"Gue gak punya apa-apa. Yang kaya itu orangtua gue, bukan gue." —Alven Ezhard Nerithone
"Penampilan Aileen udah rapi, belum?”
“Gak kayak anak SMP, kan?”
“Gak culun, kan?”
Alven hanya bisa menghela napas. Sedari rumah, Aileen terus saja menanyakan penampilannya.
“Udah, sayang, sempurna.”
“Alvenn ..., serius.” Aileen menghentakkan kakinya membuat siswa baru lainnya menoleh ke arah mereka. Resiko bawa anak TK ke sekolah ya gini.
“Serius. Bahkan kamu lebih dari sempurna, Aileen.”
Blush. Pipi Aileen mengeluarkan rona merah. Alven yang melihat hanya terkekeh geli, lucu.
“Yaudah, Alven berangkat aja! Nanti telat,” suruh Aileen mendorong-dorong bahu Alven sembari berusaha menutupi semburat merah di pipinya dengan cara memalingkan wajah.
“Laksanakan, Tuan Putri. Nanti pulang butuh jemputan, gak?”
“Alven bukan tukang ojek ataupun supir pribadi Aileen, jadi gak usah gak papa,” tolak Aileen lembut.
“Biarin, daripada kamu pulang sama cowok lain?”
“Iya, Aileen pulang sama cowok lain. Sama Abang ojek!”
Alven memasang wajah cemberut. “Tuhkann, aku bilang aku jemput!”
Diam-diam Aileen tertawa dalam hati, gemas sekali!
Akhirnya gadis itu mau mendongak menatap wajah tampan Alven dengan balutan seragam putih abu-abu yang pas sekali di tubuh proposionalnya. “Yaudah oke,” pasrahnya tak lupa diiringi senyuman.
“Jangan nakal.” Alven mencubit hidung mungil Aileen hingga menimbulkan bekas kemerahan. Kulit wajah Aileen memang sangat sensitive.
Aileen meletakkan tangan kanannya di atas pelipis, mengambil sikap hormat. “Aye-Aye, Captain!”
Tanpa lama-lama lagi Alven meninggalkan area Starschool bersama motornya.
“Gue bingung deh sama hubungan kalian.”
Aileen sedikit terkejut mendengar suara itu, saat menoleh sudah ada Insha dan Fidelya yang berjalan menuju ke arahnya. Hhh, mengagetkan saja.
Dengan cepat Aileen berlari, memeluk kedua temannya sangat erat hingga mereka tak bisa bernapas dengan normal. “Kangen!”
Insha memutar bola mata malas sambil terus berusaha melepaskan pelukan Aileen. Berbeda dengan Fidelya yang malah membalas pelukan gadis itu.
“Cuma gak ketemu dua minggu, gak usah lebay deh, Leen,” ujar Insha setelah pelukannya berhasil terlepas.
“Dua minggu itu lama tahu buat gue,” balas Aileen disambut anggukan setuju dari Fidelya. Ah, gadis itu benar-benar teman yang baik. Tidak seperti Insha!
“Sama Alven aja manis banget, penampilan Aileen udah rapi, belum?” Insha menirukan gaya bicara Aileen saat berbincang dengan Alven tadi. “Lah sama kita, penghuni kebun binatang di absen semua.”
Aileen berdecak. “Gak usah umbar aib, deh. Iri aja si Tante.”
“Padahal Alven udah tahu sifat asli lo, tapi kok masih bertahan aja ya?” Fidelya menimpali. Oke ralat, ternyata dia merupakan remaja yang sangat labil. Gak ngerti lagi saking labilnya.
“Dia kan menerima gue apa adanya,” balas Aileen memasang wajah angkuh.
“Dih, udah ayo masuk banyak kakel cogan,” ajak Insha yang sudah jengah dengan kebucinan Alven Aileen yang sudah terjadi semenjak mereka duduk di kelas 8 SMP.

KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN Friendzone!
Ficção Adolescente"Alven! Aileen suka sama Alven!" "Aku gak mau pacaran, Aileen. Kita masih kecil." *** "Kita udah beda SMA. Tunggu aku tiga tahun, ya?" "Emang penantian Aileen selama ini belum cukup, ya?" "Belum. Kita masih harus berjuang agar bisa benar-benar bersa...