Absen dulu dong, asal mana aja yang baca?
Selamat membaca! Jangan lupa vote-nya ya!
*****
Pagi hari yang cerah, dimana matahari sudah menampakkan sinarnya. Burung-burung camar berterbangan. Angin menghembuskan bau air laut yabg menyegarkan. Dan orang-orang yang beraktifitas, mulai dari nelayan yang menyiapkan pukat dan jaring, anak-anak berlarian mengejar ombak, serta wisatawan yang berjemur diatas sewarna rambut Elina.
Pemandangan pantai ini amat indah. Pohon kelapa berjejer disekitar pantai, dijadikan sebagai tempat berteduh para wisatawan. Pasir halus berwarna merah muda, terasa halus dan lembut ketika dipijak menggunakan kaki telanjang. Ditambah angin sepoi-sepoi yang terasa segar ketika menerpa wajah.
Aku kini tengah berbaring ditengah-tengah tikar. Hampir saja tertidur karena segarnya angin laut, padahal matahari tengah terik-teriknya. Kurasakan pergerakan didekat kakiku, membuatku membuka mata. Bayangan Sophie dan Bridget langsung terpampang dikala aku membuka mata.
"Kakak!" panggil Sophie dengan nada ceria. Bridget sendiri hanya diam saja.
Aku segera bangkit, mengubah posisi menjadi duduk. Lalu memandangi keadaan sekitar. Sebuah payung besar berwarna putih bertengger diatas kepala. Para pelayan berkeliaran disekitar kami sembari membawa keranjang makanan. Para pelayan itu mengenakan seragam yang lebih pendek dari hari-hari biasanya. Suasana panas dari teriknya matahari, membuat seseorang pengap dan terkena dehidrasi jika mengenakan pakaian panjang.
"Ada apa?" tanyaku datar.
Sophie tersenyum lebar lalu menarikku untuk bangun. Gadis yang mengenakan gaun midi selutut berwarna putih dengan aksen biru pucat itu terlihat bersemangat. Rambutnya dicepol dua membuat penampilannya kian manis. "Ayo kita jalan-jalan!"
Aku hanya bisa menghela nafas panjang dan mengiyakan permintaannya. Ketika berhasil berdiri, akulangsung menepuk-nepuk bagian belakang gaun midi berwarna putih dengan aksen merah muda pucat milikku. Gaun yang kukenakan itu merupakan gaun pasangan dengan Sophie. Ibunda Lily memesankannya beberapa hari sebelum perjalanan kami.
Tetapi ada satu kepala lain yang ikut bersama kami. Kepala itu berwarna biru muda seperti Bridget, hanya saja jenis kelaminnya berbeda. Klein, tuan muda keluarga Havellort ikut bersama kami. Sebelah alisku terangkat, seolah-olah menanyakan entitas asing tersebut diantara kami.
"Dia saudaraku, Klein. Dia tidak punya teman disini, jadi ikut bersama kita." Bridget menyuarakan alasan keikutsertaan Klein.
Selama tiga bulan didekat Bridget, aku sudah sangat hapal dengan sifatnya. Bridget gadis yang cerdas, dia memiliki intuisi yang tinggi dan peka terhadap lingkungan sekitarnya. Sama sepertiku, ia penyihir alam tingkat menengah diusia muda membuatnya menjadi sangat langka.
Jika menggunakan perbandingan, anak-anak dengan bakat spesial seperti kami itu hanya 1 : 10 juta didunia ini. Anak kecil mana dibelahan dunia ini yang mendapatkan gelar swordmaster diusia delapan tahun dan mencapai sihir tingkat arch diusia 10 tahun? Apakah hal semacam ini wajar? Tentu saja tidak. Sangat tidak wajar dan tidak masuk akal. Tetapi sayangnya, dengan adanya keberadaanku membuat orang-orang harus berpikir dua kali.
Aku hanya mengedikkan bahu, tidak ingin tahu lebih jauh. "Jadi, kita—"
"Kalian mau jalan-jalan?" Suara orang dewasa memotong kata-kataku. Hanya dengan sekali dengar pun, aku sangat tahu suara itu milik siapa. Aku menghela nafas lelah.
Ayah muncul mengenakan tunik putih dan celana kain berwarna hitam. Disisinya terdapat paman Sirius yang terlihat menawan dengan tunik berwarna hitam. Dapat kulihat, paman Sirius memandang sebal Ayah yang tersenyum cerah. Kurasa saat diakademi, mereka berdua merupakan sobat dimana yang satu hiperaktif, yang satu lagi bongkahan es berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SNORETT: The Devil Lady
Fantasy[Warn: 17+ | Harsh Word | Blood Scene] [Judul awal "Freedom for The Evil Lady"] Freedom series #1 Snorett McDeux of Dexter, seorang nona muda dari keluarga Grand Duke of Dexter yang sangat terpandang. Namun sayangnya hidup sebagai putri seorang Gran...