Allo~ Ada yang kangen gak, haha. Udah 3 hari gak Up, ini rekor pertama aku lama Up dicerita ini, hihi. Semoga ke depannya aku gak begini, ya >•<
-
Selamat membaca^^
•
“Eh, gue baru sadar. Gue gak ngeliat Billa udah 3 hari nginep di rumah lo, Ben.”
Perkataan Bima mengalihkan atensi teman-temannya yang tengah makan. Pergerakan mereka terhenti dan menaruh fokus penuh pada Bima kemudian pada Beni.
Beni menggaruk tengkuknya tidak tahu. “Gue juga baru sadar,” tuturnya tertawa pelan.
“Gue juga. Kan biasanya ada tuh, Billa ngerecokin kita kalo lagi main.” Eski menyahut.
“Bener. Mbak Lala juga gak keliatan.”
Beberapa hari mereka menginap bersama di rumah Beni, Billa maupun Lala tidak pernah memperlihatkan diri. Kedua orang seperti sebuah pesawat yang tiba-tiba menghilang ditutupi awan.
“Beni payah. Tetangga sendiri dia gak tau,” dengus Eski, kembali memakan mie di piringnya.
“Lo pikir gue siapanya Mbak Lala?” Beni berdecak. “Jangankan gue yang jadi tetangganya. Calonnya aja gak tau. Pasti sih. Iya kan, Lan?”
Keelan yang menjadi atensi teman-temannya melengos. Dia kembali memakan mie tanpa menjawab pertanyaan Beni.
Tawa teman-temannya terdengar mengisi ruangan dapur rumah Beni. Tawa itu jelas terdengar mengejek yang ditujukan untuk Keelan.
“Yaelah, Lan. Lo laki bukan, sih. Calon sendiri gak tau.” Putra berkata mengejek.
“Maklumin aja,” balas Eski. “Kayak gak tau Keelan aja kalian. Jangankan itu. Gue yakin kalo Keelan gak punya nomor Hp Mbak Lala.”
“Gak yakin gue kalo Keelan sama Mbak Lala emang deket,” sahut Bima setelah meneguk air di gelas.
Asumsi mereka tentang kedekatan Keelan dan Lala memang masih belum jelas. Bisa dibilang itu hanyalah buah bibir semata. Karena nyatanya memang seperti itu. Mereka terlalu sering bersama Keelan. Dari yang mereka perhatikan. Tidak ada sama sekali sikap atau tingkah laku Keelan yang dicurigakan.
“Emang nggak.” Keelan kembali bersuara, membalas sahutan Bima tadi.
Pembicaraan tentang kedekatannya dan Lala berawal dari malam di mana mereka jalan berdua. Lalu pernyataan itu semakin kuat kala Rida berkata pada orang lain, jika keduanya memang dekat.
Putra geleng-geleng kepala. Dia berdiri, menaruh piring kotor bekasnya di wastafel dan berdiri di samping Keelan. “Apa jangan-jangan— lo belum move on dari si itu?” Putra berbisik lalu menjauhkan dirinya kembali.
Keelan berdecih mendengarnya. Itu adalah omong kosong yang membuatnya muak. “Gak usah banyak omong.”
Putra terbahak.
“Bisik apa sih, anjir. Gue juga pengen tau kali,” tandas Eski.
Keelan maupun Eski tidak memberi respon. Keelan berdiri, menaruh piring di wastafel dan melangkah keluar dari dapur diikuti Putra. Beni pun tidak ingin ketinggalan.
“Gue bener, kan, Lan?”
“Lan, parah lo. Cewek kayak gitu, lo masih belum move on?”
Keelan masih tidak mengindahkan celoteh tidak bermutu dari Putra. Beni yang berada di belakang pun menjadi penasaran. Dia menyalip di tengah-tengah kedua orang itu. “Apaan sih, Put. Gue juga mau tau kali.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Keelan, Lala dan Billa
Novela Juvenil[Follow sebelum membaca!] "Kamu apaan, sih? Jangan aneh-aneh, kamu masih sekolah." "Emang kalo sekolah, gak boleh jatuh cinta?" "Tapi nggak sama aku juga. Aku single parents. Udah pernah menikah dan punya anak. Lebih baik kamu cari yang seperentara...