05. Jahil.

10.3K 851 10
                                    

Senin, 06 September 2021.
_

“Makasih ya, La.”

“Iya, Bu. Sama-sama. Semoga suka, ya.”

Kini Lala berada di rumah Beni untuk mengantarkan makanan. Dari tadi Lala membagikan makanan untuk tetangga sekitar rumahnya. Saat di pasar tadi, Lala berniat untuk memberikan sesuatu kepada tetangga, sebagai bentuk silaturahmi. Karena bingung ingin memberi apa, Lala pun berniat membuat kolak pisang Ijo. Tidak apa sederhana, yang penting niatnya.

“Pastinya dong. Saya suka, loh, sama kolak pisang Ijo.” Ibu Rida tersenyum simpul.

Rida menyukai watak Lala. Lala itu ramah-tamah dan mudah beradaptasi.

“Oh, ya? Kalo Ibu suka nanti kapan-kapan saya bikin lagi.” Lala tertawa kecil. “Saya pamit pulang dulu, ya, Bu. Billa nungguin di rumah.”

“Iya, La. Sekali lagi terima kasih, ya.”

Lala melempar senyum, kemudian kembali ke rumahnya. Di ruang keluarga terdapat Billa sedang bermain iPad.

“Bila nonton apa?”

“Bila nonton orang sekolah, Ma,” balas Billa tanpa menoleh.

Lala menghela napas lirih. Ia mendudukkan diri di samping Billa. “Bila beneran mau sekolah?” tanyanya.

Di tempat tinggal mereka dulu terdapat sekolah TK di depan rumah. Di situ Billa bersekolah. Dan berhenti karena kepindahan mereka.

Bukannya Lala tidak ingin Billa sekolah di sini. Niatnya, Lala akan mendaftarkan Billa sekolah mungkin sekitar 1 bulan lagi, karena mereka baru 2 hari di sini dan belum mengenal banyak, jadi Lala cukup khawatir.

“Iya, Mama. Aku mau sekolah. Beneran.” Billa meletakkan iPad di meja dan beralih ke pangkuan Lala.

“Iya.” Lala mengangguk. “Masuk sekolah TK?”

“Iya!” Billa mencium pipi Lala. “Aku mau sekolah di tempat Lio, Elsa, Araz, Dimas, Fani, Nining sama Axel.”

Billa ingin satu sekolah dengan teman-teman barunya itu. Pasti akan seru jika mereka bersama-sama.

“Oke, nanti coba tanya temen-temen baru kamu. Tanyain mereka sekolah di mana.”

*****

Uncle Beni! Uncle Sakti!” teriak Billa.

Beni dan Bima berbalik badan. Senyum keduanya mengembang melihat Billa.

“Nama gue udah ganti,” kekeh Bima.

“Jadi Sakti, ya. Gue manggil lo Sakti aja deh sekarang.” Beni ikut terkekeh.

Dari Bima ke Sakti sangat-sangat jauh perbedaannya. Entah dari mana Billa mengambil nama itu.

Billa berlari kecil, mendekat pada kedua laki-laki itu. Rambut panjangnya yang terkuncir bergerak-gerak seperti ekor kuda.

Uncle mau ke mana?” tanya Billa.

“Mau cari jajan, mau ikut gak?” Beni berjongkok.

“Nggak mau, nanti Mama aku marah.” Billa memperlihatkan smartwatch di pergelangan tangannya. “Nanti Mama telpon aku. Nanya aku di mana, aku jawab apa?”

Keelan, Lala dan BillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang