32. Rumah Lala lagi.

5.2K 553 17
                                    

Allo~

Selamat membaca^^

“Nggak jemput Laskar, Lan? Ini udah jamnya pulang, lewat malah.”

Mata Keelan yang tadinya terpejam langsung terbuka mendengar celetukan Beni. Ia tidak mengingat waktu untuk menjemput Laskar.

Jika ia terlambat, Laskar sering mengamuk dan berakhir memorotinya agar berhenti mengamuk.

“Lo tidur, aja. Gue yang jemput Laskar,” kata Beni melihat Keelan duduk dengan wajah mengantuk.

Keelan semalam kekurangan tidur karena mengerjakan tugas kuliah, menyebabkannya mengantuk sekarang.

Keelan menguap, menutup mulutnya dengan tangan lalu berdiri. “Gue aja,” katanya, berlalu menuju kamar mandi.

Setelah membersihkan wajah agar lebih fresh, Keelan keluar dari rumah Beni, membuka gerbang agar bisa mengeluarkan mobil. Namun itu terhenti saat matanya melihat Laskar keluar dari mobil bersama Billa. Tepatnya di dalam pekarangan rumah Lala.

“Laskar,” panggilnya, berjalan mendekat.

Laskar dan Billa berbalik, melihat ke asal suara. Mata Billa seketika memperlihatkan binar cerah dan senyum senang terpatri di wajahnya. Hormon serotonin dalam tubuhnya meningkat dengan cepat sekali, setelah kesal dengan Laskar karena berdebat.

Uncle Keelan!” Billa mengerjang kaki Keelan dengan pelukan.

Keelan menarik ujung bibirnya membentuk senyuman lalu mengangkat Billa ke gendongannya. Billa memeluk leher Keelan dan tanpa rasa sungkan sedikit pun, dia mencium pipi Keelan berkali-kali.

Uncle, aku rindu!” seru Billa bahagia.

Tangan Keelan mengelus rambut Billa yang terkuncir lalu pada pipi Billa mengelusnya dengan ibu jari. “Billa ke mana, aja?”

“Aku?” tanya Billa. Mendapat anggukan dari Keelan, Billa kembali meneruskan perkataannya. “Aku sama Mama liburan sama keluarga! Nenek sama Kakek aku udah pulang. Makanya kita liburan. Di sana seru, tau.”

“Oh, ya? Seseru apa?”

“Seru banget pokoknya! Nanti kita ke sana sama-sama!”

Keelan menggigit pipi Billa, melampiaskan kegregetannya, melihat gemasnya Billa. Billa tertawa geli dan membalas gigitan Keelan. Kemudian keduanya tertawa bersama.

Uncle rindu aku, nggak?” tanya Billa, kembali memeluk leher Keelan, menyandarkan kepalanya di bahu laki-laki tampan itu.

“Nggak.”

Billa cemberut tidak suka mendengarnya. Wajah senang tadi berubah murung. “Uncle beneran nggak rindu aku? Jahat!”

Keelan tertawa gemas. “Billa percaya?”

Billa mengangguk pelan. Tentu saja ia percaya karena suara Keelan begitu serius dan meyakinkan.

“Berarti Billa bodoh, karena bisa Uncle bohongin.” Setelah mengatakan itu, Keelan meringis ngilu karena gigitan Billa di lehernya.

Di depan keduanya, Laskar dan Lala memperhatikan. Ekspresi keduanya terlihat kurang mengenakkan. Kemudian Laskar tersentak saat merasakan sebuah elusan di kepalanya. Dia mendongak, tertegun melihat Lala tersenyum lembut kepadanya.

Lala menyadari jika Laskar tidak suka melihat kedua orang itu dekat. Laskar cemburu.

“Ayo. Laskar masuk sama, Tante. Billa biarin sama Om Keelan dulu,” lontar Lala, menarik tangan Laskar memasuki rumah.

Keelan, Lala dan BillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang