Hii. Akhir-akhir ini, penyakit malas Up kambuh, wkwk.Selamat membaca^^
•
“Billa!”
Teriakan itu menghentikan pergerakan Billa yang akan membuka tasnya. Tatapannya teralih pada pintu kelas yang terbuka.
“Iya? Kamu cari aku?” Billa bertanya sembari memasang senyum di wajah manisnya.
“Ha?” Kening Laskar mengerut, membentuk garis-garis tipis.
Billa melangkah menuju pintu tempat Laskar berdiri. Masih dengan senyum mengembang, Billa kembali bertanya. “Kamu cari aku?”
“Iya, cari lo.”
Billa berkedip beberapa kali dengan gerakan lambat. “Ada apa kamu cari aku?”
“Mau nanya.”
“Tanya apa?”
Diantara semua percakapannya selama ini bersama Billa. Laskar merasa jika ini adalah respon tersingkat yang diberikan Billa untuknya. Billa terkesan tidak bersemangat membalasnya, tidak seperti sebelum-sebelumnya.
Tangan Laskar yang tadinya berada di saku celana kini berganti di lengan kecil Billa. Laskar membawa anak perempuan itu keluar dari kelas menuju koridor yang sedikit orang.
Teman-teman sekelas Billa hanya ada beberapa di dalam kelas, sisanya sudah pergi ke kantin.
Billa kembali mengulum senyum di wajahnya. Tangannya ditarik secara halus dari pegangan Laskar. Kepalanya dimiringkan sedikit, menunggu Laskar untuk berbicara.
Laskar berdehem pelan, menyadarkan dirinya sendiri. “Billa. Kenapa nggak sekolah kemarin-kemarin?”
“Aku liburan,” balas Billa, kalem.
“Ke mana?”
“Ke rumah Kakak aku.”
“Di mana?”
“Di rumahnya. Nggak tau tempatnya, jauh.” Billa tetap membalas dengan intonasi biasa, tidak seperti sebelum-sebelumnya yang akan selalu menunjukkan gelombang-gelombang semangat dalam suaranya.
“Oh.” Laskar bingung ingin merespon bagaimana lagi.
Billa masih setia di tempatnya. Tidak ada riak yang menunjukkan jika ia benar-benar tertarik untuk berbicara dengan Laskar. Mata Billa mengarah pada penampilan Laskar yang terlihat acak-acakan.
“Kangen Keelan, gak?” tanya Laskar kemudian setelah beberapa saat bungkam.
“Nggak.”
Laskar tidak sempat berkedip untuk beberapa saat ketika mendengar jawaban dari Billa. Anak perempuan itu menjawab dengan senyum kecil di wajahnya, serta sorot matanya yang terlihat meyakinkan.
“Billa. Lo berubah?” Spontan pertanyaan itu keluar.
“Aku nggak berubah. Kenapa?”
“Hah—”
“Aku berhasil!” potong Billa keras-keras.
Mulut Laskar sedikit terbuka dengan matanya yang melebar melihat Billa berseru senang dan melompat-lompat kegirangan di depannya.
Kemudian Billa tertawa geli, menyadari jika ia kelepasan dalam bertingkah. Aktingnya hancur. Tapi tidak apa-apa. Setidaknya perjuangannya berlatih akting selama beberapa hari membuahkan hasil.
“Bill,” sebut Laskar kikuk.
“Apa, Laskar? Aku tadi cuman akting!” papar Billa disertai tawa keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keelan, Lala dan Billa
Novela Juvenil[Follow sebelum membaca!] "Kamu apaan, sih? Jangan aneh-aneh, kamu masih sekolah." "Emang kalo sekolah, gak boleh jatuh cinta?" "Tapi nggak sama aku juga. Aku single parents. Udah pernah menikah dan punya anak. Lebih baik kamu cari yang seperentara...