TWENTY-FOUR

49.7K 2.9K 31
                                    

•••

Penulis:
Zii_alpheratz

•••

Besok adalah hari dimana Syaquel harus pergi kesurabaya selama seminggu untuk urusan bisnis yang Alby percayakan padanya.

Davina sudah selesai mengepak semua barang yang Syaquel butuhkan dalam koper saat pria itu keluar dari kamar mandi.

Pria itu hanya mengenakan handuk yang menggantung longgar di pinggulnya. Davina bahkan meringis, takut tiba-tiba handuk itu lepas.

"Kalo pake handuk coba yang bener." Omel Davina dengan kesal. Dia berbalik untuk membersihkan tempat tidur sebelum ditempati keduanya.

Tiba-tiba, disaat Davina sedikit membungkukan tubuhnya untuk meraih bantal yang berada ditengah kasur, sesuatu yang dingin terasa bersentuhan dengan kulit bokongnya.

Dia kaget, apalagi menyadari jika itu telapak tangan Syaquel yang masuk kedalam celananya.

"Kak!" Seru Davina dengan marah.

Syaquel tidak perduli, dia menggosok telapak tangannya disana.

"Lepasin!"

"Gamau."

Davina sangat marah ketika Syaquel tangan Syaquel yang lain menyelip diantara pakaiannya. Meraba dadanya dengan bebas.

Davina hendak berbalik dengan paksa, mencoba melepaskan kedua lengan nakal Syaquel ditubuhnya. Namun, ketika dia berbalik, bibirnya ditubruk oleh sang suami.

Keduanya jatuh diatas kasur, dengan Syaquel yang menindih tubuh Davina, memenjarakan perempuan itu sepenuhnya didalam kungkungannya.

Davina mangap-mangap kewalahan dengan ciuman Syaquel, apalagi ketika lidah pria itu ikut bermain.

Meski mereka berdua sudah beberapa kali berciuman, tapi Davina masih belum bisa beradaptasi. Lebih tepatnya, dia belum tau bagaimana cara membalas. Masih canggung dalam hal ciuman.

Tapi Syaquel tidak masalah, dengan satu lengan yang masih dibokong Davina, mencoba melepaskan celana sang istri dengan satu tarikan dan tangan lain meremas gunung kembar yang kenyal itu.

"Uhm... Kak... Hah... Hah." Ketika ciuman terlepas, dan dia menyadari jika celananya telah dilepaskan oleh Syaquel, dengan masih berusaha mengambil oksigen sebanyak-banyaknya, Davina memperotes. "Hah... Besok kakak kesurabaya, inget?"

Davina mencoba mengingatkan, berharap Syaquel berhenti melakukan aksinya.

Tapi, bukannya berhenti, pria itu malah melepaskan handuk yang menutupi area peribadinya membuat Davina memekik kaget. "Kak!"

"Tanggung, Sayang. Udah berdiri."

Syaquel sudah telanjang bulat dan bagian bawah Davina juga tidak tertutup apa-apa, apa lagi yang harus ditunggu? Jadi, Syaquel dengan sekali gerakan lagi-lagi membuat Davina mengerang dibawahnya.

Tapi Syaquel tidak bisa bermain lama. seperti sebelumnya. Dia juga tau bahwa besok dia harus pergi pagi-pagi sekali.

Jadi, ketika Davina keluar untuk yang kedua dan dia juga mendapatkan nya meski hanya keluar sekali, Syaquel langsung berhenti.

Mereka berdua berbaring terengah-engah diatas tempat tidur. Davina yang pertama kali bangun, dengan susah payah turum dari tempat tidur.

"Mau kemana?" Tanya Syaquel yang masih berbaring.

Davina melilitkan samping panjang ditubuh bugilnya, dia menjawab dengan pelan. "Mandi. Kakak ganti spreinya, taro di keranjang."

Syaquel menurut, hanya ketika Davina masuk kedalam kamar mandi, dia turum dari tempat tidur dalam keadaan bugil.

Melepas sprei kasur dan selimut, memasukannya kedalam keranjang cucian kotor sesuai dengan titah istrinya. Tak lupa, dia juga menggantinya dengan yang baru.

Namun, sprei yang Syaquel pakaikan pada tempat tidur tidak cukup rapih, yang penting, itu sudah diganti.

Davina keluar dari kamar mandi dan giliran Syaquel untuk membersihkan dirinya.

Memakai piama, Davina menguap naik ketempat tidur. Dia lelah dan mengantuk dan tidak membutuhkan waktu lama untuk tertidur.

Ketika Syaquel selesai membersihkan dirinya, keluar dari kamar mandi, Davina sudah terlalap.

Dia dengan pelan membuka lemari, memakai piama sapi yang terakhir kali Davina beli sepasang.

Dia naik ketempat tidur, merengkuh Davina.

•••

Keesokan harinya, Davina bangun pagi-pagi sekali, dia menyiapkan sarapan dan bekal untuk Syaquel di perjalanan.

"Gue pergi." Pamit Syaquel.

"Vina anterin sampe depan, ya, kak." Suara Davina serak, seolah-olah menahan sesuatu yang menyumbat tenggorokannya.

Davina cemberut, sangat enggan berpisah dengan sang suami. Selama hampir tiga bulan menikah, mereka belum pernah berpisah begitu lama.

Dan Davina sedikit, yah... Sedih.

Syaquel, melihat mata istirnya memerah, air mata menumpuk disana. Kapan saja siap untuk jatuh.

Dengan ketidakberdayaan, Syaquel membawa Davina kedalam pelukannya. Dia juga sedikit enggan jauh dari perempuan ini.

"Sttt... Jangan nangis."

Davina tidak bisa menahan air matanya untuk jatuh. Dia menenggelamkan kepalanya pada dada Syaquel, membuat jas yang Syaquel kenakan sedikit basah karena air mata.

Davina tau dia tidak bisa begitu emosional, harus mengerti. Syaquel harus cepat pergi.

"Jangan lama-lama." Davina mengingatkan.

Syaquel tersenyum kecil, menghapus air mata Davina. Mengecup bibir merahnya dengan singkat.

"Gue usahain. Udah, ya? Sekertaris papi udah nunggu dibawah."

Davina mau tidak mau mengangguk, saat Syaquel pergi, Davina masih berdiri dipintu masuk apartmen. Menatap punggung Syaquel hingga menghilang.

To be continued.

Ditulis: Sabtu 6 November 2021.

Nah, aku doble up. 😂😊

SYAQUEL: Young DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang