Selasa, 07 September 2021.
-Hai.
Oke, jadi aku ganti cover sama judul cerita ini. Jujur, agak kurang sreg sama judulnya karena ngerasa gak cocok. Cerita ini kan banyak part Billa/anak-anaknya. Ya, lebih ke keluarga juga sih.Aku juga orangnya bosenan. Jadi jangan heran kalo misalnya nanti ganti cover atau judul lagi.✌️😺
Oh iya, satu lagi. Kalo misalnya ada yang bingung atau kepo kenapa di bawah sama di atas ada tanggal. Itu tanggal aku nulis sama tanggal aku Publish/Up, ya.
Sekian. Selamat membaca^^
-
“Papa itu ibarat bintang.”
•
Samar-samar Keelan dan Billa mendengar suara Eski berteriak kesetanan. Keelan menatap curiga pada Billa yang terkikik geli. “Billa lakuin apa sama Eski?”
Billa berhenti tertawa dan mendongak memandang Keelan bingung. “Nggak ngapa-ngapain Uncle Eski, kok.”
Billa tertawa dalam hati, tidak menyangka jika menjahili orang akan semenyenangkan itu.
Keelan menggeleng pelan. Ia membuka gerbang rumah Billa, dan menyuruh anak itu masuk. “Sana masuk.”
“Tunggu.” Billa berdiri tepat di depan Keelan. “Uncle diam di sini dulu, ya. Aku mau panggil Mama.” Kemudian Billa berlari ke dalam.
Keelan duduk di teras rumah, sambil memperhatikan bunga-bunga. Tak lama, Billa kembali bersama Lala. “Billa kenapa suruh Mama keluar?” tanya Lala melirik malas Keelan.
“Itu ada Uncle Keelan, Mama ngomong sama Uncle Keelan.” Billa nyengir.
“Billa masuk, ya. Mama mau ngomong sama Uncle Keelan.”
“Oke!” Billa berlalu ke dalam rumah.
Lala beralih pada Keelan. “Kamu jangan sering-sering main sama Billa,” tuturnya tanpa memandang Keelan.
Keelan mengernyit tidak mengerti. Ia berdiri, berhadapan dengan Lala. “Maksud lo?”
“Jangan keseringan main sama Billa. Saya gak mau kamu pengaruhi hal buruk sama Billa.” Lala menjeda.
“Dih, lucu lo.” Keelan menyela. “Gue gak pernah mau main sama—”
“Kalo Billa ngajak kamu main, kamu tolak.” Lala memotong. “Belum lama kenal, Billa udah kamu ajarin buat ngomong gitu sama saya, gimana kalo udah kenal lama?”
Keelan berdecak. Ekspresinya berubah datar. “Gue—”
“Billa suka sama kamu, Keelan. Saya gak mau nantinya Billa jadi ketagihan main sama kamu, dan dia gak mau jauh dari kamu. Billa itu anaknya polos, mudah buat dibohongi. Orang jahat aja dia tetap anggap baik, apalagi orang yang emang benar-benar baik.” Lala menghela napas lirih. “Saya gak mau kalo Billa udah terlanjur sayang sama kamu, nanti dia jadi bergantungan sama kamu.” Sama seperti beberapa tahun lalu.
Keelan berlalu dari sana tanpa mendengar kembali apapun dari Lala. Tidak penting.
Lala hanya tersenyum tipis. Ia tidak ingin kejadian beberapa tahun lalu terulang lagi.
Ia tidak ingin Billa menjadi bergantungan pada Keelan ataupun teman-teman Keelan.
Ia hanya ingin Billa bersamanya tanpa ada campur tangan orang asing.
Billa itu hidupnya.
Ia tidak ingin jika Billa pergi.
Ia takut jika suatu saat Billa menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keelan, Lala dan Billa
Teen Fiction[Follow sebelum membaca!] "Kamu apaan, sih? Jangan aneh-aneh, kamu masih sekolah." "Emang kalo sekolah, gak boleh jatuh cinta?" "Tapi nggak sama aku juga. Aku single parents. Udah pernah menikah dan punya anak. Lebih baik kamu cari yang seperentara...