"Betty, kau gila?" tegurku.
Dengan jawah datar tanpa dosanya, Betty menggendikkan bahu. "Dia menghalangi jalanku."
Tetapi yah, Betty dan Sophie ini orang yang tergolong nekat. Setiap bertemu Adrien, pasti keduanya akan memusuhi bocah itu. Tidak peduli gelar yang dipegang Adrien itu apa, mereka tidak segan untuk berlaku tak sopan.
Aku menghela nafas panjang. Percuma saja menegurnya, dia kepala batu. Sama sepertiku, sih. Intinya, aku, Betty, dan Sophie itu memiliki kepala batu. Sulit mendengarkan nasihat orang lain, kecuali orang itu benar-benar orang yang ingin kami dengarkan.
Aku memijit pelipisku kala melihat Adrien mendekati Betty. Wajah bocah itu datar namun tersirat kedongkolan yang mendalam. "Nona Havellort," suaranya terdengar tajam.
Betty menoleh. "Huh?"
"Apa Duchess Havellort tidak pernah mengajarkanmu tata krama?" tanya Adrien dingin.
Cukup lama Betty diam, hanya menatap pewaris kaisar itu datar. Aku jadi ingin tahu jawaban apa yang akan ia layangkan.
"Tidak," jawabnya santai.
Rahangku langsung jatuh ke tanah. Aku langsung menoleh kekanan dan kekiri, memeriksa apakah Duchess Karina—ibunya Betty—ada disekitar sini. Aku pernah datang beberapa kali ke Dukedom Havenford untuk bertemu dengan Betty.
Mataku berhasil mendapati postur seorang wanita langsing dengan rambut biru dongker tengah berpelukan dengan Ibunda Lily dan berbincang-bincang dengan nyonya lainnya. Aku menghela nafas lega ternyata keberadaan Duchess lumayan jauh dari lokasi kami. Kira-kira 500 meter, bagus aku berarti bisa melihat orang berkelahi lebih lama.
Sepenglihatanku Duchess Karina untuk kesan pertama terlihat seperti wanita bangsawan pada umumnya. Cantik, anggun, dan berbudaya. Wajahnya terlihat lembut ketika tersenyum, mata bulat berwarna hijau zamrud dan rambut berwarna biru dongker seperti kedalaman laut.
Pertama kali melihatnya, aku pikir dia akan lembut kepada putra-putrinya. Tetapi saat mempergoki raut wajah Duchess Karina terlihat tertekan dan ingin membejek wajah Betty, saat dia tidak sengaja menumpahkan teh ke gaunnya sendiri. Bisa kalian bayangkan apa yang akan dilakukan Duchess Karina pada Betty, jika dia tahu putri semata wayang—yang sayangnya merepotkan—kesayangannya berkelahi dengan penerus kekaisaran?
Aku yakin Betty langsung didepak dari kartu keluarga atau malah, ditenggelamkan ke palung Oriel yang ada didekat Kekaisaran Avalor. Intinya nasib Betty akan sangat buruk jika mengetahui kejadian ini.
Adrien menatapnya dingin, sementara Betty melipat tangan didepan dada. "Countess Rowny yang mengajariku pelajaran tata krama. Mama terlalu sibuk hanya untuk mengajari hal sepele semacam itu," sahutnya songong.
Tatapan Adrien berubah jengah, petak imajiner tercipta disisi dahinya. "Baiklah, setahu saya Countess Rowny salah satu wanita bangsawan yang memiliki tata krama yang sempurna. Saya yakin Countess mengajari Anda tata krama saat bertemu anggota kekaisaran."
"Benar, Madam mengajariku hal itu. Memangnya kenapa?"
"Seharusnya Anda tahu apa yang harus dilakukan saat bertemu saya 'kan?"
Dahi Betty mengerut dalam. "Memangnya kau siapa?"
Wajah Adrien yang sudah datar, malah semakin datar. Aku rasa bocah itu menahan diri untuk tidak melemparkan belatinya pada Betty. Suara bisikan terdengar, membicarakan sang putri Duke yang tidak mengenali Putra Mahkota negeri ini. Kiehl yang berada disampingku tertawa puas. Sementara aku mengulum bibir, merasa lucu akan keadaan.
Ternyata dunia tidak seburuk itu.
Seolah tersadar akan sesuatu, Betty langsung mengejang. "Iya juga, kau 'kan Putra Mahkota."
KAMU SEDANG MEMBACA
SNORETT: The Devil Lady
Fantasy[Warn: 17+ | Harsh Word | Blood Scene] [Judul awal "Freedom for The Evil Lady"] Freedom series #1 Snorett McDeux of Dexter, seorang nona muda dari keluarga Grand Duke of Dexter yang sangat terpandang. Namun sayangnya hidup sebagai putri seorang Gran...