" Serunya kesal. Bukannya menyambut Satrio, Keisya malah kembali jalan berbalik arah ke sofa ruang tamu, duduk bersama Devin yang sedang asyik ngemil snack ber-MSG.

Satrio angkat bahu acuh, cowok yang baru saja masuk ke bangku perkuliahan itu menyelonong masuk kedalam rumah sepupunya. "Assalamualaikum," ia ikut bergabung dengan Keisya juga adiknya.

"Waalaikumsalam," Keisya dan Ranti menjawab bersamaan, dengan Ranti yang baru muncul dari arah dapur dengan senapan gelas berisi dua cangkir teh.

"Eh, Abang. Kirain pacarnya Keisya." Ranti meletakan nampan tersebut di atas meja kaca depan sofa. Sedang Satrio bergerak menyalami tangan ibunya itu. "Pacarnya Keisya?, Emang ada yang mau sama lo, kei?" Dengan usil, Satrio menggoda sepupunya yang katanya sedang sakit itu.

Tak!

Keisya melemparinya dengan isi snack rasa jagung yang ia ambil dari tangan Devin. "Enak aja lo! Jelas lah! Malah banyak yang ngantri keles!" Gadis itu mengibas-ibaskan rambutnya.

"Akak Eca, lagi atit, enda oleh akan ciki!" Tiba-tiba saja gadis kecil yang tengah memegang bungkusan snack itu merenggut kesal sebab chikinya di lempar-lempar.

"Dasar pelit!" Gumam Keisya. "Kaya abangnya, pelit!" Gumamnya sekali lagi lebih keras, agar Satrio mendengarnya. Benar saja, cowok itu sudah siap mengeluarkan kata-kata kalau saja tidak ada yang mengetuk pintu.

Keisya melebarkan matanya, lalu ia tersenyum sembari menatap Devin. "Dek, aku udah cantik belum?" Tanyanya pada anak kecil itu. Devin mengangguk malas.

"Dah," dalam hati ia berkata, akak Eca kepedean, aku males.

Setelah mendengar jawaban itu Keisya tersenyum dan bangun dari duduknya dengan semangat. Namun, ia oleng. Maklum, namanya juga orang sakit. Mau diapakan juga akan tetap sakit.

"Pelan-pelan kei, tamunya juga gak akan pergi lagi." Ranti memberi nasihat. Sedangkan Keisya hanya menyengir.

Dengan sedikit tergesa namun lebih hati-hati, Keisya berjalan menghampiri pintu rumahnya, ia membuka pintu tersebut dengan senyum lebar yang lebih mirip ke arah cengiran.

RAJENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang