ELEVEN

53K 2.8K 2
                                    


***

Penulis:
Zii_alpheratz

***

Keesokan harinya, Davina seperti biasa bangun pagi hari, mandi, berpakaian dan memasak sarapan untuk dia dan Syaquel.

Saat Davina membuka kulkas, itu sudah hampir kosong. Hanya ada dua telur, setengah dari tempe semalam. Davina menghela nafas, melihat jam yang tergantung diatas dinding yang menunjukan bahwa sekarang baru jam tujuh, dia akirnya memutuskan untuk turun kebawah. Membeli beberapa bahan makanan.

Ada supermarket dilantai bawah apartmen, dia turun menggunakan lift. Beberapa hari lalu saat pertama kali diboyong Syaquel ke apartmen ini, Davina masih tidak mengerti bagaimana cara menggunakan lift. Dan Syaquel akhirnya mau mengajari.

Jadi, sekarang, dia sudah bisa. Meskipun masih sedikit canggung.

Supermarket dilantai bawah lumayan lengkap. Yah, meski tidak selengkap jika Davina pergi kepasar secara langsung.

Tidak ada banyak orang disini. Mungkin, karena ini masih jam tujuh dan hari minggu, jadi orang-orang memilih untuk tidur lebih lama.

Dia membeli dua Nuget kemasan, dua pack paha dan sayap ayam, ikan kalengan, dua box ice cream dan beberapa camilan.

Setelah itu, dia pergi membayar dengan uang yang semalam dia ambil di dompet Syaquel.

"Total semuanya tiga ratus sembilan puluh delapan ribu. Disini tidak disediakan kantung pelastik, kak. Ada paperbag kain yang disediakan, tapi harus menambah tiga ribu rupiah." Jelas kasir.

"Oh...Nah" Davina tidak masalah, jadi dia menyerahkan uangnya. "Makasih."

Pelayan kasir itu tersenyum, sangat jarang untuk seorang pembeli yang mengucapkan terima kasih seyelah dilayani. Dia membalas. "Sama-sama. Silahkan datang kembali~"

Davina mengangguk, keluar dari supermarket dengan paperbag di tangannya.

Dalam perjalanan menuju unit apartmennya, dia beriringan dengan seorang pria tampan. Pria itu mengenakan celana jeans dan kaus bertuliskan 'Nothing' di dadanya.

Saat memasuki lift, Davina tidak berharap bahwa pria itu akan menekan tombol lantai yang sama yang akan dia tekan.

Hening didalam lift, hanya ada dua orang didalam. Tidak ada yang bicara karena mereka tidak saling mengenal.

Pintu lift berdenting terbuka, menandakan bahwa dua orang di dalamnya sudah mencapai lantai yang dituju.

Davina keluar dari lift, dan pria asing itu juga sama.

Hanya ada dua unit di lantai 25, yang berarti pria itu mungkin tetangganya. Tapi, siapa sangka jika keduanya menuju pintu yang sama?

Pria itu menatap Davina dan Davina juga secara otomatis menatapnya dengan heran.

"Lo tinggal disini?" Tanya Alison pada gadis yang membawa paperbag.

Davina mengangguk.

"Lo...istrinya-Syaquel?" Tanya Alison lagi dengan penuh keraguan dalam nada bicaranya.

"Nn." Angguk Davina. "Kakak temennya kak Syaquel?"

"Iya, gue Alison, temennya Syaquel."

"Oh...masuk, kak, masuk." Davina berkata dengan terburu-buru, membuka pintu apartmen dan mempersilahkan Alison untuk masuk.

Hah...bagaimana bisa dia membuat tamu berdiri diluar? Jika sang mama ada disini, dia pasti sudah habis diomeli.

Alison hanya mengangguk, mengikuti istri Syaquel ini kedalam. Masuk kedalam apartmen, Alison tercengang.

Kenapa apartmen Syaquel...kecil banget? Dia berkata dalam hatinya.

Bukankah apartmen yang sebelumnya (sebelum menikah dengan Davina) Syaquel tempati sangat besar dan mewah?

Alison tidak habis fikir.

"Duduk dulu, kak." Davina mempersilahkan. "Biar di bangunin dulu kak Syaquelnya."

"Oh, oke."

Sementara Davina membangunkam Syaquel, Alison memperhatikan sekelilingnya. Apartmen ini terlalu kecil menurut setandar Syaquel yang dia tau. Yah...dia tau bahwa Om Alby sudah menyita beberapa mobil dan ATM Syaquel, tapi itu tidak membuatnya jatuh semiskin ini, kan?

Alison tau betul, bahkan, jika ayah Syaquel menyita dan tidak memberi Syaquel uang saku, Syaquel tidak akan pernah kekurangan uang.

Dia punya saham, aset, real astate yang diberikan keluarganya sebagai ulang tahunnya Syaquel. Apalagi, Syaquel sudah berumur 22 tahun, tidak bisa dibayangkan seberapa banyak Saham dan aset yang di miliknya jika hanya mengandalkan ulang tahun.

Belum lagi, ada warisan dari nenek-kakek Syaquel yang secara alami tidak akan habis walau Syaquel menganggur seumur hidup dan terus hidup mewah.

Huft...Alison menghela nafas, sepertinya dia perlu membawa sahabatnya itu untuk 'menyegarkan' fikiran.

To be continued.

Ditulis: Jumat 3 September 2021.

SYAQUEL: Young DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang