TWENTY-SIX

47.8K 3.1K 45
                                    


•••

Penulis:
Zii_alpheratz

•••

Alby masuk kedalam ruang rawat  dengan kantung kresek di tangannya.

"Kamu udah bangun." Itu bukan pertanyaan, tapi pernyataan.

Khalista melihat bahwa suaminya masuk, dia bertanya. "Papi udah ngomong sama dokter?"

Alby mengangguk, menyerahkan kantung kresek itu pada istrinya. "Papi juga udah nelefon Syaquel."

Davina, diatas ranjang merasa sangat bersalah karena telah membuat seluruh keluarhmga khawatir. Dan dia juga tidak mau mengganggu pekerjaan Syaquel.

"Papi harusnua gak usah kasih tau kak Syaquel." Ujare Davina dengan rasa bersalah.

Mendengar apa yang dikatakan Davina, Khalista berkata dengan nada lembut. "Kok gitu? Syaquel harus tau dong, sayang." Lalu, tatapannya jatuh pada Alby, nada bicartanya berubah menjadi tidak menyenangkan.

"Gara-gara orang tua itu! Malah nyuruh anaknya kesuarabaya. Kalo enggak, kan,gak bakal begini jadinya!"

Khalista berjalan mendekati ranjang Davina, mengeluarkan dua kotak bubur ayam didalam kantung kresek yang dibawa Alby.

Jelas itu untuk dia dan Davina.

Alby menghela nafas dengan ketidakberdayaan mendengar tuduhan sang istri.

Davina juga merasa tidak enak untuk ayah mertuanya. "Ini bukan salah papi..."

Ibu mertua itu tidak memperdulikan apa yang akan dikatakan menantunya, dia berkata lagi. "Hiss! Cepet suruh Syaquel pulang, biar dia jagain aja istrinya dirumah."

"Ya, gak, bisa gitu dong, mi."

"Papi–"

Melihat bahwa ibu mertuanya masih tidak ingin mengalah untuk membawa Syaquel pulang, Davina dengan terburu-buru berkata.

"Mami-mami. Vina boleh pulang sekarang, gak?"

"Kok pulang, Vina, kata dokter harus tinggal dirumah sakit minimal tiga hari buat memperkuat janin." Jelas Khalista.

Alby diam-diam berterima kasih pada menantunya karena telah membantu mengalihkan pembicaraan.

Jika tidak sampai upin-ipin tumbuh dewasa juga Khalista tidak akan membiarkan nya lepas.

•••

Khalista, Ibu mertuanya, sudah dua hari ini menginap di apartmen Davina dan Syaquel.

Karena kejadian terakhir kali, yang membuat Davina hampir keguguran, Khalista menjadi sangat khawatir.

Khansa juga menginap untuk satu malam namun keesokan harinya langsung pergi lagi. Kakak perempuannya Syaquel itu bekerja sebagai disainer yang sudah dikenal diseluruh indonesia. Bahkan pakaian hasil rancangannya sudah dipakai oleh artis-artis ternama.

"Kami beneran gak mau sewa ART, Vin?" Khalista bertanya untuk kesekian kalinya. Dia tidak bisa menginap lebih lama lagi karena papinya Syaquel dirumah.

"Beneran, mi. Vina masih bisa, kok."

"Bukan gitu, sayang. Kamu itu lagi hamil, hamil muda. Gak boleh terlalu capek." Bujuk Khalista lagi.

"Vina masih bisa. Gak capek, kok. Lagian besok kak Syaquel juga pulang." Ujar Davina mencoba meyakinkan Khalista.

"Yaudah, tapi nanti kalo perut kamu udah mulai besar, sewa ART, jangan bikin diri kamu capek."

Davina mengangguk, meng-iyakan.

Sore harinya, sebelum Khalista pulang dari apartmen, dia menjejalkan sebuah bungkusan berukuran kecil pada Davina.

"Ini apa?" Davina mengambilnya, menatap ibu mertuanya dengan bingung.

"Ini Tespack. Kamu pake terus nanti tujukin ke Syaquel."

Davina membuat suara 'Oh' mengerti. Sepeninggal Khalista, Davina duduk diatas tempat tidur, bersandar dikepala ranjang. Dia menatap alat pengecek kehamilan di tangannya.

Tespack yang Davina kenal dan sering lihat adalah benda pipih dan panjang. Tapi teapack yang diberikan oleh Khalista itu memilki desain yang indah.

Itu memanjang, dibagian kepala agak besar lalu agak meramping. Ada motif batik dalam coraknya.

Itu sebabnya Davina sempat bingung alat apa ini.

Malam datang, itu baru sekitar jam sembilan ketika Davina sudah tidak bisa membuka matanya lagi.

Dia sangat mengantuk dan tertidur dibawah selimut.

Entah berapa lama dia tidur, Davina tiba-tiba merasakan kehangatan melingkupinya. Rasanya sangat nyaman sehingga dia ingin lebih dekat dengan sumber kehangatan itu.

Disaat dia bergerakdan kelopak matanya bergetar hendak terbuka, dia mendnegar suara serak dan dalam berbisik lembut tepat di telinganya. "Sttt.. Tidur, udah malem."

Mendengar suara dan nafas yang sudah dia kenal ini, Davina me-rilexkan tubuhnya. Dia kembali tertidur dengan lelap.

Syaquel, memeluk istrinya yang tertidur pulas. Hari ketiganya disurabaya, Papinya tiba-tiba menelfon dan mengatakan bahwa Davina sakit, dan tidak mengatkan lebih banyak lagi.

Dia sangat khawatir hingga ingin cepat-cepat pulang, tapi sayangnya begitu banyak hal yang harus dia lakukan sehingga Syaquel hanya bisa bekerja lebih keras agar dapat pulang secepat mungkin.

dia tidak tau mengapa perasaannya sangat gelisah ketika Alby mengatakan bahwa Davina sakit.

Dia tidak tau mengapa dia sangat tidak sabar untuk pulang kerumah. Dan saat dia pulang, melihat istrinya yang tertidur meringkuk dibawah selimut, Syaquel ingin cepat-cepat membawanya kepelukannya.

Ini adalah perasaan yang familiar namun asing.

Dia pernah merasakan perasaan tak tertahankan seperti ini, namun, objeknya bukanlah wanita dalam pelukannya sekarang.

Dulu, dia pernah merasakannya untuk Rayana. Dia tau betul, perasaan ini disebut 'Rindu'.

Yah, dia sangat merindukan Davina hingga rasanya saat melihat Davina kembali, perasaan dihatinya membuncah.

To be continued.

P.s. Ngetiknya pas jam sembilan malem dan mata udah sepet banget pengen tidur.

Ditulis: Rabu 10 November 2021.

Mau aku up lagi? Seratus  vote, lima puluh komen, aku dua lagi 😂😁

SYAQUEL: Young DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang