TWENTY

54K 2.7K 11
                                    


•••

Penulis:
Zii_alpheratz

•••

Khalista datang berkunjung ke apartmen yang ditempati menantu dan putranya. Saat dia tiba, hanya ada menantunya dirumah sedangkan Syaquel pergi ke kampus.

"Mami mau minum apa?" Tanya Davina. Dia masih sangat canggung ketika berhadapan dengan mertuanya. Takut membuat kesalahan.

Khalista melihat sekeliling, apartmen ini memang sedikit kecil dibanding apartmen Syaquel sebelumnya, tapi itu bersih dan rapih, membuat orang betah berlama-lama menetap.

"Es teh aja, Vin. Tadi diluar panas banget soalnya."

"Vina bikin dulu kalo gitu." Vina beranjak kedapur, membuat segelas es teh manis untuk ibu mertuanya.

Saat ia sedang menuangkan es kedalam gelas, suara Khalista datang dari belakang. "Sedikit banget peralatan dapurnya." Kata Khalista dengan kening berkerut.

Davina tersenyum kecil, menyerahkan es teh manis yang sudah selesai dibuat kepada Khalista sebelum membalas. "Iya, mih. Belum beli soalnya."

Khalista meminum es tehnya. "Kok gitu? Belum bilang Syaquel, ya?"

Gimana, ya? Davina sedikit tidak enak ketika harus menjawab. Masa dia jarus bilang bahwa dia takut Syaquel tidak punya uang?

Dari ekspresi Davina saja Khalista sudah bisa menyimpulkan. "Kamu gak berfikir kalo Syaquel miskin kan, Vin?"

Davina tidak tau harus membuat ekspresi seperti apa saat fikirannya ditebak.

Khalista menghela nafas, menepuk bahu Davina dua kali. Dia memberi Davina penjelasan. "Walaupun Papinya Syaquel gak lagi ngasih Syaquel uang saku, Syaquel gak bakal jadi miskin kok. Sahamnya banyak."

Davina mengusap bagian belakang lehernya dengan canggung dan malu.

Mereka berdua kembali duduk di sofa. "Tapi Syaquel tetep ngasih kamu nafkah, kan?"

Davina mengangguk dengan ragu. Dia hanya pernah mengambil lima ratus ribu di dompet Syaqiel, apa itu termasuk 'dinafkahi?'

"Anak itu, masa istrinya gak dikasih duit! Dia fikir dia nikah sama boneka apa! Gak pa-pa, Vin. Lain kali kalo kamu masih gak dikasih uang buat belanja, ya jangan dikasih jatah!" Gerutu Khalista.

Dia juga malu pada menantunya.

Keduanya mengobrol dengan antusias, Davina juga menemukan bahwa ibu mertuanya tidak seketat yang dia kira.

Dia fikir, Khalista akan menjadi ibu mertua yang serius dalam segala hal. Tapi ternyata tidak, mereka berdua cukup nyambung ketika membahas sesuatu.

"Ini merk US, Vin. Lain kali kamu minta Syaquel beliin."

"Kemahalan itu, mah, Mi."

"Eeeh...mahal yang penting manjur! Liat nih kulit mami, udah tua tapi masih tetep halus, kan?"

Keduanya tengah membahas tentang kometik yang Khalista pakai. Khalista dengan antusias memberitau apa saja merk kosmetiknya dan menyarankan agar Davina meminta pada Syaquel.

Davina, seperti kebanyakan wanita lainnya yang sangat senang dengan kosmetik, senang membuat dirinya cantik juga sangat antusias ketika membahas hal ini.

Tapi...harganya sangat tidak membuat antusias.

Davina yang biasanya hanya menggunakan alat makeup lima puluh ribuan langsung dibuat melongo melihat harga kosmetik yang dipakai Khalista.

Tapi tidak dipungkiri dia memang menginginkannya.

Khalista dan Davina mengobrol sampai lupa waktu. Dan saat Khalista melihat bahwa jarum jam menunjukan angka 3, yang berarti bahwa hari sudah sore, dia langsung berdiri dari sofa.

"Kita ngobrol sampe lupa waktu." Ujar Khalista. "Syaquel belum pulang juga?"

"Biasanya pulannya agak malem, mi. Karena, kan, harus kekantor dulu." Jawab Davina.

Khalista menghela nafas, menyalahkan suaminya dalam hati.

"Yaudah kalo gitu, ini udah sore. Mami pulang dulu."

Davina mengantar Khalista sampai kedepan lift. "Duluan, sayang." Pamit Khalista sebelum pintu lift tertutup.

Davina tersenyum, membalas. "Ati-ati, mi."

Setelah itu, Davina kembali masuk kedalam apartmen.

To be continued.

Bab khusus ibu mertua.

Ditulis: Jumat 29 Oktober 2021.

SYAQUEL: Young DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang