TWENTY-SEVEN

49K 3K 102
                                    


•••

Penulis:
Zii_alpheratz

•••

Jam biologis Davina setelah menikah adalah jam enam. Bangun, mandi dan menyiapkan keperluan Syaquel, itu semua akan selesai sampai jam tujuh.

Setelah itu dia harus membangunkan Syaquel dari tidurnya.

Namun, entah karena Davina terlalu lelah atau efek obat yang dokter berikan padanya, hari ini Davina bangun jam delapan pagi.

Dia masih bersarang dipelukan suami.

Davina menguap malas, bertanya pada Syaquel yang sudah lama terbangun dengan suara malas. "Kok gak bangunin, Vina?"

"Lo tidurnya nyenyak banget." Jawab Syaquel.

Davina sudah tidak lagi mengantuk, dia hendak bangkit namun tubuh Syaquel yang masih memeluknya membuat Davina kesulitan. "Lepas dulu, kak."

Syaquel melepaskan pelukannya, Davina turun dari tempat tidur. Pria itu berbaring menatap istrinya yang tengah mencepol asal rambutnya.

"Papi bilang lo sakit?" Syaquel mengingat ketika Alby menelfonnya. Berkata bahwa Davina sakit dan harus dibawa kerumah sakit, Syaquel tidak bisa untuk tidak khawatir.

Dia ingin cepat pulang, namun pekerjaan yang tidak bisa dia tinggalkan harus menuntut Syaquel untuk menyelesaikannya.

Hingga akhirnya dia hanya bisa berharap dia bisa menyelesaikan pekerjaannya di surabaya secepat mungkin.

Gerakan Davina saat mengikat rambutnya berhenti sejenak. Papi gak ngasih tau kak Syaquel? Davina bergumam dalam hati.

Alby tidak memberitahukan bahwa Davina sedang mengandung pada Syaquel. Pantes aja mami ngasih tespack dan nyuruh aku kasih ke kak Syaquel.

Mendadak, Davina sedikit bingung dan gugup menghadapi tatapan Syaquel. Bagaimana cara dia memberitahukan pada Syaquel? Bagaimana caranya...

"Sekarang udah...gak pa-pa, kok, kak." Jawab Davina Dengan ragu. Dia memalingkan wajahnya dari tatapan Syaquel. "Vina mau mandi dulu."

Syaquel melihat Davina yang menghindarinya, menghela nafas.

•••

Karena Alby memberikan Syaquel libur selama tiga hari, dan dia juga tinggal menunggu tiga bulan lagi untuk wisuda S2nya, otomatis Syaquel menganghur dirumah.

Pria itu akhirnya memutuskan untuk mengikuti Davina kesupermarket dilantai bawah.

Mengikuti Davina sambil mendorong troli belanjaan, Syaquel hanya memperhatikan Davina dengan heran saat istrinya itu berhenti di rak yang dipenuhi dengan produk ibu hamil.

Wanita itu sedang sibuk membolak-balik kemasan susu ibu hamil berbagai rasa. Davina sedang memilih rasa apa yang akan dia beli.

Sebelum memutuskan untuk membeli, terlebih dahulu Davina melihat di internet susu apa yang bagus dan baik untuk ibu hamil.

Produk-produk disini semuanya berbintang paling tinggi.

"Beli buat siapa?" Suara bingung Syaquel terdengar bertanya dari belakang.

Davina tidak menjawab, dia punya ide bagaimana cara memberitahu suaminya.

"Emang dirumah ada siapa aja?" Davina balik bertanya dengan nada cuek. Sengaja memancing Syaquel untuk menebak.

Syaquel terdiam, menatap bagian belakang istrinya dalam diam. Dirumah hanya ada dia dan Davina, jika susu khusus ibu hamil itu untuknya, itu tidak mungkin. Sangat tidak mungkin.

Mungkinkah...

Dia punya beberapa tebakan dibenaknya, memikirkan bahwa ini sedang diluar, dia hanya diam sambil mengikuti setiap langkah sang istri.

Davina juga membeli beberapa buah seperti jeruk, apel dan anggur untuk camilan malam. Dia sedang hamil, dokter bilang harus banyak mengonsumsi buah-buahan dan mengurangi snack untuk camilan.

Berhubung dia keluar dengan Syaquel, Davina tidak sungkan untuk mengisi penuh keranjang belanjaannya.

Yah, beginilah perempuan, walaupun saat dirumah sudah mencatat apa yang akan dibeli, tapi saat menghadapi rak-rak yang tersusun rapih penuh dengan 'godaan' secara otomatis catatan itu sudah tidak lagi berguna.

Davina adalah orang yang hemat saat dia kekurangan uang dan terkesan boros saat dia punya uang.

Yah...meskipun yang punya uang adalah Syaquel dan bukan dia. Tapi, bukankah uang suami adalah uang istri juga (?)

Mereka tidak menghabiskan terlalu lama disupermarket. Davina dan Syaquel kembali keapartmen.

"Tunggu sebentar." Syaquel langsung menghentikan Davina saat perempuan itu hendak berjalan membawa belanjaannya kedapur.

Davina yang lengannya ditarik oleh Syaqiel mau tidak mau menoleh, menatap suaminya.

"...itu-soal susu ibu hamil. Gak mungkin buat gue, kan?"

"Emang kakak mau?"

Syaquel menggeleng. "Gak lah!" Dia menatap Davina dengan ragu. "Lo..."

Davina tau apa yang akan Syaquel tanyakan. Jadi, dia buru-buru menghentikan Syaquel dan berlari kekamar.

Syaquel menatap kepergian Davina dengan bingung. Hingga tidak lebih dari satu menit, perempuan itu kembali lagi dengan sesuatu di tangannya.

"Nah."

Syaquel menatap sesuatu yang diberikan padanya, agak lama hingga dia menyadari bahwa benda itu adalah tespack dan dua garis berwarna merah tertera disana.

Dia tau dengan jelas bahwa dua garis artinya positif.

Mengalihkan tatapannya dari tepack, Syaquel menatap Davina yang lebih pendek darinya.

Dia tidak tau ekspresi seperti apa yang harus dia tunjukan sekarang. Perasaannya pada Davina itu rumit. Davina adalah perempuan yang dia kenal tiga bulan lalu.

Dan dia juga dengan jelas dapat memastikan bahwa dia tidak mencintai Davina. Cintanya masih melekat pada Rayana yang jauh diLondon.

To be continued.

Ditulis: Sabtu 13 November 2021.

Aku up lg:)

SYAQUEL: Young DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang