THIRTEEN

52.1K 2.9K 6
                                    

•••

Penulis:
Ziialpheratz

•••

Alison membuat seruan 'wow' kecil ketika melihat hidangan dimeja makan. Ada capcai, ikan goreng, dan bakwan jagung serta antek-anteknya. Semua hidangan diatas meja makan adalah masakan rumahan yang sejujurnya jarang Alison nikmati karena dia jarang pulang kerumah.

Alison melirik Syaquel yang sudah duduk diatas kursi tapi tidak kunjung menyentuh apapun. Sebaliknya, dia melihat Davina yang mengambil piring, mengisinya dengan banyak nasi yang masih mengepul, serta lauk-pauknya.

Setelah itu, menyajikannya didepan Syaquel. Alison sedikit tercengang, membuat seruan 'ah' kecil lalu duduk disebelah Syaquel.

Secara alami, dia tidak berharap Davina akan menyajikan piring untuknya. Jadi, dia melakukannya sendiri.

Suapan pertama yang masuk kedalam mulutnya membuat Alison melirik Davina di seberangnya. Masakan gadis itu sangat enak, pantas saja Syaquel menambah tiga puluh menit waktunya saat datang ke gym.

Ternyata karena ini, toh.

"Masakan, lo enak, pantes Syaquel betah banget dirumah." Alison menggoda dengan nada bercanda.

Davina yang mendengarnya hanya tersenyum. Lalu berunjar. "Kalo gitu makan yang banyak."

Alison hendak membalas ketika suara Syaquel datang. "Udah makan, lo pulang."

"Ck, gitu amat."

"Kak Syaquel gak boleh gitu sama tamu." Tegur Davina dengan lembut.

Alison tersenyum penuh kemenangan, sedangkan Syaquel mendengus memutar manik matanya dengan jengah.

Selesai sarapan, Syaquel dan Alison kembali keruang tamu. Davian tidak tau apa yang mereka perbincangkan, hanya sesekali seruang kesal Alison atau Syaquel terdengar sampai ke dapur.

Davina sibuk mencuci piring kotor, tidak menyadari jika Syaquel berdiri tepat di belakangnya. "Lo mau gue sewa ART?" Saat suara Syaquel datang, barulah Davina menyadari.

Dia menoleh sekilas kearah Syaquel, lalu menggeleng. "Gak usah, kalo cuma yang kayak gini, mah, Vina juga bisa."

"Gak cape, apa? Setiap hari gue liat lo sibuk beres-beres terus."

Sejujurnya, Syaquel cukup kagum akan Davina. Gadis itu jelas dirusak olehnya, seharusnya dia marah atau mengabaikannya setelah mereka menikah, kan?

Tapi Davina tidak, gadis itu tetap menjalankan 'tugas'nya sebagai seorang istri-yeah, kecuali urusan ranjang.

"Kalo gak Vina yang beres-beres terus siapa? Emangnya kak Syaquel mau beres-beres?"

Syaquel. "Ya, kan, tinggal sewa ART."

"Gak usah, ih. Buang-buang uang."

Buang-buang uang? Jika tidak salah, dirumah besar keluarga Wirattama bahkan ada lebih dari Lima pengurus rumah.

Davina. "Lagian, kak, apartmennya gak gede-gede banget, kok."

"Temen kakak udah pulang?" Davina baru inget bahwa sedang ada tamu.

"Udah." Syaquel menjawab dengan singkat.

Davina mencuci tangannya yang penuh busa, dia membereskan alat makan yang sudah dia cuci ketempatnya.

"Kakak mau teh?" Tawar Davina.

"Hm, teh tawar. Jangan pake gula."

Davina mengangguk, mengambil gelas kecil, membuat teh untuk Syaquel. Saat Davina berbalil, Syaquel sudah tidak ada lagi didapur.

Sambil membawa secangkir teh yang masih mengepul dengan uap, Davina mencari Syaquel dikamar. Ternyata pria itu tengah duduk dikursi kayu yang diletakan dibalkon kamar dengan sebuah laptop di pangkuannya.

Davina menghampiri Syaquel, meletakan secangkir teh itu dimeja kopi sebelah Syaquel.

Syaquel melihat teh yang disajikan Davina, mengambilnya, dia meniup teh yang masih panas, lalu menyeruputnya secara perlahan. Setelah itu fokusnya kembali pada laptopnya.

Davina tau Syaquel sibuk, jadi dia tidak terus disana dan mengganggu. Dia kembali kedalam dan berfikir dalam hati: bagus banget kalo ada pisang goreng, kan? Dia bisa menyajikannya bersama teh untuk Syaquel.

Sayangnya, dia tidak punya pisang, diminimarket lantai bawah juga hanya ada pisang yang matang dan tidak cocok dijadikan pisang goreng.

Hah...jika ini dikampungnya, tidak akan sulit menemukan pisang.

Saat sedang berfikir, ponsel disaku celananya tiba-tiba bergetar. Davina melihat nama 'mama' tertera disana, segera menjawab telefon.

'Hallo, Vin?' Suara ibunya terdengar diseberang sana.

"Iya, ma?"

'Vina? Gimana kabar kamu sama suamimu?'

"Vina sama kak Syaquel baik, kok, ma."

'Suamimu gak jahatin kamu, kan Vin? Gimanapun kan mereka itu orang kaya, kamu gak dibully, kan?'

"Ma...kak Syaquel baik, kok sama Vina, keluarganya juga baik. Mama tenang aja."

'Syukurlah kalo gitu. Kamu juga inget, jangan banyak main, ya, Vin. Kamu itu sudah nikah, wanita yang sudah nikah gak boleh...'

Ibunya berbicara banyak ditelefon, mengatakan apa yang tidak boleh dilakukan wanita yang sudah menikah. Dan Davina mendengatkannya dengan baik.

'Yaudah kalo gitu, mama tutup telefonnya.'

"Iya, ma."

Sambungan telefon ditutup setelah Davina mengucapkam salam.

"Siapa yang nelfon?" Suara Syaquel terdengar dibelakang, Davina berbalik, menyimpan kembali ponselnya kedalam saku.

"Ini mama, nanyain kabar." Jawab Davina dengan jujur.

Syaquel hanya menganggguk, tidak lagi berbicara. Dia meletakan laptopnya disamping meja tempat tidur.

To be continued.

Ditulis: Jumat 15 Oktober 2021.

SYAQUEL: Young DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang