TWENTY-ONE

50.1K 2.7K 16
                                    

•••

Penulis:
Zii_alpheratz

•••

Saat kembali ke apartmen, Davina ingat bahwa dia lupa menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan KB.

Davina adalah pemula, dia tidak mengerti bagaimana cara mendapatkan 'KB'. Apa dia langsung saja pergi ke dokter? Tapi dokter apa?

Dia ingin bertanya kepada mamanya, tapi itu akan lebih memalukan dari pada dia bertanya kepada Khalista.

Davina menghela nafas, mengambil ponselnya diatas meja kopi. Mengklik nomor Khalista disana.

Tut...tut...tut..

'Hallo, Vin?' Khalista, yang sedang dalam perjalanan menuju rumah, menerima telfon dari menantunya. Dia langsung menjawab panggilan tersebut.

"Em..halo, mi." Balas Davina dengan sedikit ragu. "Itu -Vina mau nanya, tadinya mau pas mami disini, tapi kelupaan."

'Emang kamu mau nanya apa?' Tanya Khalista dengan penasaran.

"...itu...dapet obat KB itu dimana, ya, mi?"

Khalista membuat suara 'Ah' panjang di sebrang telepon, lalu memperotes dengan nada menghoda. 'Kok KB sih, Vin? Gak mau langsung isi aja? Mami udah gak sabar, lho, buat gendong cucu.'

Davina terdiam, menggaruk tengkuknya dengan canggung. Tidak tau harus menjawab bagaimana. Setelah pertimbangan, dia akhirnya berkata.

"Sebenernya itu terserah kak Syaquel aja sih, mi. Tapi mungkin ini terlalu awal, kak Syaquel gak mungkin setuju. Kan, dia juga masih kuliah."

'Tiga bulan lagi Syaquel wisuda.' Khalista mengingatkan.

"Iya, sih. Tapi..."

'Gimana kalo kamu bicarakan dulu sama Syaquel, nanti kalo Syaquel gak setuju, kamu bisa telfon mami lagi. Gimana?' Tawar Khalista.

Davina masih sangat meragukan bahwa Syaquel akan setuju untuk mempunyai anak lebih awal. Lagipula, dia tau bahwa Syaquel tidak menyukainya.

Apakah Syaquel jenis orang yang akan bersedia mempunyai anak dengan wanita yang tidak dia cintai?

Karena Davina, sih, tidak masalah. Jujur saja dia berharap bahwa pernikahannya dengan Syaquel akan seumur hidup. Dia tidak ingin berhenti ditengah jalan apalagi bercerai dan menjadi janda.

Karena dari awal hingga akhir, dia tidak pernah menginginkan setatus janda pada tittlenya.

"Yaudah, mi. Nanti Vina omongin."

Berbicara beberapa patah kata lagi hingga akhirnya sambungan telfon ditutup oleh Khalista.

Davina memijit keningnya yang tiba-tiba terasa pusing. Perut bagian bawahnya bergejolak seolah ingin memuntahkan sesuatu.

Berlari ke kamar mandi, dia berdiri didepan westafel.

Hoek...hoek.

Fyuh... Davina sedikit berkeringat ketika rasa mualnya sudah sedikit menghilang. Dia berkumur dengan air dan menyiram westafel.

Davina berfikir, apa mungkin aku masuk angin? Karena apartmen memiliki AC di setiap sudutnya, Davina tidak terbiasa pada awalnya dan selalu merasa kedinginan.

Mungkin saja dia masuk angin karena ACnya, kan. (?)

Dia berbaring ditempat tidur, memejamkan mata hingga akhirnya tertidur secara alami.

•••

"Nah, Papi serahin proyek ini sama kamu. Kamu bisa berangkat tiga hari lagi ke surabaya."

Syaquel membalas ucapan papinya hanya dengan 'Hm' sederhana.

"Yaudah, ini udah jam enam. Kamu langsung pulang."

Alby menyerahkan proyek real estate yang berada di surabaya kepadanya. Syaquel secara alami tau bahwa dia tidak bisa menolak dan hanya bisa setuju.

Dia akan berangkat tiga hari lagi ke sana dan pasti harus memberitahu Davina tentang ini.

Dengan itu, Syaquel pulang ke apartmen. Sesampainya disana, dia menemukan bahwa itu sangat sepi seolah tidak ada siapapun.

Syaquel meletakan tasnya diatas sofa, berjalan masuk kedalam kamar. Disana, dia melihat istrinya tengah tertidur dengan selimut yang melilit tubuhnya.

Syaquel melihat jam dinding, itu adalah jam enam sore, waktu yang sangat tidak cocok untuk tidur.

Dia mengguncang Davina dengan lembut, membangunkannya. "Vin, bangun."

"Hm." Gumam Davina dengan mata tertutup.

"Ini udah sore, bangun."

Davina membuka matanya dengan sayu, menatap wajah Syaquel yang berada tepat di hadapannya.

"Jam berapa sekarang?" Tanya Davina. Dia dengan malas duduk ditempat tidur.

"Jam enam." Jawab Syaquel.

Jam enam?! Yang benar saja! Dia tidur selama tiga jam! Davina buru-buru bangkit dari tempat tidur.

Tindakan terburu -burunya membuat perempuan yang baru saja terbangun dari tidurnya itu sedikit limbung dan Syaquel dengan kaget segera menahannya.

Syaquel bertanya dengan khawatir. "Lo gak pa-pa?"

Davina menggelengkan kepalanya dan malah balik bertanya. "Kak Syaquel udah makan?"

"Balum."

"Kalo gitu Vina masak dulu, kakak mandi aja."

Syaquel mengangguk.

Davina mencuci wajahnya terlebih dahulu, lalu pergi ke dapur membuat makanan untuk sang suami.

To be continued.

Ditulis: Minggu 31 Oktober 2021.

SYAQUEL: Young DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang