16. Ngambek.

7K 558 10
                                    

Rabu, 15 September 2021.

-
Selamat membaca^^

“Bangun pagi ku terus mandi ... Tidak lupa menggosok gigi. Habis mandi ku tolong ibu, membersihkan tempat tidurku. Yey!” Billa bernyanyi lalu memekik bersamaan dengan selesainya ia membersihkan tempat tidur.

“Sekarang apa, ya?” Billa mengetuk-ngetuk jarinya pada dagu.

Ia sudah mandi dan membereskan kamarnya, dan sekarang memikirkan apa yang akan dilakukan.

Aha! Billa mengingatnya.

“Bubbles~ Kamu ada di dalam?”

“Iya, aku di dalam!” balas Billa.

Gafi membuka pintu dan berjalan mendekat pada Billa. “Udah selesai beres-beresnya?”

Billa mengangguk. “Udah, kita jadi pergi jalan-jalan kan, Kak?”

“Iya, ayo. Papa udah nunggu.”

Keduanya keluar dari kamar Billa. Mereka sudah berencana akan jalan-jalan subuh di sekitar kompleks bersama Gio.

“Pake jaket Billa. Dingin,” kata Lala memberikan jaket pada Billa. “Gafi juga.” Lala memberikan jaket pada Gafi. Jaket hitam kebesaran milik Billa.

Gafi menerimanya dan memakainya. “Makasih, Aunty.”

“Sama-sama. Sekarang Billa pake.”

Billa patuh, memakai jaket berwarna merah muda kesukaannya. “Mama sama Aunty Ava nggak ikut?”

“Nggak, Mama mau masak,” balas Lala sambil merapikan rambut Billa yang terkuncir. “Kamu tetap sekolah, ya.”

“Iya, Mama.”

“Ayo, keburu terang,” ajak Gio.

Mereka bertiga—Gio, Gafi dan Billa keluar dari rumah. Saat membuka gerbang, mereka melihat Keelan tengah mengeluarkan Mobil dari rumah Beni.

Uncle Keelan!” pekik Billa.

Gafi langsung menunjukkan ekspresi tak suka. Sedangkan Gio hanya menghela napas.

“Bubbles. Kita mau jalan subuh. Ayo.” Gafi menarik tangan Billa.

“Tapi aku mau ngomong sama Uncle Keelan.” Billa melepaskan tangan Gafi lalu berlari menuju Keelan.

“Perusak suasana.” Gafi mendesis.

Gio terkekeh, menepuk pundak Gafi. “Biarin aja.”

“Aku kesel, Pa. Gak suka.” Tatapan Gafi secara terang-terangan menunjukkan rasa tidak sukanya.

“Mau lihat Billa seneng? Gitu aja, dia seneng.”

Sementara Gio memberitahu Gafi, Billa dan Keelan juga tengah berbicara.

“Berarti Uncle Keelan nggak pulang dong?”

“Iya.”

Uncle tidur di kamar Uncle Beni?”

“Iya.”

“Kenapa nggak pulang semalam? Mama nya Uncle Keelan nggak marah?”

“Gak, udah malam. Uncle anak pungut, gak bakal dicariin.” Keelan menjawab malas.

“Sampah? Sampah itu dipungut, berarti anak sampah?”

Keelan berdehem. Cerewet sekali anak itu.

Uncle, nanti Uncle ke sini, ya?”

Keelan, Lala dan BillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang