FIVETEEN

51.4K 3K 13
                                    


•••

Ditulis:
Zii_alpheratz

•••


Saat Syaquel masuk kedalam apartmen, lampu apartmen menyala dengan agak redup. Seperti seseorang sengaja tidak mematikan lampu secara total karena tau bahwa akan ada yang pulang.

Syaquel langsung berjalan kekamar tidur, melihat Davina yang sudah tertidur diatas kasur dengan selimut menutupi tubuhnya.

Dia berjalan kearah lemari, mengabil piama berwana hitam lalu pergi masuk kekamar mandi.

Sedikit membilas tubuhnya dan berganti pakaian ke piama, Syaquel keluar dari kamar mandi langsung naik ketempat tidur.

Pria itu dengan hati-hati berbaring, menyelipkan lengannya kebawah kepala Davina. Begiti hati-hati seolah takut wanita yang tertidur itu bangun.

Lengannya menjadi tumpuan kepala istrinya, dan dia dengan pelan menarik Davina-yang masih tietidur memunggungnya-mendekat.

Satu lagi lengan Syaquel melinglar di pinggang Davina. Merasa nyaman dengan posisinya, Syaquel tanpa sadar tertidur.

Keesokan harinya, Davina terbangun dengan wajah menghadap ketiak Syaquel. Begitu dekat hingga Davina sendiri kaget.

Juga, dia merasa berat diperutnya, saat melihat kebawah, ternyata lengan Syaquel yang melingkari pinggangnya.

Davina mengangkat lengan Syaquel perlahan, mencoba menyingkirkan dari tubuhnya.

Agak susah karena lengan Syaquel lumayan berat ketika diangkat. Davina menghela nafas ketika dia sudah terbebas dari rengkuhan Syaquel.

Turun dari tempat tidur, Davina mengambil jepit rambutnya diatas nakas lalu mencepol rambutnya dengan asal.

Dia membuka gorden jendela, membuat cahaya matahari masuk menerangi kamar.

Ditempat tidur, Syaquel menggeliat ketika cahaya menerpanya. Tapi pria itu sama sekali tidak berniat bangun.

Davina pergi mandi, memakai pakaian dan langsung pergi kedapur. Dia memasak sarapan untuk Syaquel, setelah sarapan selesai dibuat, Davina kembali kekamar membangunkan Syaquel.

"Kak bangun."

"Kak Syaquel, bangun."

"Udah siang, bangun kak."

Mulutnya berkali-kali membangunkan, tapi tangannya dengan cekatan memilah-milih pakaian kotor didalam keranjang.

Setelah semua rutinitas paginya selesai, Davina memoles wajahnya, meninggalkan secarik catatan kecil yang dia tempel dipintu kulkas.

Hari ini dua punya janji dengan Lovandra. Sebenarnya Davina juga tidak mengerti mengapa waktu bertemunya harus jam tujuh. Tapi pada waktu dia bertanya, Lova hanya menjawab 'Sekalian jam delapannya gue ada kelas pertama.'

Davina akhirnya tidak bertanya lagi, menyetujuinya begitu saja. Lagian, dia juga tidak punya apapun untuk dilakukan dirumah setelah beres-beres.

Syaquel bangun lima belas menit setelah Davina pergi. Dia bangkit berdiri sembari menguap. Matanya sedikit menyipit saat sinar matahari yang menerobos jendela kaca membuatnya silau.

Dia menggaruk rambut hitamnya yang acak-acakan, keluar dari kamar saat tidak melihat Davina disana.

"Davina? Lo dimana?" Syaquel menguap lagi, berjalan dengan lesu kedapur.

Didapur, tepatnya diatas meja makan, sarapan sudah disiapkan oleh Davina tapi Syaquel belum melihatnya di manapun.

Berdiri didepan kulkas, Syaquel berniat untuk mengambil minuman dingin ketika lengannya yang hendak membuka pintu kulkas berhenti. Manik matanya menangkap sebuah catatan kecil disana, ditulis dengan kertas berwarna merah muda.

'Vina ada janji sama temen, kak Syaquel makan sarapannya. Kalo udah gak panas, panasin sebentar.'

Setelah membaca catatan kecil itu, Syaquel berkumur dan mencuci wajahnya di westafel lalu duduk dimeja makan. Mulai memaian sarapannya.

Sambil makan, Syaquel terus celingak-celinguk memperhatkan sekitar. Linglung seolah-oleh nyawanya belum terkumpul sepenuhnya.

Tidak ada Davina, apartmen kecil seperti ini terlihat sangat besar dan kosong. Sunyi. Syaquel tidak terbiasa terbangun tanpa Davina yang sibuk didapur.

Syaquel menghela nafas. Kebiasaan terkadang memang menakutkan.

To be continued.

Ditulis: Selasa 19 Oktober 2021.

SYAQUEL: Young DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang