"Emang?!" Syiha berseru kaget.
"Iya, katanya," Keisya menggantungkan ucapannya. "Emang kamu enggak tahu?" Syiha menggeleng.
"Padahal katanya kabar ini udah kesebar se-Sejahtera."
"Kamu sih, kurang update! Padahal Jendra itu abang kamu!" Syiha memanyunkan bibirnya.
"Enyah! Tapi, aku seneng juga sih mereka putus." Gadis itu kembali tersenyum hingga membuat Keisya menyerit bingung? Kok malah senang? Pikirnya lupa.
"Ih kan aku udah pernah bilang, kalo aku enggak respek sama Tasya. Biarpun dia baik hati, cantik serta tidak sombong. Ya, kalo udah enggak suka mau gimana lagi kan?" Keisya mengangguk.
"Aku setujunya, abang sama kamu. Wkwk," Syiha tertawa garing. Sedangkan Keisya menatapnya bingung. Namun tak lama Keisya mengulum bibirnya, menahan senyum.
Alhamdulillah, akhirnya ada yang setuju. Batinnya senang.
"Kenapa kamu? Kalo mau senyum, senyum aja kali! Gapapa, aku rela lahir batin," Syiha tersenyum misterius pada Keisya. Dikit lagi Abang bakalan pergi dari rumah, yes! Gadis itu lupa jika Keisya dan Jendra bukan menikah.
"Tapi," Keisya menatap kebawah. Kemudian mengangkat pandangannya lagi pada Syiha. "Aku enggak mau pacaran,"
"Kenapa?"
"Pacaran itu dosa,"
Syiha kembali berseru dalam hati. Yaudah langsung nikah aja biar Abang jahil bin ngeselinnya itu pergi dari rumah! Ingin rasanya Syiha berkata seperti itu!
"Yaudah jadi gebetan aja dulu!" Katanya menghasut.
"Ahh! Tapi aku gak mau berkhayal dulu, soalnya kalo jatuh sakit."
•••
"Cantik.., ingin rasa hati berbisik, untuk melepas keresahan.., dirimu.."
Jendra bersenandung pelan dengan gitar yang berada di tangannya. Pelan, namun jika ada seorang gadis yang mendengarnya dapat berdampak klepek-klepek 7 hari 7 malam.
Brakk!
Mendengar bunyi itu, Jendra langsung sigap berdiri, memasang kuda-kuda untuk kabur. Ya, saat ini dirinya tengah bolos. Sendiri. Catat, sendiri. Cowok itu sangat mager berada di dalam kelas barunya yang sedang melakukan kegiatan belajar mengajar.
Ya, siapa yang tidak malas, baru masuk dua hari, belajarnya langsung efektif! Hanya sejahtera memang! Dan Jendra memilih untuk cabut. Lagipula, sekarang, ia tidak satu kelas dengan Dean, maupun Fajar. Sial memang.
Kembali lagi, terdengar derap langkah pelan, yang semain dekat. Hingga, "Loh?! Ka Jendra?" Jendra kemudian tersenyum. Dan kembali duduk dengan santai seperti sebelumnya.
"Iya, manis?"
"Kakak ngapain disini?" Keisya bertanya heram. "Wah! Bolos ya?!" Tebaknya ketika Jendra tak kunjung membalas pertanyaannya dan kembali asik dengan gitarnya. Dengan santainya pula cowok itu mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJENDRA
Teen FictionKeisya menyukai Jendra tanpa harapan apapun. Disaat cowok itu memiliki pacar, bahkan setelah Jendra putus dengan pacarnya, Keisya tidak berharap apapun. Namun saat tiba-tiba cowok itu dan keluarganya mendadak menempati rumah disamping rumah tanteny...