TWENTY-NINE

48.6K 2.8K 39
                                    


•••

Penulis:
Zii_alpheratz

•••

"Halo, mi?"

"Gimana, Vin, kamu udah bilang belum sama Syaquel?"

Ah...Davina ingat apa yang hendak dibahas mertuanya. Itu adalah soal membeli rumah yang lebih besar, karena setelah Davina lahiran, tidak mungkin untuk terus tinggal diapartmen dengan satu kamar.

Davina ragu-ragu saat menjawab, bukannya dia tidak mau pindah, hanya saja Davina takut Syaquel tidak akan setuju.

"Belum, mi. Kak Syaquel lagi sibuk ngurus buat wisudanya soalnya. Davina takut ganggu."

"Gak ganggu dong, lagian masa kamu mau nunggu dua bulan lagi sampe Syaquel wisuda. Mending bilang aja sekarang, atau kamu pengen mami aja yang bilang?"

"Eh...jangan, mi, jangan! Vina aja yang bilang." Sambar Davina dengan cepat.

"Syaquelnya ada dirumah?" Tanya Khalista lagi.

"Kak Syaquel lagi keluar, mi. Katanya ketemu sama temennya." Jawab Davina.

Terdengar gerutuan Khalista diseberang sana. "Anak itu! Istri lagi hamil kelayaban, mulu." Lalu Khalista menghela nafas. "Yaudah kalo gitu, kalo kamu udah bilang sama Syaquel, nanti kasih tau mami, biar mami kasih rekomendasi rumah mana yang harus beli. Oke?"

"Oke, mi."

"Yaudah kalo gitu, mami tutup telefonnya, ya, sayang. Assalamualaikum."

"Waalaikum salam."

Tut.

Sambungan telefon terputus, Davina meletakan ponselnya diatas meja kaca.
Melihat jam yang menggantung didinding, itu sudah menunjukan pukul empat sore, dia belum memasak.

Davina mengusap perut buncitnya, bangkit dari kursi dengan pelan. Tepat saat dia hendak melangkah menuju dapur, pintu apartmen tiba-tiba terbuka.

Syaquel masuk kedalam.

Davina tersenyum, menghampiri Syaquel. "Kakak pulang?"

Syaquel menanggapi dengan deheman samar. "Hm."

"Tapi Vina belum masak." Desah Davina. "Kakak mandi dulu aja."

"Kita makan diluar aja."

"Hah?"

"Makan diluar." Syaquel mengulang.

Davina senang mendengar ajakan Syaquel. Dia juga merasa sangat bosan terus menerus berdua dirumah.

Davina dengan senang hati berunjar. "Kalo gitu vina ganti baju dulu!"

Perempuan itu berganti pakaian mengenakan sebuah dress panjang khusus ibu hamil, menggeraikan rambut, memoles wajahnya dengan makeup.

Saat itu, Syaquel juga keluar dari kamar mandi dan mengenakan pakaian. Dia mengenakan celana jeans berwarna abu dengan kaus oblong putih dipadukan dengan jaket kulit hitam.

Syaquel melihat manik mata Davina yang cerah, dia bahkan bisa melihat sosoknya tercermin disana.

Syaquel sedikit menyesal dalam hatinya, harusnya dia lebih sering membawa istrinya keluar. Syaquel mendekat, mencondongkan tubuhnya kearah sang istri, melumat bibir merah itu.

Karena perut Davina yang semakin besar, Syaquel harus mencari posisi yang pas agar tidak terlalu menekan anak itu.

Davina yang dicium agak kaget, dia memberontak. "Um...hup!"

Bibir Davina memiliki rasa ceri yang manis, Syaquel tidak tau apakah itu rasa dari lipstik yang perempuan itu pakai?

Syaquel melepaskan lumatannya.

Davina memperotes dengan dada naik turun. "Kak! Lipstiknya jadi ilang tuh!" Kesalnya. Dia mengambil tissu diatas meja rias, memberikannya pada Syaquel.

"Lap, bibir kakak merah semua."

Syaquel mengambil tissu, menghapus noda lipstik disekitar bibirnya. "Yuk, nanti kesorean."

Davina dengan cemberut mengikuti langkah kaki Syaquel.

Yang keduanya kunjungi adalah salah satu restoran seafood yang tengah naik daun dalam tiga tahun ini.

Kebetulan, owner restoran ini adalah salah satu kenalan Syaquel. Syaquel menunjukan kartu VIP kepada penjanga dan penjaga itu langsung membawanya kesalah satu ruangan pribadi.

"Ini restoran?" Bisik Davina ditelinga suaminya. Davina sedikit heran karena restoran juga punya ruang VIP, dia fikir hanya hotel atau rumah sakit yang mempunyainya.

"Hm." Syaquel membalas dengan singkat, menggenggam jemari perempuan itu agar mengikutinya.

Karena Davina yang tengah hamil, Syaquel menyesuaikan langkah kakinya dengan sang istri.

Masuk kedalam ruangan itu, Davina terperangah melihat gaya dekor restoran. Berbeda dengan diluar, ruang pribadi ini sangat mewah dan elegan.

Satu meja dan dua kursi ditempatkan di sebelah jendela kaca yang langsung menghadap sebuah taman penuh bunga dengan kolam renang.

Davina menahan nafas, ketika dia merasakan kecupan di pipinya. "Kak!" Kesal Davina pada Syaquel.

Syaquel terkekeh, menarik satu kursi untuk wanitanya duduk. "Duduk disini." Titah Syaquel. Davina duduk perlahan sambil menahan perutnya.

Davina terus memandangi taman dibalik kaca, tidak lagi memperhatikan Syaquel yang tengah berkata kepada penjaga itu.

Setelah penjaga pergi, Syaquel duduk diseberang Davina, menatap wajah cantik perempuan itu dari samping. "Suka?" Tanyanya.

Davina mengangguk dalam diam. Berfikir dalam hati. Setelah mereka punya rumah, bisakah dia mempunyai taman dan kolam renang sendiri di rumahnya?

Sementara Davina sibuk berfikir, suara Syaquel tiba-tiba terdengar. "Kalo gitu, kita bakal bangun taman yang luas dirumah kita nanti."

Perempuan itu menoleh seketika ketila mendengar apa Syaquel katakan. Disaat dia menoleh, dia bertemu dengan tatapan Syaquel dan senyumnya.

Wajah Davina merona dibawah cahaya lampu kristal yang menggantung dilangit-langit.

Syaquel tidak sabar saat melihat Davina yang merona, dia berdiri dari kursinya dan berjalan kearah sang istri. Syaquel membungkuk, jemarinya mengelus pipi putih gemuk Davina.

Mungkin, karena beberapa bulan menikah dengan Syaquel ini dia hidup dengan baik–juga berkat beberapa produk perawatan kulit yang diberikan Khalista untuknya–kulit yang tadinya berwarna kuning langsat itu telah berubah menjadi seputih susu.

Pipinya juga berdaging, lembut dan kenyal–terasa enak saat disentuh.

To be continued.

Btw, Davina hamil berapa bulan yak? Zii lupa≥﹏≤

Jangan lupa follow ig Zii, ya.
@ajizah_st28

SYAQUEL: Young DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang