TWENTY-FIVE

48.3K 2.9K 20
                                    

•••

Penulis
Zii_alpheratz

•••

Hari kedua Syaquel tidak ada dirumah, Davina uring-uringan. Dia merasa sangat bosan dan kadang-kadang, dia juga didera mual yang sangat hebat hingga dia sering menangis dengan menyedihkan.

Untungnya, Syaquel juga tidak lupa untuk mengabari Davina tiga kali sehari. Pagi, siang dan malam.

Davina merasa dirumah terlalu menbosankan, dia akhirnya menelfon Lovandra dan mengajaknya bertemu.

Lovandra menyetujui, mereka berdua bertemu diCafe yang biasanya dijadikan tempat pertemuan.

Saat pertama Lovandra melihat Davina, dia tercengang, menatap Davina dengan tatapan heran.

Davina tidak mengerti mengapa Lovandra menatapnya seperti itu, bertanya. "Kenapa?"

Lovandra tergagap saat menjawab. "Vin-elo...gendutan."

Minuman yang baru saja hendak Davina telan menyembur keluar. "Heh! Enak aja! Siapa yang gendutan."

Setelah terpana selama beberapa detik, Lovandra akhrinya tersadar, dia mencubit pipi berdaging milik Davina. Membuat perempuan itu mengaduh karena sakit.

"Tuh, kan! Lo gendutan Vin. Ya ampun, makan apa, lo bisa sampe kayak gini?" Cecar Lovandra dengan heboh.

"Apaan, sih, Lov! Sakit nih." Ringis Davina, mengusap-usap pipinya yang dicubit. "Dari dulu aku emang udah gendutan." Elak Davina, enggan menerima kenyataan bahwa berat badannya memang naik beberapa kilo baru-baru ini.

"Iya, sih. Tapi sekarang lebih gendut dari dulu."

Davina enggan menjawab, hanya mendengus meminum jus milik Lovandra.

"Punya gue tuh!" Sungut Lovandra.

"Nyoba doang."

Meminumnya dua tegukan, beberapa menit kemudian, dia tiba-tiba merasakan sakit di perutnya.

"Sa... Sakit." Keringat dingin mengalir didahi Davina, dia menekan perut bagian bawahnya yang terasa nyeri.

Melihat bahwa Davina tidak benar, Lovandra dengan cepat bangkit dari tempat duduknya, mendukung Davina yang hampir jatuh kelantai.

"Lo kenapa?" Tanya Lovandra dengan sedikit panik. "Vin, jangan main-main, lo kenapa?!"

"Perut gue... Sakit banget, perut-" Davina mengerang kesakitan, Lovandra membantu Davina berdiri.

"Kerumah sakit. Ayo kerumah sakit!"

Lovandra meminta bantuan beberapa pengunjung Cafe untuk membawa Davina kedalam mobil.

Selama perjalanan kerumah sakit, Davina terus mengerang mengatakan sakit diperutnya. Pakaiannya basah oleh keringat, dia hampir tidak bisa menahan rasa sakitnya.

Lovandra mengendarai mobil dengan keadaan panik, apalagi melihat Davina yang sudah tidak bersuara di kursi belakang dan menutup mata.

Davina tidak tau apa yang terjadi, dia merasakan sakit yang begitu mencengram perutnya, hingga akhirnya tidak bisa lagi mempertahankan kesadarannya dan pingsan.

•••

Davina membuka matanya dengan linglung. Menatap langit-langit putih yang diterangi cahaya lampu. Dia menyipit, terbatuk dua kali.

"Vina? Kamu udah sadar?" Suara seorang wanita parubaya terdengar ditelinga Davina.

Yang membuatnya cepat tersadar dan mengingat apa yang sebelumnya terjadi.

Davina melihat siapa yang berbicara, itu adalah Khalista yang menataonya dengan atatapn khawatir.

"...haus." Setelah berjuang untuk membalas kata-kata Khalista, hanya satu kata itu yang mampu Davina sebutkan.

Mendengar bahwa menantunya haus, Khalista langsung mengambil sebotol air mineral diatas nakas. Menaruh sedotan untuk mempermudah Davina meminumnya.

Tenggorokan yang tadinya terasa kering dan sedikit perih segera disegarkan oleh satu tegukan air yang membasahi tenggorokannya.

"Udah enakan?" Tanya Khalista.

Davina mengangguk. Dia ingin duduk, tapi segera dihentikan oleh Khalista.

"Baring aja, gak pa-pa. Kamu masih lemes."

Khalista benar, dia memang agak lemas.

"Mami kok disini? Lovandranya, mana?" Tanya Davina dengan suara pelan.

"Lovandra? Temen kamu yang nelfon mami? Dia udah pulang, katanya ada kuliah sore." Jawab Khalista. "Tadi temen kamu itu nelefon mami, katanya kamu ada dirumah sakit."

Davina menghela nafas.

"Kamu itu, ya. Masa lagi hamil minum jus nanas. Nanas gak baik buat ibu hamil." Ucapan Kalista yang tiba-tiba membuat Davina sontak menoleh kearahnya.

Menatap dengan tatapan bingung dan tak percaya.

"...hami? Apa-siapa yang hamil?"

"Kami gak tau kalo kamu hamil?"

Davina mengangguk.

Mendapat anggukan dari menantunya, Khalista langsung berkata dengan cepat.
"Astaga, Vina! Untung aja kamu gak sampe keguguran."

Misalnya, jika Davina keguguran karena hal ini, setelah Davina tau pasti dia akan menyalahkan dirinya sendiri.

Davina masih linglung ketika membalas.
"I...itu-Vina gak pernah ngerasa-" Kalimatnya berhenti di tengah.

Dia mengingat lagi dengan hati-hati, apakah dia pernah mengalami gejala kehamilan?

Dia memang sering merasa tidak enak badan dan merasa mual, apalagi jika Syaquel sedang tidak ada, mualnya akan lebih sering.

Tapi dia tidak berfikir...

"Usia kandungannya tiga bulan, masih rentan keguguran. Makan sama minum hati-hati jangan sampe kejadian kayak gini terulang." Omel Khalista.

Davina mengangguk dalam diam.

"Kamu lapar? Biar mami beliin kamu bubur."

Davina tidak sungkan atas tawaran Khalista. Dia mengangguk mengiyakan.

Khalista bangun dari kursi yang dia duduki, saat berjalan menuju pintu keluar, pintu itu terbuka lebih dulu dari luar.

Alby masuk dengan kantung kresek ditangannya.

To be continued.

P.s. Siapa yang dalam hati udah nebak-nebak kalo Davina hamidun? Angkat tangan!

Ditulis: Sabtu 6 November 2021.

Ngomong-ngomong, ini cuma karangan aku aja, aku gak tau apa nanas emang bisa bikin kandungan bermasalah? Aku gk tau.

SYAQUEL: Young DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang