Sepulang sekolah Keisya akan pergi ke rumah Ranti, tantenya, rumahnya tak jauh dari sekolahnya. Tentunya dengan seizin sang ayah. Ia sudah di halte bersama Nayla yang sedang menunggu jemputan.
Sejak insiden ia menitipkan tanggung jawab untuk merawat Jendra kepada PMR laki laki harinya menjadi penuh semangat. Keisya sudah memesan ojek online yang akan mengantarkannya ke rumah sang tante. Tinggal menunggu saja.
Dan tak lama ponselnya berdering. "Halo mbak, saya sudah di deket SMA sejahtera, mbaknya dimana ya?" Tanya bapak ojol di seberang sana.
"Saya di halte pak, yang pake tas biru Dongker ya,"
"Oh oke sip,"
Tut.. Tut..
Sambungan telepon dimatikan oleh bapak ojol itu. Tak lama terdengar suara menyebut namanya. "Keisya yang mana?" Seorang bapak bapak yang mengenakan jaket ojol dengan motor matic berseru di banyaknya murid murid sejahtera.
"Ah saya pak! Pak Iwan ya?" Setelah mendapat jawaban dan pamit pada Nayla, Keisya naik ke motor itu dan mengenakan helm yang diberikan oleh bapaknya dan mereka melesat meninggalkan lingkungan sekolah.
Beberapa menit kemudian ia tiba di rumah bercat kuning cerah bergerbang hitam yang tak terlalu tinggi. Keisya turun dari motor dan memberikan satu lembar uang sepuluh ribu kepada bapak ojol dan berjalan menuju pagar.
Tapi tiba tiba pandangannya beralih menatap rumah sebelah, dimana banyak orang yang sedang mengangkut barang dan di naikan ke mobil bak terbuka. Sepertinya orang itu akan pindah. Lalu satu ide cemerlang muncul di otaknya.
"Assalamualaikum Tante!"
Selepas membuka pintu ada Satrio, anak pertamanya tante Ranti yang sedang duduk di bawah sofa, kelas XII SMA, cuman Satrio ini tidak satu sekolah dengan Keisya.
"Waalaikumsalam, masuk kei!" Cowok itu sedang nge-game di PS sendirian.
"Ante sama Depin mana Sat?" Keisya mendudukan bokongnya di atas sofa.
"Mamah lagi tidurin Depin, nangis mulu tuh bocah dari tadi."
"Ooh,"
Keisya bangkit dari duduknya dan melepas tas yang menggantung di punggungnya menuju dapur. Ia membuka kulkas dan mengambil gelas lalu menuangkan air dan di tenggak, ah rasanya sudah seperti tidak minum berapa tahun.
Setelah itu Keisya berjalan menuju kamar tempat dimana Ranti menidurkan Devin, adiknya Satrio. "Syutt! Tante, masak apa? Aku laper hehehe."
Ranti yang sedang mengusap ngusap kepala seorang anak perempuan pun menoleh kearah sumber suara dan bangkit dari tidurnya. "Hadeh! Baru sampai udah nanya makan, salim dulu dong!"
"Hehehe, ya maaf."
"Tuh tante masak ayam, tau aja sih tante masak yang enak enak jadi main ke sini!" Keisya hanya menunjukkan cengirannya.
"Ayo jangan disini, nanti Devin bangun. Tante ribet lagi." Ajak Ranti di angguki Keisya. Lalu mereka berjalan menuju ruang tamu lagi dimana Satrio tengah bermain game.
Keisya berbelok kearah dapur untuk mengambil makanannya dan menyusul Ranti lagi ke ruang tamu dan duduk di sofa tempat semulanya. "Eh tante, itu rumah sebelah lagi pindahan ya?" Ranti mengangguk.
"Iya kei! Lo minta aja sama om Fathan pindah kesana, rumahnya nggak gede gede amat, nggak kecil juga, pas lah, deket juga sama sekolah lo!" Satrio berucap tanpa mengalihkan perhatiannya dari permainan bolanya.
Mata Keisya tampak berbinar mendengarnya. Membayangkan hidupnya yang selama ini suka kesepian bila ayahnya bekerja. Kan jika rumahnya deket sama rumah Ranti enak, kalo bosen tinggal ngesot. Main sepedah sama Devin, ikut Sartio ke sekolahnya dan masih banyak lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJENDRA
Teen FictionKeisya menyukai Jendra tanpa harapan apapun. Disaat cowok itu memiliki pacar, bahkan setelah Jendra putus dengan pacarnya, Keisya tidak berharap apapun. Namun saat tiba-tiba cowok itu dan keluarganya mendadak menempati rumah disamping rumah tanteny...