22. Dijemput Beni.

6K 552 21
                                    

Rabu, 23 September 2021.
-

Hai Prenn. Kemarin aku ga bisa Up krna sibuk, udah gitu mati lampu, sinyal juga gak mendukung:)

Selamat membaca^^

“Kabarnya sih, dia nikah lari sama pacarnya karena gak direstui sama orang tua si cewek.”

Astaghfirullah, anak zaman sekarang.”

“Kasihan orang tuanya, udah dibiayai hidup dari kecil. Waktu udah besar gak tau diri.”

“Miris, kasihan sama orang tuanya.”

Lala bertopang dagu, dengan bertumpu pada kedua paha, sambil mendengar perkataan-perkataan Rida, Ovi, Siti, Hela. Ibu-ibu itu sibuk bergosip tentang kabar anak komplek perumahan sebelah yang katanya nikah lari bersama pacarnya. Entah itu berita fakta atau mitos.

Sudah lumayan lama Lala berada di sini—teras rumah Rida, mendengar curhatan ibu-ibu, candaan dan gosipan, sesekali ikut nimbrung. Bukan hanya ada Rida, Ovi, Siti dan Hela. Di sini juga ada Sarah—anak dari Siti.

Sarah tertawa pelan, “Ibu-ibu kalo udah ketemu emang gitu, ya. Gak jauh-jauh dari gosip.”

“Itu udah jadi tradisi.” Lala terkekeh.

“Jangan kan Ibu-ibu, aku sama temen ku juga begitu,” balas perempuan seumuran Lala itu. “Tapi kita bukan gosip-gosip yang jelek-jelek, cuman sekedar berbagi informasi mengenai seseorang yang jadi objek pembicaraan.”

Lala dan Sarah tertawa.

“Asik banget ketawanya, ketawa apa, sih?” Hela bertanya.

“Ketawain kucing kejepit, Tan,” balas Sarah tertawa kecil.

“Kamu ada-ada aja.”

“Kamu kapan nikah, Sarah? Tante udah gak sabar mau jadi tukang masak dinikahan kamu,” celetuk Ovi.

Sarah mendatarkan ekspresinya. Kenapa jika sedang berkumpul seperti ini, mereka selalu membahas mengenai pernikahan?

“Gak usah ditanya lagi, Vi. Dia gak mau nikah, mau jadi perawan tua.” Siti membalas.

Sarah mencebik. Bukannya tidak mau menikah. Hanya saja jodohnya belum datang. Memangnya perempuan mana yang tidak mau menikah?

“Kasihan loh, Mama kamu Sar. Udah tua, mau juga punya cucu.” Hela berkata. “Umur kamu udah matang buat cari suami.”

“Mau gimana lagi. Jodohnya belum dateng. Tunggu aja, jodoh mah, gak akan ke mana. Kalo udah takdirnya aku nikah, ya nikah.” Sarah membalas. Ia agak tertekan dengan kata pernikahan. Ia sering kali ditekankan oleh orang tuanya untuk cepat-cepat menikah.

“Jodoh itu dicari, bukan ditunggu.” Lala membuka suara. “Walaupun jodoh gak akan ke mana. Jodoh itu takdir. Tetap aja harus ada usaha. Kamu gak boleh berpangku tangan dan pasrah sama takdir.”

“Bener itu, La. Denger Sar.”

Sarah berdehem. “Iya-iya. Mama cerewet.”

“Mama cerewet untuk kebaikan kamu, emang kamu mau jadi perawan tua?”

“Nggak, lah. Siapa juga yang mau jadi perawan tua. Aku juga mau nikah biar bisa nyoba begitu-begitu.” Sarah tertawa.

“Dasar!” Toyoran Sarah dapatkan dari Rida.

Lala hanya menggeleng pelan.

Dulu Lala juga mempunyai pemikiran seperti itu, jodoh itu takdir Allah, tunggu aja. Padahal ia mempunyai keinginan untuk menikah muda. Ingin menikah muda, namun tidak terlalu mengerti tentang apa itu cinta.

Keelan, Lala dan BillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang