SEVENTEEN

50.5K 2.7K 31
                                    


•••

Penulis:
Zii_alpheratz

•••


Davina sangat merasa bersalah karena lupa waktu. Jadi, saat pulang keapartmen dia langsung meletakan tas kecilnya dan berjakan menuju dapur.

Saat dia sedang berkutat dengan peralatan dapur, suara Syaquel terdengar di belakangnya.

"Kalo misalkan gue gak nelefon, lo pasti gak bakal pulang sampe malem."

Davina menoleh, mendapati bahwa Syaquel tengah duduk dimeja makan.

"Maaf." Lirih Davina dengan perasaan bersalah.

"Lain kali jangan gitu lagi." Syaquel melirik Davina, perempuan itu terus menunduk hingga Syaquel tidak tau ekspresi apa yang Davina buat.

Tadinya, dia acuh. Tapi, saat mendengar isak tangis dan bahu Davina gemetar, Syaquel tercengang ketika mendapati perempaun itu menangis.

"Hiks..."

"Kenapa lo nangis?" Syaquel dengan cepat bangkit menghampiri Davina.

Davina tidak menjawab, dia masih menunduk dan menangis.

"Udah jangan nangis." Melihat bahwa Davina tidak ada tanda-tanda berhenti menangis, Syaquel meraih bahu Davin, dengan paksa membuat perempuan itu mendongkak.

Dia meringis ketika melihat wajah penuh air mata Davina. "Sttt...sttt. Udah jangan nangis lagi."

Tangis Davina tidak kunjung mereda, Syaquel tidak tau bagaimana cara menenangkan wanita yang menangis. Rayana juga tidak pernah menangis di depannya.

Dengan kaku, Syaquel mendekati Davina, membawa Davina kedalam pelukannya. "Jangan nangis." Telapak tangan Syaquel menepuk-nepuk punggung Davina dengan lembut.

Dia bahkan tidak menyadari bahwa kata-katanya sangat lembut dan memanjakan.

Kepala Davina terkubur didada bidang Syaquel. Setelah tangisnya mereda, Davina sedikit malu dengan apa yang dia lakukan.

Apalagi saat melihat kaus yang dipakai Syaquel basah dibagian dadanya karena air mata.

"Maaf." Ujar Davina dengan serak.

Syaquel membuat suara 'tsk' dengan pelan. "Gak pa-pa."

Mereka berdua terdiam, suasana canggung membuat Davina maupun Syaquel tidak tau harus berkata apa.

"Ini..."

Tiba-tiba, bau gosong membuat keduanya menatap secara bersamaan kearah kompor.

"Ya ampun! Ayamnya..."

Melihat dada ayam yang sudah tidak berwarna, Davina meringis. "Gosong." Ujarnya sembari menatap Syaquel.

Syaquel menghela nafas, membalas. "Kita pesen makan lewat gojek aja."

••

Takeway yang mereka pesan datang, Syaquel maupun Davina duduk berhadapam dimeja makan.

Ditengah suapannya, Davina menatap.Syaquel, berkata dengan suara pelan. "Kak Syaquel marah, ya?"

Syaquel melirik Davina, fokus pada makanannya.

Davina mengigit bibir bawahnya, merasakan perasaan tidak enak karena Syaquel tidak menjawab. "Tukan, kak Syaquel marah..."

"Makan." Hanya itu balasan dari Syaquel.

"Tapi kak Syaquel-"

"Davina, makan cepet atau gue marah beneran." Ancam Syaquel.

Davina menunduk, menyuapkan makananya kedalam mulut. Berkata dengan samar. "Iya...iya."

Syaquel menghela nafas melihat mata merah perempuan itu. Perasaannya saja atau memang benar, dia merasa Davina lebih sentimen dari sebelumnya.

Syaquel takut istrinya itu akan menangis lagi, jadi dia menambahkan. "Lain kali gue ajak lo makan diluar."

Davina mendongkak, menatap Syaquel. "Dibalkon maksudnya?"

"Emang lo mau makan dibalkon?"

Davina. "Emang gak pa-pa makan dibalkon?"

Syaquel merasa dia bodoh karena terbawa arus perkataan Davina. Tidak tahan dengan percakapan bodoh ini, dia buru-buru berkata. "Hampir jam empat, cepet selesain makannya. Abis itu mandi."

Davina mengangguk, tidak lagi berbicara. Mereka berdua makan dengan suasana harmonis.

Selesai makan, Davina mencuci piring, membuang sampah setelah itu mengangkat jemuran yang dia jemur dibalkon kamar.

Saat dia kembali kekamar dengan setumpuk pakaian yang sudah terlipat di tangannya, saat itu Syaquel yang baru selesai mandi, berdiri didepan lemari dengan rambut basah.

Baguan atas Syaquel terbuka, memperlihatkan otot dada hingga garis putri duyungnya. Bawahnya hanya dilapisi dengan handuj pendek berwarna putih. Davina melihat bahwa kaki Syaquel penuh dengan bulu.

Bahkan, dari pusar hingga kebagian yang ditutup dengan handuk, ada bulu yang meliuk disana.

Tanpa sadar, Davina yang memperhatikan langsung membuang muka.

Syaquel menyadari tatapan Davina akam tubuhnya, dia menyeringai melepaskan handuk yang melilit pinggangnya dakan satu tarikan.

Davina melotot ngeri melihat aksi Syaquel. "Kak!" Pekiknya.

"Kenapa, sih? Udah pernah liat juga." Sungut Syaquel dengan tatapan menggoda. "Udah pernah masuk juga." Lanjutnya dengan gumaman.

"Cepet pake baju!"

"Iya-iya, tau."

To be continued.

Ditulis: Minggu 24 Oktober 2021.

SYAQUEL: Young DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang