Mataku berkedip beberapa kali. Hah? Apa aku baru saja salah dengar disini? Ayah memilihku sebagai pewaris? Wow, sungguh tidak terduga.
"Mengapa aku?" tanyaku spontan.
"Karena kamu putri, Ayah." Ya, benar juga sih.
"Bukan itu maksudku," balasku datar.
Ayah mengalihkan pandangannya kearah jendela lalu berdehem. "Ayah tidak mungkin memberikan gelar ini kepada Earl Lean."
"Mengapa?" Aku mencoba memancingnya berbicara.
Ayah terlihat tertekan, "Kamu tahu jawabannya, Snow."
Aku menganggukkan kepala beberapa kali. Aku mengerti mengapa Ayah tidak ingin gelar ini jatuh kepada Paman Lean. Lean adalah sepupu dekat Ayah, dia mendapatkan gelar Earl karena hasil menjilat Grand Duke terdahulu, tetapi itu hanya sekedar gelar yang tidak bisa diwarisi kepada anak-anaknya. Paman Lean adalah orang haus harta dan gelar. Dia akan melakukan apapun untuk mencapai ambisinya. Karena itulah Ayah enggan memberikan gelar itu kepada Paman.
Aku mengerti, Ayah memilih yang terbaik untuk daerah ini. Tetapi mengapa aku? "Aku tahu, Ayah, tetapi kau bisa memberikannya kepada Sophie. Walaupun menjadi Saintess dia tetap bisa menerima gelar Grand Duchess."
Ayah tersenyum lembut lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Benar, tetapi kamu pantas mendapatkan gelar ini Snow. Dari umur yang sangat belia, kamu telah menunjukkan bakat yang sangat hebat. Kamu cerdas, kuat, dan terampil. Ayah yakin, dibawah kepemimpinanmu McDeux akan semakin dihormati."
Wow ... Selama ini aku selalu melihat sifat kekanakkan Ayah, dan tiba-tiba dia menjadi bijak begini. Agak mengejutkan sebenarnya.
"Bagaimana jika aku menolak?" Aku kembali memberikan pertanyaan. Aku berhak menolak bukan?
Raut Ayah berubah sendu. Ia mendudukkan diatas sofa tepat disampingnya. Pria yang berstatus Ayahku itu meraih kedua tanganku, lalu menyatukannya. Rautku berubah bingung, mengapa suasananya berubah mellow begini?
"Ayah sadar, dosa Ayah padamu sangatlah banyak ..." Aku diam masih mendengarkannya. "Karena itu Ayah ingin meminta maaf atas segala perbuatan buruk, Ayah. Ayah sangat tahu, kami tidak bisa langsung memaafkan Ayah. Ayah tidak masalah atas hal itu, karena Ayah pantas mendapatkannya. Tetapi ..."
Aku menelan ludah karena atmosfer ruangan yang mulai menekan. Wajah Ayah terdistorsi, tetap melanjutkan kalimatnya. "Jika kamu menolak, Ayah yakin kekaisaran ini berada diambang kehancuran."
*****
Tiga bulan terlewati, menandakan telah terjadi pergantian musim. Musim panas telah usai berganti dengan musim gugur yang mulai mendinginkan udara. Daun-daun pada pohon mapel mulai berubah kecokelatan, oranye, serta merah. Ada juga pohon yang menggugurkan daunnya, agar bisa kembali tumbuh dimusim semi. Bunga krisan berwarna kuning dan putih bermekaran disepanjang jalan utama, berperan mewarnai jalanan yang lenggang.
Kereta kuda yang membawa keluarga McDeux membelah jalanan dengan kecepatan sedang. Suara tapakan kaki kuda bersahutan, membawa keluarga kecil itu ke Hutan Kieum yang ada di Dukedom Havenford, tempat dimana acara perburuan diselenggarakan.
Setiap hari pertama memasuki musim gugur, diselenggarakan acara perburuan selama tiga hari. Selain menjadi acara tahunan turun-temurun, perburuan ini dilaksanakan untuk menentukan pemburu terhebat kekaisaran setiap tahunnya. Selama dua tahun berturut-turut, Duke muda Exford-lah yang memegang gelar pemburu terhebat kekaisaran. Seseorang yang akan memegang jabatan jenderal militer dimasa depan memang tidak diragukan.
Ini adalah kali pertama Snow mengikuti acara perburuan. Setiap tahunnya, Alex hanya mengajak Lily dan Sophie saja, tetapi kali ini ia juga mengajak Snow. Mereka hanya bertiga karena Sophie masih berada di kuil untuk pendidikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SNORETT: The Devil Lady
Fantasy[Warn: 17+ | Harsh Word | Blood Scene] [Judul awal "Freedom for The Evil Lady"] Freedom series #1 Snorett McDeux of Dexter, seorang nona muda dari keluarga Grand Duke of Dexter yang sangat terpandang. Namun sayangnya hidup sebagai putri seorang Gran...