02. Janda?!

13K 994 20
                                    

Minggu, 05 September 2021.
_

Selamat membaca^^

Sekitar 5 menit, Lala berdiri bungkam di tempat, tidak mengeluarkan suara sama sekali. Keelan pun tetap cool di tempat, tidak berpindah sedikit pun. Badannya bersandar pada tembok gerbang, dan tangannya di saku, sambil memperhatikan jalanan.

Lala berdehem, menutupi kecanggungan yang begitu besar. “Kamu—kalian berlima kelas berapa?” tanyanya, menatap Keelan.

Mata Keelan berganti pada Lala. “Ohh, ngomong sama gue?”

“Ya, memangnya di sini ada orang lain?”

Keelan mengedik, “Lo gak sebut nama.”

Lala tersenyum paksa.

“Kita kuliah,” lontar Keelan. Tatapannya meneliti Lala dari atas hingga bawah, beberapa kali. “Lo beneran 25 tahun? Ragu gue.”

Lala mengedip beberapa kali. Laki-laki di depannya benar-benar tidak sopan. Tidak sopan karena tutur katanya, juga karena tatapannya. “Ya, saya memang 25 tahun.”

Keelan bergumam. Menatap lekat Lala.

Beni, Putra, Bima dan Eski datang kembali dengan pakaian casual, bersama satu orang wanita. Kompak keempat laki-laki itu menyengir.

“Ini, Ma, tetangga barunya.” Beni berkata.

Rida-Mama Beni mengulurkan tangannya pada Rida. “Kamu tetangga baru itu ya? Saya sudah dapat kabar kemarin. Kenalin saya Rida, Mamanya Beni.”

Lala tersenyum sopan, menjabat tangan Rida. “Saya, Lala.”

“Selamat datang di sini ya, Nak Lala. Semoga betah. Nanti saya kenalin sama orang-orang di sini,” kata Rida.

Dari pengamatannya, Lala begitu cantik, manis dan sopan. Jika ia berniat menjodohkan dengan anaknya Beni yang jones, tidak apa-apa kan?

“Mbak Lala udah nikah belum?” Eski bertanya penasaran.

“Saya sudah menikah,” jawab Lala.

Keelan, Beni, Putra, Bima dan Eski saling tatap. Mereka seolah-olah berbicara lewat mata. Nikah? Gak percaya sih gue.

“Nikah? Beneran?!” tanya Rida skeptis.

“Mama!”

Baru saja Lala akan menjawab, suara teriakan dari arah pintu terdengar. Sontak pandangan Lala, Keelan, Rida, Beni, Bima, Putra dan Eski langsung mengarah pada Billa.

Lala menghampiri Billa. Anaknya itu baru bangun tidur, wajahnya masih terlihat mengantuk dan rambutnya sedikit acak-acakan. “Kamu udah bangun, ya,” katanya, membawa Billa ke gendongan.

Enam orang yang berada di belakangnya menatap tak percaya. Mama? Tadi anak kecil itu berteriak Mama?

Lala sudah menikah dan punya anak? Ibu Rida menghela napas, harapannya pupus.

“Yahh, belum berjuang udah mundur aja. Sakit.” Eski mendramatisir.

“Belum apa-apa udah dipaksa mundur sama realita,” tutur Beni.

“Realita yang begitu menyakitkan,” sambung Putra.

“Kirain single ternyata udah punya anak,” cetus Bima pelan.

Keelan, Lala dan BillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang