THIRTY

46.6K 2.7K 19
                                    

•••

Penulis:
Zii_alpheratz

•••

Di hadapkan oleh tatapan mata Syaquel yang intens, detak jantung Davina berdebar dengan kencang. Ada rasa malu, tapi juga tidak sabar untuk menunggu apa yang selanjutnya akan dilakukan pria itu.

Syaquel menatap manik mata hitam Davina, menelusuri setiap inci wajahnya. Dari mata, hidung, lalu tatapannya jatuh kebibir merah istrinya.

Tiba-tiba, dia merasa bahwa dia sangat beruntung menjadikan wanita ini sebagai istrinya, miliknya.

Ada dorongan dihatinya, dorongan yang membuatnya semakin mendekatkan wajahnya pada istrinya, sambil terus menatap bibir merah itu.

"Kak..." Davina sedikit memperotes, karena mereka sedang berada diluar, dia malu untuk berciuman ditempat seperti ini.

Tapi Syaquel tidak bermaksud untuk mendengarkan sama sekali, dia menahan dagu Davina agar menghadapnya, menempelkan kedua bibir itu bersama.

Davina juga menurut, dia memejamkan matanya menunggu tindakan selanjutnya dari Syaquel. Tepat saat Syaquel hendak menjulurkan lidahnya-

"Berbuat dosa jangan direstoran gue!"

Suara keras tiba-tiba memecah suasana ambiguitas diantara keduanya. Davina yang kaget, segera mendorong Syaquel agar menjauh. Membuat pria itu sedikit terhuyung kebelakang.

Keduanya menoleh secara bersamaan kepintu. Saat Syaquel melihat siapa orang yang telah mengganggunya, dia tidak bisa menahan diri untuk mengutuk.
"Sial!"

Itu adalah Irfan, pemilik restoran yang ia dan Davina kunjungi sekarang.

Davina yang merasa bahwa dia adalah wanita cabul yang terciduk hendak melakukan sesuatu yang tidak-tidak-wajahnya memerah.

Dia menutupi wajahnya dengan telapak tangan, malu hingga tidak berani menunjukannya pada orang luar.

Syaquel dan Irfan berjabat tangan ala teman lama.

"Wow...It's your wife?" Tanya Irfan dengan tatapan terperangah.

Rasa malu yang dirasakan Davina akhirnya sedikit memudar, dia hendak berdiri untuk menyapa ketika Syaquel menahannya.

"Duduk aja."

Davina merasa bahwa tidak sopan untuk duduk ketika seorang kenalan datang menyapa, dia fikir, teman Syaquel itu akan merasa bahwa dia tidak memiliki etika, namun, siapa sangka bahwa pria itu malah terbahak melihat betapa perhatiannya Syaquel pada Davina.

"...gila, gila, gila." Irfan menggelengkan kepalanya secara berlebihan. "Halo, gue Irfan, satu kampus sama Syaquel, beberapa bulan lagi lulus."

Irfan mengulurkan lengannya yang secara spontan dibalas oleh Davina.

"Davina." Ujar Davina menyebutkan namanya.

Irfan tersenyum pada Davina, namun tangannya tak kunjung dilepas oleh pria itu.

Davina dengan canggung melirik Syaquel, bingung kenapa teman suaminya itu tidak melepaskan tangannya.

Syaquel menatap tangan keduanya yang masih berjabat tangan, dia kesal hingga langsung menarik tangan Irfan dari istrinya. "Lepas!"

"Wow...wow, santai, bro!" Kata Irfan dengan tampilan 'tidak berdaya'. Dia menoleh pada Davina dan melanjutkan. "Iya, kan, Vin?" Tanyanya, meminta persetujuan dengan nada menggoda.

Davina tidak tau bagaimana dia harus menjawab. Dia hanya tersenyum canggung namun sopan pada pria itu.

Irfan dan Syaquel mengobrol sebentar sebelum akhirnya Irfan pamit pergi. Keduanya lalu memesan makanan yang sudah Davina tunggu-tunggu sendari tadi.

Davina dengan semangat memilih beberapa hidangan yang dia suka, seperti kepiting, lobster, beberapa kerang-kerangan dan ikan.

Beberapa menit kemudian, pelayan datang membawakan hidangan.

•••

Langit semakin gelap, tapi keduanya tidak berencana untuk pulang. Syaquel membawa Davina kebioskop, menonton filem yang tengah ramai di perbincangkan baru-baru ini.

Filem itu mengisahkan tentang sepasang suami istri yang belum dikaruniai anak bahkan setelah lima tahun menikah.

Mereka rukun, saling mencintai dan menerima. Konfliknya adalah ketika keluarga suami sudah tidak lagi puas dengan siwanita yang tak kunjung hamil.

Mereka memaksa agar putra mereka menikah lagi, tapi si pria menolak usulan keluarganya.

Yang tidak Davina duga dari akhir mereka adalah si pria akhirnya menuruti keluarganya untuk memiliki istri lagi-dan pemeran utama wanita dalam filem itu memilih untuk bercerai.

Benar-benar akhir yang tragis-setidaknya menurut Davina yang kini masih terisak walaupun sudah keluar dari bioskop.

Syaquel terus membujuk istrinya agak berhenti menangis, dia tidak tau apa yang sedih dari kisah itu-karena memang dia tidak banyak memperhatikam filemnya sendari awal.

"Jangan nangis, cup, cup." Bujuk Syaquel.

Davina menghapus air matanya, berkata dengan suara kecil. "Sedih banget."

Orang-orang disekitar yang tidak tau apa yang terjadi, hanya melihat seorang wanita muda yang tengah hamil menangis begitu sedih, mereka menatap Syaquel dengan tatapan curiga dan menyalahkan.

Berbagai spekulasi bertebaran dibenak mereka.

Syaquel mengabaikan orang-orang itu, membawa Davina kerengkuhannya, mengusap sisa air mata dipipi istrinya.

"Jangan nangis. Ayo pulang."

Davina mengangguk mengikuti langkah Syaquel.

To be continued.

SYAQUEL: Young DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang