THIRTY-ONE

45.1K 2.8K 33
                                    

•••

Penulis:
Zii_alpheratz

•••

"Rumah yang ini bagus, nih, kak." Ujar Davina menunjukan sebuah gambar rumah di majalah yang dikirim oleh ibu mertuanya tadi pagi.

Syaquel yang tengah sibuk menghadapi laptop mencondongkan tubuhnya kearah Davina.

Davina tau bahwa Syaquel mendengarkan, wanita hamil itu menjadi lebih antusias dan terus mengoceh. "Rumahnya ada dua lantai, gak terlalu besar dan gak terlalu kecil juga. Ada dua kamar tamu dilantai bawah, ada tiga kamar dilantai atas dan salah satunya kamar utama.

..Liat deh, kak. Ada gambar dapurnya juga. Dapurnya keliatan luas, jadi satu sama ruang makan. Bagus banget. Nanti kalo misalkan kita tinggal disini kita tinggal ubah beberapa hal aja. Yah...tapi itu terserah kakak, sih, kan, yang punya uang juga bukan Vina."

Syaquel mendengarkan Davina berbicara banyak, menjelaskan dengan rinci soal rumah itu seolah Davina adalah perantara antara penjual dan pembeli.

Dia bahkan bisa merasakan sedikit keengganan dalam nada kalimat terakhirnya.

"Kamu mau?" Tanya Syaquel.

Davina memandang Syaquel, matanya berbinar ketika Syaquel bertanya. "Emangnya kakak mau juga?"

Syaquel mengangguk tanpa bicara.

"Kalo gitu kita beli yang ini aja, ya? Ya, kak, ya? Vina suka yang ini." Bujuk Davina, dia sama sekali tidak menyadari bahwa nada suaranya terdengar begitu manja.

Lengan Syaquel terulur, mengusap perut buncit istrinya. "Gak bisa dibeli gitu aja, kita harus cek lagi langsung ke tempatnya."

"Beneran?"

Syaquel mengangguk.

"Kapan? Besok?"

"Gak bisa besok, aku harus ke perushaan besok. Kalo enggak kita gak bakal bisa beli rumahnya."

Davina cemberut, tau jika Syaquel.berbohong. "Bo'ong banget."

Syaquel tertawa pelan. "Oke-oke, tapi nanti kita ke sananya jam dua, aku harus beresin urusan aku dulu."

Davina akhirnya mengangguk. Wanita itu bersandar pada dada bidang Syaquel.

Lalu, dia menyadari satu hal yang berbeda dari percakapan mereka saat ini.

Syaquel memakai 'aku-kamu' bukan 'lo-gue' seperti sebelum-sebelumnya.

"Kakak kenapa pake 'aku-kamu?'" Tanya Davina dengan heran.

Dengan telapak tangan yang terus mengusap perut Davina, Syaquel menjawab dengan asal. "Kenapa? Gak suka?"

Davina menggeleng. "Suka kok." Dia mendongkak, dihadapkan dengan dagu Syaquel yang sedikit berjambang.

"Kakak belum cukur?" Tanyanya lagi.

Syaquel juga melihat kebawah, melihat bibir merah istrinya yang seolah menggodanya untuk mencicipi.

Cup.

Satu kecupan mendarat di bibir Davina.

Davina berdecak kesal karena jambang Syaquel membuat pipinya geli. "Jangan cium! Geli."

"Yaudah aku cukur sekarang." Kata Syaquel, dia menyingkirkan laptop di pangkuannya dan hendak turun dari tempat tidur ketika Davina menariknya.

"Jangan dicukur!"

"Kenapa?"

"Enak buat diusap kayak gini." Jawab Davina sambil mengulurkan tangan mengelus dengan jambang Syaquel.

Di momen seperti ini, Davina rasanya tidak mau mengakhirinya. Ketika dia mengingat kembali tentang Rayana, 'mantan' pacar Syaquel yang model itu, Davina tiba-tiba menjadi ragu.

"Kak.."

Syaquel memberi 'hm' dengan lembut.

"Kak Syaquel... punya pacar?"

Gerakan tangan Syaquel diperut Davina tiba-tiba berhenti.

Keningnya sedikit berkerut menatap Davina dengan tatapan tidak suka.

Davina menyadari bahwa pertanyaannya tidak pantas. Bagaimana dia yang seorang istri bertanya kepada suaminya 'apakah suaminya memiliki pacar?'

"Maaf.." Lirih Davina.

Yah..walaupun kak Syaquel punya pacar, itu bukan urusan aku. Bagaimanapun aku sama kak Syaquel gak nikah karena cinta.

Kak Syaquel pasti kesel karena aku ikut campur urusannya.

"Aku gak punya pacar."

Davina tiba-tiba mendongkak. Membuat suara 'Hah?" dengan bodoh.

"Aku bilang aku gak punya pacar."

"Beneran?"

Syaquel mengangguk menyakinkan. Telapak tangan besarnya dengan nakal mendarat di dada Davina yang membengkak.

Mungkin karena faktor kehamilan, segala sesuatu di diri Davina membesar, termasuk payudara. Syaquel sangat suka menyentuh benda kenyal dan lembut itu.

Davina seketika menampar tangan Syaquel. "Iss! Diem bisa gak sih?" Kesalnya.

Syaquel terkekeh kecil, mengecup bibir Davina dengan singkat dan cepat. Syaquel sendiri tidak tau sejak kapan dia sangat menyayangi wanita ini.

Dari awal, dia hanya berfikir bahwa semua yang dia lakukan pada dan untuk Davina adalah bentuk rasa tanggung jawabnya atas kesalahan yang dia lakukan sejak awal.

Serta pelariannya dari semua hal tentang Rayana.

Tapi mungkin, Syaquel sedikit salah tentang itu. Karena jika Syaquel pikrikan lagi, rasa tanggung jawab tidak akan membuatnya melakukan sesuatu diluar batasnya.

Yah, dia sangat menyayangi perempuan yang tengah mengandung anaknya ini.

"Kakak lanjut kerja aja." Davina keluar dari pelukan Syaquel, turun dari tempat tidur.

"Kamu mau kemana?" Tanya Syaquel.

"Masak."

To be continued.

Ditulis: 4 Februari 2022

SYAQUEL: Young DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang