Senin, 20 September 2021.
-
Hai Prenn. Aku Up nih. Gak Up sehari tuh rasanya ada yg kurang, HAHAHA. Dan aku jg gak sibuk-sibuk banget, jadi masih bisa buat nulis.Selamat membaca^^
•
“Kamu ngomong apa sih, Laskar?” Billa tidak mengerti. Ia tidak mengerti maksud perkataan Laskar. Berbagi?
“Bodoh.” Laskar mengatakannya dengan nada pujian.
“Siapa yang bodoh?”
“Lo. Billa bodoh.”
Billa melotot tidak terima. “Aku nggak bodoh!”
“Lo gak ngerti maksud omongan gue, kan?”
“Apa?”
“Kita berbagi, Mama lo jadi Mama gue juga. Om gue jadi Om lo juga.” Laskar menunjuk Billa lalu menunjuk dirinya.
“Maksud kamu, Mama aku jadi Mama kamu. Uncle Keelan, Uncle kamu jadi Uncle aku?”
Laskar mengangguk. Bicara dengan bocah kecil seperti Billa memang susah.
“Nggak, ya! Itu maunya kamu, kan! Aku gak akan pernah mau berbagi Mama sama kamu!” Billa berkata garang.
Berbagi Mama? Billa tidak akan pernah mau itu terjadi sampai kapanpun. Mama Lala itu hanya mamanya dan hanya miliknya.
Laskar tertawa. “Bocil-bocil.”
“Aku nggak akan pernah mau bagi Mama sama kamu! Mama aku ya Mama aku!”
“Oh, ya?” Laskar semakin gencar. Melihat ekspresi Billa membuatnya gemas.
“Iya lah.” Billa nyolot. “Kamu kenapa mau sama Mama aku?”
“Kepo.” Kemudian Laskar berdehem saat melihat Lala, Putra, Beni, Eski dan Bima mendekat melalui kaca. Laskar mengambil satu es krim dan memberikannya pada Billa. “Ambil, ya. Aku kasih buat kamu, Billa,” katanya tersenyum lebar.
“Buat aku?” Billa berkedip beberapa kali.
“Billa? Ini temen kamu?” Lala bertanya.
“Ini Laskar, Mama. Temen aku,” jawab Billa.
“Hallo, Tante.” Laskar menyapa, menyalami tangan Lala sambil tersenyum manis.
Empat laki-laki yang mengikuti Lala menatap Laskar tidak percaya. Apa-apaan ini? Laskar si bocah songong, sombong, keras, kasar dan biadab itu berbicara lembut? Apakah Laskar menyukai Billa?
Anak yang sopan. “Hallo, Laskar.” Lala membalas tersenyum. “Kamu temen sekolah Billa?”
“Iya, Tan. Aku kelas B, Billa kelas A.” Laskar masih mempertahankan senyumnya. “Tante Lala cantik banget, sih. Agak mirip sama Billa.”
Putra, Beni, Eski dan Bima saling pandang dengan wajah tak percaya sekaligus bingung. Billa pun begitu. Dari mana Laskar tahu mama nya?
“Ha?” Lala tertawa pelan. “Kamu ada-ada aja.”
“Emang bener kok, Tan. Tante cantik banget. Kalo yang aku lihat-lihat, Tante Lala pasti Tante orangnya baik, penyayang, lembut. Auranya gak bisa bohong.” Laskar berbicara seperti orang dewasa.
Keempat laki-laki di sana hampir saja mengernyit. Sejak kapan Laskar berubah profesi menjadi dukun? Bisa membaca orang.
Lala tertawa lagi. Tangannya terulur mengelus rambut lebat dan lembut Laskar. “Kamu bisa banget, sih.” Kemudian mengelus pipi Laskar. “Kamu tau dari mana nama Tante?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Keelan, Lala dan Billa
Teen Fiction[Follow sebelum membaca!] "Kamu apaan, sih? Jangan aneh-aneh, kamu masih sekolah." "Emang kalo sekolah, gak boleh jatuh cinta?" "Tapi nggak sama aku juga. Aku single parents. Udah pernah menikah dan punya anak. Lebih baik kamu cari yang seperentara...