Selamat membaca! Jangan lupa vote-nya ya!
*****
Aku merasakan semilir angin segar menerpa tubuhku. Ditambah iringan siulan merdu burung-burung pipit. Rasanya sangat nyaman. Eh tunggu dulu, ada sesuatu yang ganjal. Aku 'kan tinggal digedung yang tertutup dan suram, tidak mungkin ada angin yang masuk dan suara siulan burung yang merdu.
Aku membuka mataku perlahan, hingga menunjukkan manik merah darahku. Aww, silau!
Seberkas cahaya terang menyapa indra penglihatanku. Spontan, aku langsung menutup mata menggunakan kedua tangan. Perlahan aku membuka mataku kembali, membiasakan cahaya yang memasuki retina mataku. Aku melihat dahan pohon yang terlihat rindang bertengger diatasku. Kenapa aku ada dibawah pohon apa aku sedang bermimpi?
Aku mendudukkan tubuhku dengan menopang pada kayu tempatku bersandar. Tunggu dulu, kayu?
Aku langsung membalikkan tubuhku, mendapati sebuah pohon raksasa yang rindang menjadi atap tempatku tertidur. Dahiku mengernyit bingung, kenapa aku tiba-tiba ada dibawah pohon?
Aku membalikkan tubuhku lagi kedepan. Kali ini pemandangan indah sebuah padang rumput dengan sebuah ayunan yang tergantung dipohon yang rindang ini menyapa indra penglihatanku. Ini mimpi atau ... Hahhh! Aku ada di akhirat! Hiks, akhirnya!
Eh, waiiittt!!!! SEHARUSNYA AKU MASUK NERAKA, KAN?!!! Apa dineraka ada padang rumput indah dengan pohon yang tergantung ayunan terkesan estetik? Tidak 'kan? Atau ini mimpi? Segala hal berkecamuk dikepalaku dan semuanya menimbulkan tanda tanya membuatku mengacak-acak rambutku sembari mengerang frustrasi.
"Aarrghh!!!!" Aku ada dimana??!!!!
"Snow ..."
Deg!
Su-suara itu ... suara yang sangat aku rindukan. Suara seorang wanita yang terdengar lembut dan halus serta penuh kasih sayang. Tanpa kusadari sebuah jejak transparan melintang dipipiku. Ya, aku menangis. Aku rindu dengan suara itu, apa aku sedang berhalusinasi?
Jadi yang benar aku sedang berada di akhirat, bermimpi atau berhalusinasi?!! Aarrghh!!!!
"Snow." Suara itu kembali memanggil namaku, namun dengan nada yang amat lembut. Dengan gerakan patah-patah aku menoleh kearah sumber suara.
Seorang wanita berambut hitam diikat separuh dengan pita merah terkesan khas berdiri disana. Mata merahnya menatapku penuh kelembutan dan kasih sayang. Jangan lupakan bibir ranumnya melukiskan sebuah senyum yang amat teduh. Air mataku mengalir semakin keras. Tanpa kusadari, aku bangkit dari dudukku lalu berlari menubruk tubuh yang selama ini menjadi sumber kebahagiaanku.
Dapat kurasakan tubuhnya agak limbung saat kuterjang dengan keras. Ia kemudian terkekeh dan membalas pelukanku. Aku tidak bermaksud menyakitinya, hanya saja ... aku sangat, sangat, sangaaaaattt merindukannya! Sumber kasih sayangku, tempatku untuk berpulang, dan pelita hidupku, semuanya ada pada wanita ini.
"Ibu ...," aku berucap lirih diiringi isak tangis.
Ibuku, Hailey Irene McDeux, itulah identitas wanita tadi. Seorang wanita hebat yang telah melahirkanku kedunia ini. Sosok yang selama ini memberikan seluruh kasih sayangnya padaku, dan bodohnya aku masih mengejar-ngejar kasih sayang Grand Duke tua itu.
Figur cinta pertamaku, ibuku, dan panutanku. Aku sangat mencintai wanita ini hingga tak bisa dideskripsikan menggunakan kata-kata.
"Apa kabarmu, sayang?" Suara lembut itu kembali mengalun diikuti dengan sapuan lembut diatas kepalaku.
"T-tidak baik, bu ...," ucapku disertai isakan. Tak lupa mengeratkan pelukanku pada tubuhnya, aku takut, sangat takut jika dia menghilang dan meninggalkan aku seorang diri lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SNORETT: The Devil Lady
Fantasy[Warn: 17+ | Harsh Word | Blood Scene] [Judul awal "Freedom for The Evil Lady"] Freedom series #1 Snorett McDeux of Dexter, seorang nona muda dari keluarga Grand Duke of Dexter yang sangat terpandang. Namun sayangnya hidup sebagai putri seorang Gran...