Pagi ini berbeda dengan pagi-pagi biasanya, ayahnya Keisya kemarin baru saja membelikannya sebuah sepeda baru. Dan ini adalah first time nya, Keisya berangkat ke sekolah sendiri sejak masuk SMA.
"Aku berangkat dulu ya, nanti Ayah berangkat nya hati-hati." senyumnya tak pernah luntur sedari bangun tidur tadi.
"Iya, kamu juga hati-hati bawa sepedanya! Jangan ngebut-ngebut." ia memberikan hormat, hingga membuat ayahnya terkikik. "Dadah Ayah, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Selepas keluar gerbang kecil rumahnya, ia berpapasan dengan kakak kelasnya. Dean, salah seorang teman dari orang yang ia kagumi, Rajendra. Sedang memanaskan motor nya.
"Hai ka Dean!" Sapanya dengan riang. Dean yang sedang memanaskan motornya menoleh.
"Widih sepeda baru nih!" Keisya mengangguk sambil tersenyum lebar.
"Iyalah! Keisya duluan ya kak! Sampai ketemu di sekolah." Dean mengangguk. Kemudian Keisya mulai menggoes sepeda barunya meninggalkan lingkungan tempat tinggalnya.
•••
Bel istirahat sudah berbunyi tujuh menit lalu, kini Keisya dan Nayla, sehabatnya baru sampai di kantin selepas membuang air kecil tadi. "Siapa yang pesan nih, Kei?" Tanya Nayla.
"Gue aja deh Nay. Gantian," Usul Keisya.
"Oke."
Sekarang, Keisya yang akan memesan makanan. Ia mengantre di stand penjual bakso, tempat yang sama saat Nayla memesan bakso kemarin. "Mang, baksonya dua ya, gak usah pake mie dua duanya." Ucap Keisya.
"Oke neng!" Mamang penjual bakso tersebut mengangguk.
Menunggu beberapa menit untuk sang mamang penjual bakso membuat pesanannya. Matanya menjelajah isi kantin, lalu pandangannya fokus kearah pintu utama kantin, dimana ketiga cogan SMA Sejahtera berdiri disana, Rajendra Dzora cowok terganteng dari ketiga sejoli itu.
Lalu ada Dean, dengan nama lengkap Andrean Naufal, dan yang terakhir, Alfajar Basit. Pesona ketiga sosok tampan itu memang sudah bukan rahasia lagi. "Neng, ini udah atuh." selepas memberikan selembar uang berwarna hijau, Keisya mengambil alih nampan berisi dua mangkuk bakso yang dipesannya tadi.
Ketika melewati meja para most ia jadi gugup sendiri. Keisya berjalan menunduk sembari berkomat kamit agar segera sampai di mejanya yang sayangnya masih ada beberapa meter dari tempatnya berdiri. Dan malangnya. Ini bukan hari terbaiknya.
Prang!
Keisya memejamkan matanya ketika nampan yang dipegangnya jatuh mengenai pakaian milik seseorang.
Astaga, pasti panas banget.
"Ma-maaf gu-gue gak ss-engaja." dengan masih memejamkan matanya, ia mencoba berbicara, bahkan belum sama sekali tau siapa orang yang mengenai tumpahan baksonya dan berharap bahwa orang itu adalah malaikat baik yang berbicara nggak apa apa kok.
Namun, Dewi Fortuna tidak memihak kepadanya.
"Damn it!" Terdengar desisan dari orang yang ditabraknya. Keisya membuka matanya dan melotot tidak percaya. "Ma-maaf,maaf maafin aku. Nggak sengaja." Segera cewek itu mencari kotak tissue yang tersedia di setiap meja kantin, dan membersihkan bagian pakaian Jendra, cowok yang di tabraknya.
Jendra mendesis kepanasan, lalu menepis tangan Keisya yang sedang membersihkan pakaiannya yang terkena tumpahan kuah bakso panas. Dengan perasaan marah juga menahan sakit di kulitnya yang terasa sedikit perih, ia mengangkat wajahnya dan sedikit menunduk untuk melihat siapa yang sudah menumpahkan kuah keparat itu di pakaian putih miliknya.
"Gak usah cari perhatian! Tuh beresin mangkuk lo! Sialan!" Lalu cowok itu meninggalkan Keisya, kedua sahabatnya dan seluruh murid yang sedang memperhatikan.
Cih memalukan!
"Maaf.." Keisya mulai memunguti pecahan kedua mangkuk yang di bawanya tadi di bantu Nayla yang entah sudah sejak kepan berada di sampingnya.
"Udah udah sabar!" Nayla menepuk pundak Keisya iba.
Sedang kedua sahabat Jendra. Dean dan Fajar, sudah menyusul sahabatnya yang sedang bawa perasaan tadi.
•••
"Woi Jendra! Mau kemana Lo? Baper banget sih jadi cowok, gitu aja marah!" Teriak Fajar menggema di seluruh koridor hingga menyebabkan dirinya menjadi Miss AWARDS mendadak karena semua mata tertuju padanya.
"Apa lo liat liat?! Gue ganteng? Ah jelas." seorang siswi berkuncir kuda menatap sinis kearahnya. "Ashiapp!" Dean tertawa dibuatnya.
"Eh, noh temen lo kejar! Genit banget sih," ucap siswi itu. "Sip cantik, yan! Dean! yang ini pantekin buat gue, dadah, Mila?!" Setelah melihat name tag siswi itu Fajar berlari dengan kecepatan turbo di susul Dean.
"ASHIAPP!" tawa Dean pecah lagi.
Berlanjut menyusuli Jendra yang berlalu kearah koperasi sekolah untuk mendapatkan pakaian baru dan melepaskan baju putih yang tadi terkena tumpahan kuah bakso. Banyak siswa-siswi yang berbisik bisik ketika melewatinya karena ia melepas baju di halayak ramai.
"Yah, Ndra buka dong sekalian kaosnya. Tuh mereka pengen liat!" Sindir Fajar di angguki Dean saat menyadari sahabatnya menjadi sorotan murid-murid yang lewat. Merasa tersindir, siswa-siswi yang tadinya ramai mendadak kembali keaktivitas masing masing.
"Bacot," Jendra menggunakan baju yang dilepasnya untuk menyabet kedua sahabatnya.
"Geblek lo!"
"Bego lo!"
Umpat kedua cowok itu berbarengan, saat baju milik Jendra mengenai muka tampan milik keduanya. Jendra mengganti pakaian dengan yang baru dan melipat pakaian yang kotor dengan urakan.
"Kenapa atuh ini rame-rame?" Ketiga cowok itu menoleh ke arah suara.
"Ini mang, bajunya dia enggak sengaja ketumpahan kuah bakso sama dedek-dedek gemes." Celetuk Fajar.
"Oalah! Udah ada pakaian gantinya belum?"
"Udah lah mang! Tapi ngutang! Hahahaha!" Fajar tertawa terpengkal-pengkal. Dean dan mang Ari, si penjaga loker ikut tertawa. Mengabaikan raut muka masam yang terpancar dari wajah tampan milik Jendra.
"Berisik!"

Vote & komen^•^!
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJENDRA
Teen FictionKeisya menyukai Jendra tanpa harapan apapun. Disaat cowok itu memiliki pacar, bahkan setelah Jendra putus dengan pacarnya, Keisya tidak berharap apapun. Namun saat tiba-tiba cowok itu dan keluarganya mendadak menempati rumah disamping rumah tanteny...