Selasa, 05 Oktober 2021.
-Allo~
Selamat membaca^^
•
“Astaga Anak ku! Kamu kenapa, sayang!” Seorang perempuan dewasa memekik melihat anaknya menangis di dekat guru perempuan.
Wisnu mendongak mendengar pekikan dari suara yang sangat ia kenali. Mama nya. Wisnu melepas tangannya dari ibu Alni dan beralih memeluk Mama nya. “Mama.”
“Apa?! Siapa yang buat kamu jadi kaya gini, ha? Bilang sama Mama!” Perempuan itu mengguncang bahu Wisnu heboh. “Ayo bilang sama Mama! Siapa yang buat kamu jadi nangis begini! Anak Mama itu gak cengeng begini! Itu juga muka kamu babak belur! Biar Mama tuntut dia!”
Keelan dan Laskar menatap datar drama antara ibu dan anak itu. Kepala sekolah, pak Rama dan ibu Alni memperhatikan dengan ekspresi yang entahlah, hanya mereka yang tahu.
“Mama!” Wisnu sedikit berteriak karena lelah diguncang-guncang. Tangisnya sudah reda.
Mita memandang anaknya sedih, “Kamu kenapa, Nak? Siapa yang buat kamu nangis begini?” Mira berkata lemah dengan kepala sedikit tertunduk. Seperti tengah sedih melihat anaknya menangis.
Pak Rahman berdehem keras dan memperbaiki duduknya. “Begini, Bu. Jadi Anak Ibu, Wisnu dan teman sekelasnya terlibat perkelahian.”
Mita mengalihkan pandangannya, menatap satu-persatu guru di sana lalu pada Keelan dan Laskar. Tiba-tiba ia berdiri dan menunjuk Laskar. “Kamu kan yang buat anak saya babak belur begitu!”
“Heh!” Keelan berdiri menghempaskan tangan Mita sedikit kasar. “Gak tau apa-apa diem dulu,” cetus Keelan malas.
“Alah! Kamu itu Bapak nya, kan?! Ajarin tuh anak kamu biar gak nakal!” Mita mengangkat dagu songong. “Itu lihat, pakaiannya gak lengkap! Gak rapi kaya Anak ku!”
“Dih.” Keelan bergidik, seolah-olah melihat sesuatu yang menjijikkan.
Mita melotot tidak terima, “Kamu ngeremehin saya!?”
“Bu Mita, diam dulu, Bu. Biar saya jelaskan!” Ibu Alni mengambil alih sebelum Keelan membalas lagi. Dia menarik tangan Mita untuk duduk di sofa dekat pak Rama. Keelan kembali duduk di tempatnya.
“Jadi, Wisnu dan Laskar terlibat perkelahian. Biasa, Anak-anak.” Ibu Alni menjeda, melirik Laskar yang sedang menatapnya malas lalu melirik Wisnu yang sedang mengelap ingusnya pada baju seragam. “Jadi luka di wajah Wisnu itu akibat dari perkelahian keduanya. Laskar juga mendapatkan luka.”
Mita berdiri. “OH! Saya tau nih, pasti Ibu tidak memperhatikan Wisnu, kan?! Sampai-sampai ada perkelahian!”
Pak Rahman memijit pelipisnya yang berdenyut keras. “Duduk, Bu! Selesaikan dengan kekeluargaan.”
Mita menurut. Tatapannya berubah sendu melihat Wisnu yang tengah duduk dengan tatapan kosong. Tidak ada yang tahu apa yang ada di pikirannya, karena sekarang ia sedang berpikir— tidak bukan berpikir lebih tepatnya berkhayal.
Keelan mendengus pelan. Ia sangat ingin cepat-cepat keluar dari ruangan ini. Tetapi ia juga memikirkan sikapnya sekarang. Ia tidak bisa seenaknya.
*****
“Lemah. Kalo berantem itu jangan sampe luka.” Keelan mencetus sambil menilik Laskar dari atas sampai bawah secara berulang-ulang. Melihat di mana saja luka-luka yang Laskar dapatkan.
Laskar melirik Keelan sinis dan kembali meneguk air botol. “Berantem. Tau berantem gak, sih?”
“Lo nanya itu?” dengus Keelan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keelan, Lala dan Billa
Teen Fiction[Follow sebelum membaca!] "Kamu apaan, sih? Jangan aneh-aneh, kamu masih sekolah." "Emang kalo sekolah, gak boleh jatuh cinta?" "Tapi nggak sama aku juga. Aku single parents. Udah pernah menikah dan punya anak. Lebih baik kamu cari yang seperentara...